Asap TPA Bengkala Ganggu Warga Sejak Satu Bulan, Begini Kata Kepala DLH Buleleng
Asap kembali mengepul di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Asap kembali mengepul di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Hal ini kemudian menuai protes sejumlah warga, salah satunya Kadek Agus Priandana.
Agus kemudian meluapkan kekesalannya itu di sosial media Facebook.
Ia memposting dua buah foto yang bergambar situasi Desa Kubutambahan tengah diselimuti kabut asap, lengkap dengan caption bertuliskan 'beginilah keadaan desa kami yg penuh dg kabut asap yg sehari2 hrs menghisap asap dari sampah bengkala. Yg sekarang banyak sakit sesak napas terutama br pasek dan br tegal ds kubutambahan singaraja bali. Suksma’
• Lima Pejabat Eselon II di Pemkab Badung Masuki Purna Tugas pada 2020, Bulain Ini Diawali Kadispar
• Ops Patuh Lempuyang 2020 Menindak 800 Pengendara, Ini Kata Kasat Lantas Polresta Denpasar
• KPU Kota Denpasar dengan Universitas Mahasaraswati Gelar Sosialisasi Pilwalkot Lewat Webinar
Hal tersebut ia posting di grup Facebook Buleleng Jengah, pada Minggu (2/8/2020) kemarin.
Terkait hal tersebut, Perbekel Desa Kubutambahan, Gede Pariadnyana dikonfirmasi Senin (3/8/2020) tidak menampik jika wilayahnya sejak sebulan belakangan ini selalu diselimuti kabut asap yang bersumber dari TPA Bengkala.
Asap tersebut kata Pariadnyana muncul setiap malam hari, tepatnya pukul 20.00 wita.
"Sudah satu bulan ini asapnya mengganggu warga kami. Asapnya muncul setiap malam. Namun sampai saat ini saya belum menerima informasi terkait warga yang mengeluh mengalami sesak nafas. Namun atas kondisi ini, kami sudah bersurat ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng, dan asap-asap itu sudah ditangani pagi tadi (Senin,red)," jelasnya.
Sementara Kepala DLH Buleleng, Gede Ariadi Pribadi mengatakan, pada Minggu kemarin sekitar pukul 14.00 wita, TPA Bengkala mengalami kebakaran, yang dipicu oleh gas metan yang terkandung di dalam tumpukan-tumpukan sampah.
Ariadi pun mengklaim pihaknya dibantu oleh Dinas Pemadam Kebakaran sudah melakukan upaya pemadaman.
"Api sudah mati, namun asapnya masih mengepul. Ada dititik-titik tertentu juga asap masih sering muncul karena gas metan, tapi tidak terlalu besar," ucapnya.
Mengingat kebakaran sering kali terjadi di TPA Bengkala, Ariadi pun menyebut, pihaknya berencana akan melakukan perluasan lahan.
Dimana, dari perluasan lahan ini, tanahnya akan dimanfaatkan untuk pengurugan sampah yang masuk di TPA Bengkala.
Dengan perluasan lahan ini, Ariadi menyebut, semestinya bisa menampung sampah-sampah residu dalam waktu yang cukup lama, asalkan warga disiplin dalam memilah dan mengolah sampah rumah tangganya sendiri.
• Update Covid-19 di Bali 3 Agustus 2020: Bertambah 55 Pasien Sembuh, 41 Orang Positif
• Dewan Tabanan Minta Eksekutif Segera Rampungkan Perda RTRW, Sesalkan Masih Ada Vila Bodong Disegel
• Anggaran Pemda Dinilai Terbatas, Desa Adat di Bali Minta Dana Tambahan ke Pemerintah Pusat
Ariadi juga tidak menampik, sejatinya TPA Bengkala sudah memiliki alat untuk mengelola gas metannya sendiri.