Mengenal Putu Pusphawati, Jadikan Rumah Pribadi sebagai Yayasan Anak Berkebutuhan Khusus

Putu Pusphawati Kula merupakan seorang ibu rumah tangga sekaligus guru terapis anak berkebutuhan khusus di Yayasan Sehati Bali, Peguyangan, Denpasar,

Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/M. Firdian Sani
Putu Pusphawati Kula selaku pendiri Yayasan Sehati Bali, Peguyangan, Denpasar, Bali, Minggu (7/6/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, M Firdian Sani

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Putu Pusphawati Kula merupakan seorang ibu rumah tangga sekaligus guru terapis anak berkebutuhan khusus di Yayasan Sehati Bali, Peguyangan, Denpasar, Bali.

Tak hanya sebagai guru, ibu dua anak ini juga sebagai pendiri Yayasan Sehati Bali yang ia bentuk sejak lima tahun silam bertempat di rumah pribadinya.

"Yayasan ini saya dirikan pada tahun 2015, jadi ini merupakan rumah pribadi saya. Ada beberapa kamar tidur, yang saya sediakan dua kamar tidur untuk mereka dan 4 ruang kelas, kalau ada anak-anak yang mau menginap saya persilahkan," katanya saat ditemui Tribun Bali, Minggu (7/6/2020) siang.

Rumahnya yang juga sebagai yayasan terbilang cukup luas, ada sedikit halaman untuk bermain dan beberapa kamar, serta empat ruang kelas.

"Saya beruntung karena dahulu ayah saya membuat kost-kostan menyambung dengan rumah induk. Jadi sekarang dipakai buat kelas dan kamar tidur bagi mereka yang mau menginap," paparnya.

Hasil Survei: Elektabilitas Prabowo Turun Drastis, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil Naik

Ingin Mengetahui Wajah Orang Dibalik Masker, SAFR 2.0 Solusinya

Dalam 5 Bulan Terakhir, Satlantas Polresta Denpasar Mencatat Ada 221 Kecelakaan di Denpasar

Ia menceritakan bahwa dahulu awalnya ia merupakan guru kewirausahaan di SMK Bali Dewata, namun ia lebih memilih berhenti.

Ia pun merasa terpanggil untuk kembali mengajar, akhirnya ia diterima di salah satu Yayasan di daerah Denpasar yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus.

Sesuai pengalaman mengajar yang didapatnya di dua tempat yang berbeda, ia mengatakan jika dirinya lebih suka mengajar anak-anak berkebutuhan khusus dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnya.

"Saya lebih senang ngajarin anak-anak seperti mereka (berkebutuhan khusus) dibanding dengan anak-anak umum. Kalaupun mereka seperti itu, tapi mereka tidak pernah menyakiti saya," ungkapnya.

Ia mengetahui jika biaya yang dibebankan sekolahnya kepada orangtua murid terbilang mahal, sehingga para orang tua tidak mampu untuk membayar maka ia memutuskan untuk membuat yayasan untuk membantu mereka.

Mandiri Online Bukukan 3,6 Juta Pengguna, Tumbuh 62 Persen Dibanding Periode yang Sama Tahun Lalu

Tidak Pakai Masker Saat New Normal di Tabanan Bisa Kena Sanksi

Tamba-Ipat Lobi Parpol, Sowan ke Golkar Bali Minta Restu Maju Pilkada Jembrana

"Mereka mendaftar di sekolah saya yang lama yang menurut mereka mahal sementara mereka tidak mampu. Dan saya cari mereka, saya tawarin untuk masuk di yayasan saya," ceritanya.

Tempat yang ia beri nama Yayasan Sehati Bali akhirnya memiliki empat murid pertamanya, namun Putu Pusphawati masih menjadi guru di yayasan tempat ia bekerja.

Dalam waktu tiga tahun, ia semakin yakin untuk keluar dari yayasan tempat dirinya mengajar dan fokus pada yayasan yang didirikannya.

Niat tulusnya benar-benar patut diacungi jempol, bahkan dirinya tidak memberatkan biaya kepada orang tua murid.

"Kita tidak pernah memberatkan, karena kan ini memang berawal dari keinginan membantu. Karena sekolah anak-anak autis itu kan biasanya mahal. Saya tidak pernah memaksa, seikhlasnya saja," ucapnya.

Komunitas Pencinta Musik True To War Bagikan 5000 Bibit Tanaman ke Warga

Peringatan Dini BMKG, Waspada Gelombang Tinggi Capai 4 Meter, 8 - 10 Juni 2020

Sebelumnya dirinya sempat diragukan oleh suami serta orang tuanya, namun perkembangan murid-muridnya semakin baik membuat orangtua dan orang-orang sekitarnya kian yakin dengan kesungguhannya melatih dan mengajarkan anak-anak berkebutuhan khusus.

"Saya dulu sempat ingin memberhentikan yayasan ini karena ditanya soal hasilnya yang tidak seberapa. Namun kini mereka malah mendukung, bahkan suami saya sekarang menjadi donatur tetap yayasan ini," urainya.

Yayasan Sehati Bali pun kian ramai, hingga banyak dari orangtua yang membawa anaknya untuk belajar di sana. Bahkan orang tua murid menyarankan untuk membuat kelas, antara kelas pagi dan siang.

"Sekarang sudah ada 29 murid yang tersebar di beberapa wilayah Denpasar dan Lombok. Kita juga sudah ada 5 guru terapis dan dua dokter sebagai pembina," kata dia.

Namun seiring bertambahnya murid, ia mengaku kebutuhan semakin besar, apalagi saat ini sedang dalam kondisi pandemi covid-19 dan hanya ada satu donatur tetap yang juga suaminya terdampak pandemi itu.

Ia berharap ada dermawan atau lembaga yang bersedia menjadi donatur tetap untuk Yayasan Sehati Bali karena demi kelangsungan anak-anak didiknya dan juga para guru yang harus mendapat gaji.

"Iya itu harapan kami, kalau ada beberapa donatur tetap mungkin kami akan lebih mudah. Selama ini ada saja yang memberi, entah itu berupa uang tunai, atau perlengkapan sekolah, dan bahkan sembako. Namun itu kan tidak pasti," ujarnya.

Putu Pusphawati mengaku di tengah pandemi covid-19 yayasannya masih bisa berjalan namun tidak semua murid-muridnya masuk, hanya beberapa karena orang tua keadaannya seperti ini.

"Sabtu Minggu mereka libur, pandemi kayak gini masih masuk, cuman tidak semuanya. Ada beberapa saja," tuturnya.

Ia pun bercita-cita supaya ke depannya ia memiliki yayasan yang lebih besar untuk dapat membantu lebih banyak orang tua dengan perekonomian rendah, khususnya mereka yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

"Iya Astungkara, yang namanya cita-cita ya. Semoga tercapai," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved