Corona di Bali
Disebut Bisa Obati Pasien Covid-19, Ini Kata Dokter Terkait Keefektifan Terapi Plasma Konvalesen
Ilmuwan dan para ahli medis terus berlomba-lomba untuk menemui alternatif lain tangani wabah Covid-19, salah satunya adalah dengan cara Terapi Plasma
Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, M. Firdian Sani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sampai detik ini belum ditemukan obat atau vaksin yang spesifik menyembuhkan virus corona sejak kemunculannya di akhir 2019 lalu.
Pasien positif Covid-19 selama ini berangsur sembuh sendiri berkat daya tahan imun yang melawan virus corona di dalam tubuh.
Tentu tidak semua orang memiliki daya imun yang kuat, sehingga akan fatal akibatnya bila imun dalam tubuh tidak bisa mengendalikan virus yang menyerang.
Ilmuwan dan para ahli medis terus berlomba-lomba untuk menemui alternatif lain tangani wabah Covid-19, salah satunya adalah dengan cara Terapi Plasma Konvalesen (TPK).
• KPU Kota Denpasar Lantik PPK Denpasar Utara, Dilanjutkan Kegiatan Bimtek Pemutakhiran Data Pemilih
• Koster Nyatakan Tak Setuju dengan Istilah New Normal, Pakai Istilah Tatanan Kehidupan Era Baru
• BREAKING NEWS: RSUP Sanglah Resmi Buka Layanan Terapi Plasma Konvalesen untuk Pasien Covid-19
Terapi plasma konvalesen ini mengambil tindakan pendonoran plasma darah dari pasien positif Covid-19 yang telah sembuh ke pasien yang belum sembuh dari Covid-19.
Cara kerja terapi ini sederhana, yakni dengan mencoba memperkuat imun dalam tubuh pasien positif Covid-19 melalui plasma darah yang diberikan oleh mantan penderita Covid-19 yang telah sembuh.
dr. Suarjaya selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali menegaskan jika pendonor plasma ini harus dari pasien Covid-19 yang telah sembuh karena plasma darah pasien Covid-19 yang telah sembuh itu turut membantu menetralisir virus yang ada dalam tubuh pasien Covid-19.
"Orang yang telah sembuh dari Covid-19, imunitas atau kekebalan tubuhnya akan meningkat. Dan kekebalan imun pasien positif Covid-19 ini biasanya tinggi pada waktu dua hingga tiga minggu setelah ia negatif Covid-19. Dan itu merupakan fase terbaik," ucapnya.
"Maka dari itu diambilah plasma darahnya, karena di plasma darah tersebut terdapat imunoglobulin lalu akan diberikan kepada pasien yang positif sehingga imunitasnya akan meningkat dan virusnya akan melemah,'' sambungnya.
Senada dengan itu, Dr. Kadek Mulyantari selaku Staf Patologi Klinik di Fakultas Universitas Udayana yang saat ini difokuskan melayani TPK di RSUP Sanglah dan RS PTN Unud mengutarakan jika pada prinsipnya terapi plasma ini dilakukan untuk memberikan antibodi atau vaksinasi secara pasif dari pasien Covid-19 yang telah sembuh ke pasien positif Covid-19 yang belum sembuh.
"Kenapa harus dari mantan pasien Covid-19 ambil donornya? Karena antobodi yang kita cari agar spesifik dengan antobodi Covid-19, jadi yang memiliki antibodi tersebut adalah pasien-pasien yang sudah sembuh dari Covid-19," paparnya.
Ia juga menuturkan tidak sembarang pasien Covid-19 yang bisa diberikan pelayanan Terapi Plasma Konvalesen ini, ada pasien dengan kondisi berat yang lebih diutamakan.
"Yang akan mendapat pelayanan ini sebenarnya sudah dikaji, jadi yang diprioritaskan adalah pasien-pasien yang mengalami kondisi berat akibat infeksi Covid-19, jadi ada kriterianya baik dari klinis maupun kriteria laboratoriumnya. Jadi tidak semua pasien positif Covid-19 yang bisa menerima TPK ini, jadi kita perlu kaji dulu," jelasnya.
Lalu bagaimana tingkat keefektifannya dalam menangani virus corona?
• Bebas Murni Agustus Tahun 2021, Sara Connor Dapat Total Remisi 13 Bulan 10 Hari
• Garena Resmi Rilis Fantasy Town, Game Farming dengan Karakter Lokal Roro Kidul hingga Kabayan
• AirNav Indonesia Berikan Bantuan 2.500 Alat Rapid Test Covid-19 kepada TNI AU