Berita Bali

Jelang Perayaan Galungan, Ketersediaan Babi Hidup di Bali Sejumlah 844 Ribu Ton 

Jelang Perayaan Galungan, Ketersediaan Babi Hidup di Bali Sejumlah 844 Ribu Ton 

Ilustrasi babi
Ilustrasi Babi 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Jelang hari raya Galungan dan Kuningan, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada memaparkan ketersediaan babi hidup di Bali sejumlah 844 ribu ton. 

“Ketersediaan babi hidup 844 ribu ton,” katanya pada, Sabtu 15 November 2025. 

Pihaknya juga menyampaikan terkait harga babi hidup menjelang Galungan dan Kuningan

Menurutnya, harga daging babi hidup mengalami kenaikan, namun tidak signifikan.

Baca juga: Bali Akan Miliki Desk Khusus Perizinan Investasi, Termasuk Platform OSS

Sebelumnya, harga babi hidup sempat Rp 36 ribu per kilogram. 

“Sekarang Rp 38,500 per kilogram untuk babi hidup,” imbuhnya. 

Sebelumnya, Hari raya Galungan dan Kuningan yang akan berlangsung di Bali dinilai akan memberikan pengaruh pada perekonomian di Bali.

Baca juga: Penguatan Energi dan Kepastian Hukum Jadi Fondasi Sawit Nasional

Sebab, Galungan dan Kuningan selalu berkaitan dengan peningkatan aktivitas ekonomi, terutama di sektor konsumsi rumah tangga, perdagangan, dan transportasi.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Ekonomi, Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M mengatakan, pelaksanaan Hari raya keagamaan Hindu di Bali, tentu memiliki dampak cukup signifikan terhadap dinamika perekonomian daerah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode menjelang Galungan dan Kuningan meningkat rata-rata 12–18  persen dibandingkan bulan biasa.

 


“Fenomena itu terlihat dari meningkatnya permintaan terhadap barang kebutuhan upacara seperti daging babi dan ayam, buah-buahan, janur, bunga, kain adat, serta jasa  perajin canang yang biasanya melonjak tajam. Akibatnya, harga sejumlah komoditas pokok mengalami kenaikan," jelasnya pada, Jumat 14 November 2025. 

 


Seperti harga daging babi, cabai, telur, dan beras mengalami fluktuasi akibat meningkatnya permintaan mendadak dari masyarakat. Demikian sektor pariwisata dan transportasi menurutnya turut terdorong karena banyak wisatawan domestik maupun mancanegara memilih datang ke Bali untuk menyaksikan suasana perayaan dan upacara adat. 

 


Meningkatnya aktivitas ekonomi ini kata dia, berdampak positif terhadap pendapatan masyarakat, terutama pelaku UMKM dan sektor informal. 

 


“Namun, efek sampingnya adalah tekanan inflasi musiman. BPS mencatat, inflasi Bali pada perayaan Galungan April lalu mencapai sekitar  0,43 persen month to month (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,18 persen. Pola serupa diprediksi akan berulang pada tahun 2025 karena faktor musiman dan meningkatnya daya beli masyarakat seiring pemulihan ekonomi," imbuhnya. 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved