Pendidikan
NAIK Signifikan Kemampuan Baca Siswa SMP, Undiksha Klaim Pendampingan Klinis Literasi Telah Berhasil
Diketahui pendampingan ini menindaklanjuti pemberitaan mengenai banyaknya siswa SMP di Buleleng yang belum bisa/lancar baca-tulis.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Pendampingan klinis literasi yang dilakukan mahasiswa dan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja dinilai berhasil. Ini dibuktikan dari peningkatan kemampuan membaca siswa SMP yang menunjukkan peningkatan signifikan.
Diketahui pendampingan ini menindaklanjuti pemberitaan mengenai banyaknya siswa SMP di Buleleng yang belum bisa/lancar baca-tulis. FIP selanjutnya mengerahkan 600-700 mahasiswa dan 51 dosen pendamping. Seluruhnya disebar ke 61 SMP di sembilan kecamatan yang ada di Buleleng.
Dekan FIP, I Wayan Widiana saat ditemui Selasa (28/10) mengungkapkan, pendampingan yang dilakukan siswa sangat bervariatif, menyesuaikan dengan kondisi anak. "Kondisi anak yang kurang lancar (baca) maka pendampingannya tidak terlalu intens. Tapi untuk kondisi anak yang tidak lancar (baca), ya pendampingannya harus sangat konsisten," jelasnya.
Baca juga: RAWAN Tsunami 23 Pesisir Jembrana, 3 Desa Pesisir Dipasang Sirine Peringatan Dini, BPBD Uji Coba!
Baca juga: LELANG 4 Jabatan Eselon IIB, 10 Jabatan Tinggi Pratama di Pemkab Jembrana Masih Kosong
Selama empat bulan pendampingan, kemampuan membaca siswa mengalami peningkatan signifikan. Misalnya siswa dengan kategori tidak lancar membaca dari awalnya tercatat 243 anak, turun tajam menjadi 86 anak.
Begitupun siswa dengan kategori kurang lancar, dari awalnya 89 anak naik menjadi 99 anak. Peningkatan ini karena adanya pergeseran dari semula tidak lancar menjadi kurang lancar. Demikian pula siswa pada kategori lancar, dari awalnya hanya 17 anak naik menjadi 109 anak.
"Sedangkan kategori sangat lancar, tercatat sebanyak 22 anak pada akhir periode. Dengan demikian terjadi mobilitas naik antar level kelancaran membaca, dari tidak lancar menjadi lebih lancar dan sangat lancar," ungkapnya.
Widiana tak memungkiri ada banyak kendala yang menyebabkan program pendampingan ini tidak optimal. Misalnya, masalah konsentrasi dan fokus, ketidakhadiran atau kedisiplinan siswa, kesulitan fonologis (bunyi-huruf). Adapula masalah pribadi seperti kurangnya dukungan orang tua, kepercayaan diri rendah, hingga masalah psikososial.
"Tantangan terberat itu mengembalikan jiwa anak kepada proses pembelajaran. Apalagi yang tidak mendapat dukungan dan motivasi belajar dari orang tua. Sebab pendidikan itu tidak hanya diserahkan pada sekolah, namun juga perlu peran orang tua saat di rumah," jelasnya.
Walaupun mengklaim berhasil meningkatkan kemampuan literasi, Widiana menegaskan program pendampingan ini masih perlu dilanjutkan untuk menjaga momentum kemajuan yang berkelanjutan. Di samping juga menjadikan literasi dan numerasi sebagai budaya di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat.
Widiana mengatakan hasil pendampingan selama empat bulan telah dibuatkan buku, untuk nantinya disampaikan ke Pemkab Buleleng. Sehingga bisa dipelajari dan ditindaklanjuti di masing-masing sekolah. "Saya berharap buku itu bisa menjadi rujukan untuk menerapkan metode ini di sekolah, dalam pendampingan ke depan," tegasnya. (mer)
Rekomendasikan Pendampingan Khusus
Berdasarkan hasil pendampingan ini pula, Dekan FIP, I Wayan Widiana mengungkapkan beberapa rekomendasi bagi pemerintah daerah. Misalnya bagi anak-anak bermasalah, agar diberikan pendampingan secara khusus melalui guru bimbingan konseling (BK).
"Peran guru BK sangat penting untuk memberikan pendampingan psikologis pada anak-anak yang membutuhkan pendampingan pembelajaran," jelasnya.
Selain itu, ia juga merekomendasikan agar ada skrining literasi sejak dini, misalnya pada kelas III atau IV SD. Baik itu literasi baca-tulis maupun berhitung (numerasi). Pun demikian hasil skrining literasi harus dilaporkan perkembangannya ke Dinas Pendidikan.
"Rekomendasi besar kami, skrining ini dilakukan secara rutin oleh pihak sekolah melalui Dinas Pendidikan selama 5 atau 10 tahun ke depan. Dengan skrining ini, pihak dinas bisa mengambil langkah-langkah lebih lanjut sejak dini," tandasnya. (mer)
| BANGUNAN Rusak! Ruang Kelas SDN 2 Liligundi Direhab, Siswa Sementara Belajar di Selasar |
|
|---|
| SISWA Belajar Sementara di Selasar, Ruang Kelas SDN 2 Liligundi Buleleng Direhab karena Rusak! |
|
|---|
| TERKAIT Bangunan SDN 5 Buahan Payangan yang Rusak, Perbekel Minta Petunjuk Ketua DPRD |
|
|---|
| RUSAK Termakan Usia Bangunan SDN 5 Buahan Payangan Gianyar, Perbekel Minta Petunjuk Ketua DPRD |
|
|---|
| KAGET Jaya Negara Setiap Kelas Ada AC, Tinjau Pembangunan SMPN 17 Denpasar, Puji Arsitektur Sekolah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.