Berita Buleleng

Bupati Sutjidra Tinjau Langsung RSUD Buleleng Bali, Sebut Gedung Lama Tak Layak

Sutjidra meninjau kondisi bangunan di gedung lama RSUD Buleleng yang menurutnya sudah tidak layak. 

istimewa
TINJAU - Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra saat melakukan peninjauan di RSUD Buleleng, Senin (20/10). Bupati Sutjidra Tinjau Langsung RSUD Buleleng Bali, Sebut Gedung Lama Tak Layak 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra melakukan peninjauan langsung terhadap kondisi eksisting RSUD Buleleng, Senin 20 Oktober 2025. 

Peninjauan ini dilakukan untuk memantapkan rencana renovasi dan pembangunan gedung baru, sesuai dengan rancangan tata letak (site plan) yang telah dibuat.

Adapun pembangunan gedung baru menyasar gedung Cempaka dan gedung Kamboja. 

Keduanya nantinya akan diintegrasikan dengan instalasi bedah sentra serta beberapa ruang pelayanan di RSUD.

Baca juga: Direktur RSUD Giri Asih Ungkap Status Lahan Jadi Kendala, Diharapkan Dihibahkan Pemprov Bali

Selain mengamati rencana pembangunan sesuai site plan, Sutjidra juga meninjau kondisi bangunan di gedung lama RSUD Buleleng yang menurutnya sudah tidak layak. 

Sehingga memerlukan renovasi dan rehabilitasi segera. 

“Memang kalau dari pengamatan hari ini sangat-sangat krodit sekali. Ada beberapa gedung di sini, terutama gedung yang lama sudah tidak layak. Seperti di Jempiring, sudah tidak bisa lagi dimanfaatkan,” jelasnya. 

Sutjidra menambahkan, penataan di RSUD Buleleng ini menjawab keluhan masyarakat mengenai kondisi gedung tidak layak, seperti plafon jebol, hingga ruang tunggu bocor. 

Selain juga diharapkan mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan. 

“Ini harus segera diperbaiki, demi memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat Buleleng,” tegas mantan Wakil Bupati dua periode ini. 

Untuk diketahui, pembangunan dan renovasi di RSUD Buleleng rencananya dieksekusi Tahun Anggaran (TA) 2026. 

Kegiatan ini mendapat alokasi anggaran senilai Rp 150 miliar. 

Di sisi lain, jabatan Direktur RSUD Buleleng yang sebelumnya diisi dr Putu Arya Nugraha, saat ini telah digantikan. 

Alasannya karena dokter spesialis penyakit dalam itu sedang menempuh pendidikan di Denpasar. 

dr. Arya resmi dibebastugaskan dari jabatan Direktur RSUD Buleleng per 2 September 2025 lalu. 

Jabatannya direktur sementara diisi pelaksana tugas (Plt) dr Ketut Suteja Wibawa SpDVE, MKes.

Sutjidra menjelaskan, keputusan tersebut diambil karena dr Arya melanjutkan pendidikan subspesialis. Sehingga menuntut aktivitas penuh di Denpasar. 

“Yang sedang menempuh pendidikan Subspesialis khan tidak bisa melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Khan harus di Denpasar sekolahnya. Jadi Plt-nya Pak Suteja sementara,” ucapnya beberapa waktu lalu. 

Mengenai penetapan jabatan definitif, bupati yang bergelar dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi ini mengaku akan dilakukan sekalian dengan mutasi jabatan. 

Ia juga menjelaskan, penetapan pejabat definitif tetap mengacu pada sistem meritokrasi dan manajemen talenta (Simata). 

Seluruh kandidat akan melalui asesmen Badan Kepegawaian Negara (BKN) serta pertimbangan teknis dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) dan Badan Kepegawaian Negara atau BKN. (mer)

Ruang Pengganti Selama Pengerjaan Proyek

Sementara itu, dikonfirmasi terpisah, pelaksana tugas (Plt) Dirut RSUD Buleleng dr Ketut Suteja Wibawa mengungkapkan pihaknya sudah menyiapkan ruangan pengganti, selama kegiatan pembangunan berlangsung. 

Sehingga tidak perlu merujuk ke rumah sakit lain. 

Dalam hal ini, pihaknya menyiasati ruang VIP dan ruang kelas I, yang sebelumnya berisi satu bed, selanjutnya diisi dua bed untuk sementara selama pembangunan. 

“Untuk relokasi pasien, nanti akan dilakukan setelah ada tender di awal tahun. Rencannya di akhir Desember kalau ada kepastian memulai pekerjaan, nanti sosialisasi lewat pengumuman medsos atau Humas,” sebutnya. 

Sedangkan upaya untuk kenyamanan pasien, kata dr Suteja, dari pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) dan Kontraktor berjanji menggunakan metode tertentu. Sehingga tidak terlalu bising dan mengganggu pasien. 

“Mungkin pengerjaan memerlukan waktu yang lebih lama, karena tidak memakai alat-alat yang bising,” imbuhnya. 

Lebih lanjut dikatakan, sesuai rencana pembangunan menyasar gedung Cempaka dan Kamboja. 

Gedung Cempaka nantinya menjadi gedung ponek, sedangkan gedung Kamboja menjadi instalasi bedah sentral.

“Bangunan ponek dan Kamboja ini, rencananya sama-sama memiliki empat lantai. Antara kedua bangunan ini juga terkoneksi,” jelasnya. (mer)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved