Serba Serbi

Makna Jagra pada Rahinan Siwaratri dan Hakikat Cerita Lubdaka

Perayaan hari suci atau rahinan Siwaratri dilangsungkan oleh umat Hindu setahun sekali, apa sebenarnya makna hari Siwaratri ini dalam ajaran Hindu?

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti. 

Sejatinya, Lubdaka mulai sadar dan mengubah pikirannya yang tadi berburu lalu membunuh menjadi hidup lebih baik.

Hari berlaru, dan Lubdaka sakit keras sehingga akhirnya ia tiada.

Uniknya, setelah prosesi ngaben jenazah atma atau rohnya disambut oleh bala tentara Yama Raja.

Namun bala tentara Dewa Siwa datang, dan mengatakan bahwa akan menjemput Lubdaka dan membawanya kehadapan beliau.

Namun bagi Yama, Lubdaka berdosa karena membunuh semasa hidupnya.

Namun bagi Siwa, Lubdaka sangat berjasa karena menjaga malam suci dengan ketenangan dan tidak berburu serta hati yang baik.

Ida rsi menjelaskan, kisah ini memberikan nilai bahwa hidup memang penuh derita (papa) dan sengsara (samsara).

Sehingga dengan Siwaratri ini, diharapkan umat Hindu dan segenap umat manusia kian sadar, serta tidak lupa (jagra) pada Tuhan, dalam simbolnya sebagai Dewa Siwa.

“Jadi esensi Siwaratri bukan hanya tentang bergadang saja, tetapi memahami diri lebih dalam, introspeksi diri atau mulat sarira,” tegas Ida rsi.

Makna melek semalaman, saat Siwaratri adalah untuk menyadarkan diri kita sendiri tentang kehidupan di dunia ini.

"Sebab seiring perjalanan waktu, manusia kerap lupa diri, lupa pada kehidupan masyarakat, lupa Tuhan, lupa pada keluarga, dan lupa pada hal yang berhubungan dengan etika, sopan-santun serta lupa dengan keharmonisan hidup,” tegasnya.

Oleh sebab itu, diharapkan manusia jagra atau bangun dan tidak lupa bahwa dunia ini fana.

Baca juga: Malam Siwaratri, Malam yang Paling Gelap, Ini Arti Dan Brata Yang Dilakukan Umat Hindu

Baca juga: Ketua PHDI Bali: Siwaratri Malam Peleburan Dosa, Jangan Berbuat Hal-hal Negatif

Tidak lupa tetap menjaga perbuatan, perkataan, dan pikiran agar tidak menyakiti sesama mahluk hidup.

Saling menjaga dan mengasihi, jangan sampai jumawa hanya pada kekuasaan dan kepuasan diri.

Tetap tawakal, khususnya pada kondisi saat ini dimana pandemi Covid-19 tengah melanda dunia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved