Berita Buleleng
Gede Budiarta Akui Tak Miliki Firasat Apapun Sebelum Istrinya yang Hamil Meninggal Akibat Kecelakaan
"Sebelum kecelakaan ini, saya tidak punya firasat apa-apa. Istri saya juga tidak pernah ngomong yang aneh-aneh.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Gede Budiarta (28) mengaku sebelum ditinggal istrinya yang sedang hamil untuk selama-lamanya akibat kecelakaan, tidak memiliki firasat atau menghadapi kejadian aneh apapun.
"Sebelum kecelakaan ini, saya tidak punya firasat apa-apa. Istri saya juga tidak pernah ngomong yang aneh-aneh.
Jujur saya sangat terpukul dengan kejadian ini. Saya tidak tau bagaimana kronologi mereka kecelakaan, apakah nabrak kendaraan lain, ataukah ditabrak. Polisi belum ada yang datang untuk menjelaskan kronologinya," kata Budiarta.
Dari raut wajahnya, nampak duka mendalam sedang dirasakannya.
Baca juga: Kisah Pilu Gede Budiarta yang Kehilangan Istri Hamil Akibat Kecelakaan,Tak Punya Biaya Gelar Upacara
Sebelumnya, pria asal Banjar Dinas Kubuanyar, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini harus kehilangan istrinya, yang dalam kondisi hamil delapan bulan, akibat mengalami kecelakaan pada Senin 12 April 2021 lalu.
Ditemui di rumah duka Minggu (18/4/2021) Budiarta menuturkan, istrinya yang diketahui bernama Ni Kadek Purnami Dwiyanti (21) saat itu tengah dibonceng oleh ibu kandungya bernama Luh Sariningsih (46) dengan mengajak anak pertama mereka bernama Gede Yoga Wirapratama (4), mengendarai sepeda motor Honda Beat DK 2618 UAW.
Tak ada ada yang tahu ketiga korban saat itu hendak kemana. Sebab saat meninggalkan rumah, Budiarta masih berada di tengah laut, mencari ikan.
Hingga sekitar pukul 15.00 wita, setelah pulang dari melaut, Budiarta tiba-tiba mendapat telepon dari seseorang, yang mengabarkan jika istri, anak dan mertuanya terlibat kecelakaan di Jalan Singaraja-Amlapura, Kilometer 6.800, tepatnya di Banjar Dinas Dalem, Desa Kerobokan, Kecamatan Sawan.
Usai mendapati telepon tersebut, Budiarta pun bergegas mencari keluarganya di RS Kertha Usada Singaraja.
Di IGD, Budiarta mendapati istrinya dalam keadaan merintih kesakitan, di bagian kandungannya, serta mengalami patah pada tulang paha bagian kanan.
Sementara anaknya mengalami luka pada bagian dahi, serta cidera pada lengan kanan.
Sedangkan mertuanya, mengalami luka lecet pada bagian kepala belakang, pelipis kanan, dada kiri, serta paha kiri.
"Istri saya sempat di USG, katanya bayi yang ada di dalam kandungan sudah meninggal. Padahal kelahirannya diperkirakan di pertengahan bulan Mei. Setelah bayi yang ada di dalam kandungan itu dinyatakan meninggal, sorenya istri saya sempat muntah, kemudian meninggal dunia. Sebelum meninggal, istri saya tidak ada ngomong apa, hanya merintih kesakitan saja," ucap Budiarta lirih.
Pihak medis kemudian merujuk jenazah sang istri ke RSUD Buleleng, untuk diberikan tindakan mengeluarkan jasad bayi yang ada di dalam kandungannya.
Baca juga: Sudah Sebulan Buleleng Bali Masuk Zona Merah, Sutjidra: Setiap Hari Kasus Kematian Selalu Ada
Jasad bayinya kata Budiarta, dikeluarkan dengan cara divakum.
Usai diberikan tindakan tersebut, jenazah sang istri beserta anak keduanya itu kemudian dibawa oleh keluarga ke rumah duka.
Sementara anak pertamanya, seusai diberikan tindakan medis, langsung diperbolehkan pulang.
Sedangkan sang mertua hingga kini masih dirawat di RS Kertha Usada.
Selanjutnya, jenazah sang istri, serta putra keduanya itu, sebut Budiarta telah dikubur di Setra Desa Adat Kubutambahan, pada Sabtu (17/4/2021) kemarin, di liang lahat yang berbeda.
"Sesuai adat di desa kami, kalau meninggalnya ulah pati, harus dikubur dulu. Setelah satu bulan lebih tujuh hari baru boleh dilaksanakan upacara ngaben, atau mekinsan ring geni," terangnya.
Kendati selama menjalani perawatan di rumah sakit istri, anak pertama,serta sang mertua sudah ditanggung oleh JKN KIS PBI, Budiarta mengaku masih terkendala untuk membayar biaya upacara kedepannya.
"Saya belum tahu nanti setelah satu bulan lebih tujuh hari ini apakah akan menggelar upacara ngaben atau bagaimana, karena tidak punya biaya. Untuk tidur saja, saya masih numpang dengan orang tua," katanya.
Sementara Perbekel Desa Kubutambahan, Gede Pariadnyana mengatakan, keluarga Budiarta memang tergolong kurang mampu.
Atas musibah ini, Pariadnyana pun menyebut pihaknya tidak bisa memberikan bantuan lebih, mengingat anggaran di desa sangat terbatas.
Baca juga: UPDATE: Kasus Terkonfirmasi Covid-19 di Buleleng Bertambah 66 Orang, Satu Pasien Meninggal Dunia
Namun demikian, Pariadnyana menyebut pihaknya akan berusaha membantu meringankan beban keluarga korban, dengan mengimpulkan sumbangan dari para warga yang ada di Desa Kubutambahan.
"Saya dengar teman-teman komunitas sosial mulai bergerak membuka donasi untuk keluarga korban agar bisa menggelar upacara kematian.
Kami juga di desa akan mencoba mengumpulkan sumbangan dari warga, karena keluarga korban ini tergolong kurang mampu," jelasnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Buleleng