Sponsored Content
Binnary, Pameran Seni Rupa Budayana dan Dekde
Dua perupa muda Bali ini adalah I Wayan Budayana dan I Gede Jaya Putra, mencoba mencurahkan “tangkapan” mereka ke dalam media lukis.
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Lama telah disadari, kita hidup di dunia yang ditandai dengan bentuk-bentuk simbolik.
Bentuk-bentuk simbolik memainkan peran yang esensial, menyebar dan meluas serta terus meningkat.
Bentuk-bentuk simbolik mengisi peran dalam segala lini kehidupan masyarakat manusia.
Dunia seni rupa apalagi, menjadi ranah subur tumbuh kembangnya kreativitas bentuk-bentuk simbolik tiada batas.
Karya seni menjadi media ekspresif kegelisahan seniman menangkap fenomena dan numena tindak-tanduk sosial di lingkungan mereka.
• Tertimpa Pohon Saat Lakukan Penebangan, Nyawa Sunantra Tak Tertolong
• MA Batalkan Kenaikan Iuran BPJS, Bupati Klungkung Harapkan Tidak Ada Penurunan Pelayanan
• BPBD Badung Berjibaku Bersihkan 6 Titik Longsor Selama 3 Jam, Lima di Sulangai, Satu di Abiansemal
Adalah dua sosok seniman muda penekun seni lukis menggeliat gairah kreativitas mereka melihat fenomena
sosial itu.
Alamiahnya pergulatan hidup keseharian dalam memenuhi hasrat manusiawi dan di sisi lain sumringahnya hidup baru dari perpaduan serasi dua sosok berbeda jenis kelamin dikemas dalam gubahan
seni lukis kontemporer.
Dua perupa muda Bali ini adalah I Wayan Budayana dan I Gede Jaya Putra, mencoba mencurahkan “tangkapan” mereka ke dalam media lukis.
• Bangunan Bale Gede di Tabanan Terbakar Saat Pemilik Sedang Tidur, Kerugian Capai Rp 150 Juta
• Mewabahnya Covid-19, Gubernur Koster Minta TP PKK Cek Dampaknya Pada Sektor Kerajinan di Bali
• Jahe Merah di Pasar Badung Tembus Rp 100 Ribu Perkilogram
Budayana mencoba menggoreskan gairah kreasinya dalam guratan-guratan garis ekspresif mewakili riuh-rendahnya persaingan hidup keseharian.
Pilihan warna-warna monokrome semakin menegaskan rutinitas membosankan yang harus dijalani masyarakat manusia.
Itulah kenyataan keseharian di sekitar kita dalam menghadapi tekanan hidup yang semakin tidak terelakkan, tiada batasnya dan tiada pernah berhenti, serta berputar terus bagaikan jalinan garis-garis melingkar tanpa ujung pangkalnya, membentuk sosoksosok ekspresif simbolik.
Sementara itu Jaya Putra mengabstraksikan berpadu serasinya esensi maskulin dengan feminim dalam kesatuaan bentuk simbolik.
Semangat hidup baru yang serba berwarna dan cenderung bergairah semakin terasa hangatnya dengan penerapan warna-warna cerah bernuansa merah.
Gelora jiwa kedua perupa muda ini dalam membaca fakta-fakta empiris kehidupan yang serba berbeda-beda dan sepakat berpameran bersama dalam perbedaan sudut pandang meraka masingmasing, dikemas sederhana dalam pameran lukis bertema “Binary”. (*)