Corona di Bali

4 Ruang Bertekanan Negatif Berstandar WHO di RSUD Buleleng Rampung, Mulai Beroperasi 2021

RSUD Buleleng telah menyiapkan empat ruang isolasi bertekanan negatif, untuk merawat pasien-pasien dengan penyakit menular, sesuai standar Badan Keseh

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Direktur RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha menunjukkan empat ruang bertekanan negatif, yang dibuat oleh pihaknya, Jumat (18/12/2020) 

TRIBUN-BALI.COM, BULELENGRSUD Buleleng telah menyiapkan empat ruang isolasi bertekanan negatif, untuk merawat pasien-pasien dengan penyakit menular, sesuai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Di mana, anggaran yang dihabiskan untuk membuat ruang khusus itu mencapai Rp 1.6 Miliar, bersumber dari Belanja Tidak Terduga (BTT) Pemkab Buleleng. 

Direktur RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha ditemui Jumat (18/12/2020) mengatakan, pembuatan ruang isolasi bertekanan negatif ini sudah rampung dikerjakan, dan rencananya akan diuji coba mulai Senin pekan depan.

Baca juga: Antisipasi Muncul Klaster Perayaan Nataru, Forkopimda Denpasar Sinergikan Langkah Antisipasi

Baca juga: Login www.prakerja.go.id, Begini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 12

Baca juga: Keterbatasan Personel, Inspektorat Klungkung Maksimalkan SDM yang Ada

Mengingat mengikuti standar WHO, setiap ruangan hanya bisa diisi oleh satu pasien, dilengkapi dengan fasilitas satu unit alat bertekanan negatif, satu buah bed pasien, satu kamar mandi, dan satu unit AC.

"Empat ruang tekanan negatif ini kami buat di ruang Lely. Jadi saat proses pembuatan, pasien-pasien Covid-19 kami pindahkan sementara ke ruang Jempiring," ucapnya. 

Mengingat ruang tekanan negatif yang dibuat hanya empat unit, sementara pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Buleleng saat ini mencapai 14 orang, dr Arya mengaku ruangan itu nantinya hanya akan digunakan untuk pasien khusus dengan gejala sedang atau berat, serta memiliki tingkat risiko penularan yang tinggi.

Baca juga: Antisipasi Gangguan Saat Nataru, 159 Personel Polresta Denpasar Disiapkan Dalam Ops Lilin Agung 2020

Baca juga: Warga Jembrana Diresahkan dengan Prank Pocong, Saat Dikejar Pocongnya Lari Tunggang Langgang

Baca juga: Bencana Alam di Tabanan Telah Terjadi di 22 Titik, TRC BPBD Catat Didominasi Pohon Tumbang 

"Tidak hanya pasien Covid-19 saja yang bisa dirawat di ruang bertekanan negatif ini. Namun pasien infeksius yang penularannya melalui droplet seperti TBC yang kebal dengan pengobatan standar, flu burung dan flu babi," ucapnya. 

Dengan adanya mesin bertekanan negatif ini, micro partikel kuman, virus maupun bakteri yang terlepas dari tubuh pasien, bisa diserap oleh mesin tersebut, sehingga udara yang dilepaskan ke luar terbebas dari bakteri, kuman maupun virus.

Sebelum adanya ruang bertekanan negatif ini, dr Arya mengaku pihaknya hanya menggunakan exhaust fan.

"Dengan adanya alat ini, nakes, maupun orang yang ada di sekitar ruangan akan lebih aman, kemungkinan untuk tertular kecil. Tidak ada yang absolut memang, namun ruangan ini paling maksimum, dan harus dimiliki oleh rumah sakit tipe B," terangnya. 

Baca juga: Desa Sidan Diplot jadi Desa Tangguh Dewata, Miliki Daya Tarik Pedesaan hingga Arsitektur Kuno

Baca juga: Lampu Wifi Corner di Areal Lapangan Alit Saputra Diduga Sengaja Dirusak, Diskominfo Minta Hal Ini

Baca juga: Lampu Wifi Corner di Areal Lapangan Alit Saputra Diduga Sengaja Dirusak, Diskominfo Minta Hal Ini

Apabila ke depan, kasus dengan penyakit menular kian meningkat, dan membutuhkan tambahan ruang bertekanan negatif, dr Arya mengaku pihaknya telah menyediakan tempat yang ada di sebelah barat.

"Penambahannya nanti tergantung tren kasus. Seandainya kasusnya banyak, akan kami buatkan yang central (bangsal,red). Mesinnya hanya satu namun lebih besar. Pasien yang dirawat di sana tentu yang tinggkat risiko penularannya cukup rendah. 
Idealnya satu ruangan, satu pasien. Namun kalau pasiennya banyak mau bagaimana lagi," jelasnya. 

Seusai pelaksanaan uji coba, empat ruang bertekanan negatif ini rencananya akan mulai beroperasi pada awal 2021.

Sebab pihaknya juga harus menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai.

Mengingat saat ini SDM yang dimiliki kerap berpindah tugas dari ruang satu ke ruang lainnya, untuk menangani Covid-19. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved