Menjaga Api Kreativitas di Tengah Pandemi lewat Mebraya Virtual Performance

Teguh Narakusuma mengatakan, Mebraya Virtual Performace vol.1 merupakan usaha awal mengajak publik untuk ikut membangun panggung bagi musisi

dokumen pribadi
Salah satu inisiator Mebraya Virtual Performance Vol.1, Teguh Narakusuma 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Untuk menjaga api kreativitas di tengah pandemi Covid-19, akan digelar Mebraya Virtual Performance yang akan dimulai dari volume 1 pada 11 Juli 2020 mendatang.

Acara ini digagas beberapa pihak baik sound engineer dan audio production, desain grafis, musisi, penulis media lokal Bali, marketing, PR, video production dan tiketing.

Mereka melakukan kolaborasi untuk menyikapi panggung seni di tengah pandemi.

Konsep yang digunakan yakni mebraya (gotong-royong) dan muncul ide untuk membuat panggung virtual.

Salah satu inisiator Mebraya Virtual Performance Vol.1, Teguh Narakusuma mengatakan, Mebraya Virtual Performace vol.1 merupakan usaha awal mengajak publik untuk ikut membangun panggung bagi musisi dan tim produksi yang selama ini telah terhubung dalam sebuah rantai ekonomi, saling berkaitan dan membangun.

Cadangan Kelistrikan di Bali Kritis, Gubernur Ajukan Raperda RUED ke DPRD Bali

Anang Hermansyah Pusing Dengan Rumah 7 Kavling Raffi Ahmad, Rencana Bangun Rumah 4 Ribu Meter

BREAKING NEWS! Wanita di Denpasar Utara Ini Keguguran di Mini Market di Ubung, Begini Kronologinya

Apalagi konser secara langsung yang bisa disaksikan dari mana saja melalui gawai masing-masing marak diselenggarakan selama tiga bulan terakhir.

"Sebagian besar lahir dari inisiatif masing-masing pelaku dunia kreatif untuk menyalurkan kreativitasnya. Bagi musisi tentu artinya tetap menjaga komunikasi dengan penikmatnya. Sebagian besar pertunjukan yang diselenggarakan bisa dinikmati secara gratis melalui berbagai aplikasi media sosial. Sayangnya, tidak semua artis memiliki tim yang mampu merealisasikan pertunjukan yang bisa disiarkan secara online," katanya.

Jika dilihat ke belakang, selama 3 tahun terakhir dunia musik dan pertunjukan di Bali bergerak cepat.

Ini bisa dilihat dari kemunculan pemusik-pemusik muda, baik yang tampil secara solo maupun band, dengan beragam genre.

Hal tersebut juga didukung oleh kehadiran panggung yang menjadi ruang bagi mereka untuk tampil, baik panggung festival ataupun panggung kolektif yang dibangun secara gotong-royong.

Pasca Pasar Galiran Klungkung Dibuka, Masih Banyak Pedagang Takut Berjualan Kembali

Bagaimana Jatah Umur dan Peruntungan Lahir Selasa Paing Watugunung?

Penuturan Warga Soal Rumah Berhantu di Cianjur, Kursi Gerak Sendiri & Kades Ungkap Kisah Tragis Ini

Kemunculan pandemi yang diikuti dengan serangkaian kebijakan untuk mencegah penyebaran tentunya sangat berpengaruh pada kehadiran panggung bagi musisi-musisi muda.

Pandemi membuat ruang gerak pelaku industri musik dan pertunjukan begitu terbatas.

Panggung-panggung yang selama ini menjadi ruang ekspresi berkarya dan rantai komponen penyokongnya lumpuh.

"Kelumpuhan ruang yang selama ini menstimulasi dan menjaga atmosfer dunia musik dan industri kreatif pada umumnya juga mengalami kelumpuhan. Maka penting membuat format baru dalam usaha menjaga atmosfer kreativitas di Bali tetap tumbuh," kata Teguh.

15 Orang Paling Kaya di Indonesia Terbaru, Kian Tajir di Masa Pandemi, Budi Hartono di Urutan Ke-1

Jumlah Orang Maskimal 30 di Kolam Suci, Tirta Empul Siapkan SOP Jelang Banyu Pinaruh

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved