Berita Bali

Kritisi Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Beri Saran Begini

Gde Sumarjaya Linggih alias Demer meminta agar megaproyek yang menghabiskan dana Rp2,5 Triliun tersebut direvisi atau ditinjau kembali.

Penulis: Ragil Armando | Editor: Noviana Windri
ist
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Rencana megaproyek pembangunan kawasan Pusat Kebudayaan Bali (PKB) di eks galian C Gunaksa, Klungkung oleh Pemerintah Provinsi Bali mendapat sorotan banyak pihak.

Salah satu yang menyoroti adalah Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih alias Demer.

Ia meminta agar megaproyek yang menghabiskan dana Rp2,5 Triliun tersebut direvisi atau ditinjau kembali.

Politikus senior DPP Golkar itu mengaku memberikan apresiasi bahwa megaproyek PKB tersebut sebagai bagian dari niat dan upaya pemajuan dan penguatan kebudayaan masyarakat Bali.

“Apalagi ini diklaim sebagai upaya untuk mengangkat martabat kebudayaan Bali sebagai Pusat Peradaban Dunia atau Padma Bhuwana sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru,” kata dia dalam keterangan persnya yang diterima Tribun Bali, Rabu 31 Maret 2021.

Jokowi Batal Lihat Proyek Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali Senilai Rp 2,5 Triliun di Klungkung

Tinjau Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali, Koster Minta Normalisasi Tukad Unda Selesai Tepat Waktu

Hanya saja, ia meminta agar pembangunan pusat kebudayaan tersebut tidak dilakukan secara terpusat.

"Oleh sebab itu, maka konsep pembangunan kebudayaan Bali itu haruslah menyebar dan merata di seluruh Bali. Tidak terpusat," ucap dia.

Dia pun menyebutkan bahwa pembangunan PKB di Gunaksa tersebut diperkirakan menghabiskan anggaran sebesar 2,5 Triliyun melalui dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Dengan biaya yang besar tersebut dikhawatirkan akan menggerus keuangan daerah sebagai biaya pemeliharaannya.

Karena itu, pihaknya berpandangan agar pemerintah Demer memiliki pandangan kenapa tidak berpikir bahwa kebudayaan masyarakat Bali itu sebagai segala sesuatu yang hidup dan berkembang dalam perilaku kehidupan masyarakat Bali sehari-hari dan justeru inilah yang harus dilestarikan.

"Bayangkan kalau dana sebesar 2,5 triliyun katakanlah dibagi menjadi 25 milyar per pusat-pusat kebudayaan Bali sekarang ini, maka terdapat 100 titik pusat-pusat kebudayaan masyarakat Bali yang bisa diperkuat melalui beragam program," jelas politisi asal Tajun Buleleng ini.

Sekali lagi Demer memahami tujuan pembangunan Pusat Kebudayaan Bali ini dalam rangka memperkuat dan menjaga kelestarian kebudayaan Bali.

Hanya saja, ia berandai jika dana sebesar tersebut digunakan untuk memperkuat pusat-pusat kebudayaan yang sudah ada, misalnya Desa Panglipuran, Desa Tenganan, Pura Besakih dan lain-lain, maka kebudayaan masyarakat Bali yang menjadi bagian dari keseharian hidup masyarakat Bali akan semakin baik.

"Dan ini tidak perlu menggerus anggaran daerah untuk biaya pemeliharaan sebagaimana halnya kita membuat bangunan fisik pusat kebudayaan," tegas Demer.

Demer menilai justeru dengan memberikan suntikan dana pada pusat-pusat kebudayaan yang hidup dalam masyarakat itu maka dengan sendirinya akan dipelihara oleh masyarakat.

Koster Harap Masyarakat Pemilik Lahan Dukung Pembangunan Pusat Kebudayaan Bali

Menengok Eks Galian C Klungkung yang Bakal Jadi Pusat Kebudayaan Bali, Dulunya Lokasi Prostitusi

Rumah Bedeng Masih Nampak di Eks Galian C,Akan Ditertibkan Jika Proyek Pusat Kebudayaan Bali Dimulai

“Titik-titik kebudayaan ini akan menjadi destinasi kebudayaan baru atau akan meningkatkan kunjungan wisatawaan pada pusat-pusat kebudayaan yang sudah ada. Pemasukan dari kunjungan wisatawan ini, sebagian dapat dialokasikan sebagai biaya pemeliharaan,” paparnya.

Ia kemudian mencontohkan Desa Panglipuran yang diberikan dana sebesar 25 milyar untuk memperbaikan infrastrukturnya.

Dana tersebut misalnya digunakan untuk membangun jaringan listrik bawah tanah sehingga tak perlu lagi menggunakan kabel yang melintas di atas yang tampak tidak selaras dengan bangunan tradisional yang ada di sana.

Kemudian dibangun saluran drainase yang bagus, saluran air bersihnya juga bagus.

Dibuat pula toilet umum yang bagus yang serasi dengan corak bangunan tradisional yang ada di sana.

Bisa juga dibuatkan semacam bangunan ruang transit tradisional sebagai tempat persinggahan sebelum maupun sesudah wisatawan melakukan perjalanan keliling kawasan desa.

Termasuk memperbaiki fasilitas rumah-rumah penduduk agar layak dijadikan sebagai tempat menginap wisatawan.

"Maka dengan cara seperti itu, maka budayanya akan terjaga, kebersihan akan terjaga, kesehatannya akan terjaga dan tidak perlu lagi pemerintah daerah mengeluarkan biaya pemeliharaan setiap tahun. Karena ia akan hidup dan bertahan akibat dampak dari kunjungan wisatawan. Ini akan terus berkesinambungan secara alamiah. Adat dan budayanya akan terpelihara, sementara siklus ekonominya juga berjalan," ungkap dia

"Jadi, menurut pandangan saya seperti itu. Mudah-mudahan padangan ini dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Dan tentunya, saya pun akan memberikan masukan kepada pemerintah pusat, termasuk memberikan masukan kepada Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Bapak Airlangga Hartarto," imbuh Demer.

Dengan konsep yang ia tawarkan tersebut, maka akan terjadi pemerataan dalam upaya menghidupkan dan menguatkan titik-titik kebudayaan masyarakat Bali.

Tak hanya itu, lanjut Demer, desa-desa yang memiliki kesenian menonjol berupa tari-tarian atau seni lainnya, juga dapat dikategorikan sebagai obyek penerima dana stimulan ini.

“Gunakan dana tersebut untuk membangun berbagai fasilitas penunjang serta pemajuan kesenian yang ada di sana. Mindsetnya adalah kebudayaan itu sesuatu yang hidup dalam masyarakat, bukan sesuatu yang dipajang dalam satu gedung untuk dipertontonkan. Suatu kebudayaan yang masih hidup dalam masyarakat harus dipertahankan, jangan dimuseumkan," tutur Demer.

Rumah Bedeng Masih Nampak di Eks Galian C,Akan Ditertibkan Jika Proyek Pusat Kebudayaan Bali Dimulai

Akan lebih baik menurutnya di desa-desa atau tempat yang memiliki kebudayaan yang menunjol sebagai sasaran program penguatan kebudayaan ini dibuakan musemum kecil.

Katakanlah dana yang 25 milyar per titik seperti yang pernah disampaikan di atas, 5 milyar dipakai untuk membuat museum.

Jadi, orang yang berkunjung ke desa tersebut, selain menyaksikan berbagai pertunjukan dan menyaksikan kehidupan masyarakat sekitar, mereka dapat mampir di museum untuk mendapatkan gambaran sejarahnya seperti apa.

Dengan konsep seperti ini, maka kebudayaan masyarakat Bali akan semakin kuat.

"Saya berharap, apa yang telah direncanakan dapat ditinjau kembali. Sebab tidak ada rencana yang sempurna. Meskipun sudah diputuskan, tidak ada salahnya untuk diperbaiki dengan dasar niat baik untuk memajukan kebudayaan Bali. Kecuali kitab suci, tak ada yang tak dapat direvisi," tukasnya.

IKUTI UPDATE BERITA PEMBANGUNAN PUSAT KEBUDAYAAN BALI di sini

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved