Bangke Matah Dikubur di Klungkung Bali

Kisah Dewa Aji Tapakan Perankan Bangke Matah di Banjar Adat Getakan Sejak 11 Tahun Yang Lalu

Sucana mengakui ada kekhawatiran dari dirinya maupun krama Banjar Adat Getakan menjelang pelaksanaan pertunjukan Calonarang ke-11 kalinya tersebut

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Suasana persiapan ritual Calonarang “Watangan Mependem” di Banjar Adat Getakan, Banjarangkan, Klungkung, Selasa (11/10/2015). 

Setelah nedunang, langsung dilanjutkan prosesi ngider bhuana untuk selanjutnya petapakan tersebut distanakan di Bale Banjar Adat Getakan.

Prosesi tersebut dilanjutkan Rabu (12/10) sore, Buda Kliwon Pahang (Pegat Uwakan).

Sekitar pukul 16.00 Wita akan dilaksanakan memasar dan memunggel dengan menggunakan salah satu upakara menyamblik kucit butuhan (babi) dan dilakukan sembahyang bersama di perempatan Banjar Adat Getakan.

Ritual dilanjutkan Kamis (13/10/2016) pagi, dengan dilaksaakan upakara banten penganyar atau pesucian.

Sekitar pukul 16.00 Wita, Tapakan Ratu Mas Bukit Jati, Ratu Mas Dalem Lingsir, Ratu Mas Klungkung, dan Petapakan Barong Ket kembali diusung untuk bawa ke setra atau kuburan setempat.

Saat itulah, krama Banjar Getakan membuat liang kubur untuk mengubur bangke matah.

Prosesi mengubur bangke matah ini akan dilakukan saat pertunjukan Calonarang di malam harinya tepat pukul 00.00 Wita.

Setelah dikubur, watangan harus ditinggal dalam kondisi terkubur.

Atau masyarakat paling tidak berada minimal 200 meter dari setra.

Sekitar pukul 04.00 Wita, Ida Betara Ratu Mas Klungkung yang sedang mesolah akan datang ke setra untuk membangkitkan bangke matah dari  liang kuburnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved