Berita Buleleng
Diduga Gelar Kegiatan Menyimpang dari Dresta Hindu Bali, Ashram di Desa Alasangker Buleleng Ditutup
Penutupan ini dilakukan lantaran pihaknya merasa kegiatan agama yang dilakukan di Ashram tersebut menyimpang dari dresta Hindu Bali
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
"Kalau saya sendiri yang tidak menyetujui, kan tidak enak. Zaman itu penganut hare krishna di Bali juga kan sudah biasa. Namun satu tahun belakangan ini keberadaanya mulai ditolak.
Ashram itu akhirnya dibangun tiga tahun lalu di wilayah Alasangker lantaran pemilik tanahnya menikah dengan seorang pria asal Tabanan yang mengikuti aliran Hare Khrisna," terangnya.
Sepengetahuan Sitama, jumlah anggota yang ada di ashram tersebut sebanyak 24 orang, yang terdiri dari 9 kepala keluarga, asal Pupuan Tabanan, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada, dan Kelurahan Banyuning Kecamatan Buleleng.
"Aktivitas yang selama ini dilakukan di ashram tersebut berupa kegiatan agama sesuai kepercayaan mereka, pernikahan, kadang sebulan sekali anggotanya juga melakukan pertemuan di ashram tersebut," tutupnya.
Sampradaya Non Dresta Hindu Bali Telah Meresahkan Masyarakat
Sebelumnya diberitakan Tribun Bali, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet selaku Ketua MDA Bali dalam rilisnya mengatakan bahwa Hindu secara global adalah sangat majemuk, ada Hindu India, ada Hindu Nusantara (Indonesia) yang juga disebut Hindu Dharma, juga ada macam corak Hindu lainnya di berbagai negara
Lanjutnya, di Negara India, Hindu itu sangat majemuk, dan ada ratusan sampradaya di India. Dimana satu dengan yang lain berbeda, bahkan banyak yang sangat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan Hindu Nusantara juga majemuk.
"Ada Hindu Bali (Hindu Dresta Bali), Hindu Jawa, Hindu Tengger, Hindu Sunda, Hindu Toraja, Hindu Kaharingan dan lain sebagainya," ucapnya.
Namun kemajemukan Hindu Nusantara ada benang merahnya, yakni perjalanan sejarah, menyebabkan banyak kesamaannya dan sedikit perbedaannya.
Baca juga: MDA Bali Telah Terbitkan Surat Pengakuan Prajuru untuk 1.400 Desa Adat
Perbedaan di dalam Hindu Nusantara, hanyalah pada tradisinya saja, tidak terletak pada keyakinannya.
"Semuanya menganut Panca Sradha, semuanya menganut Panca Yadnya, sistem teologinya juga sama," katanya. Kitab suci Weda yang dipakai pegangan juga sama, termasuk berpegang pada Atmanastuti.
"Hindu, khususnya Hindu Bali yang merupakan bagian dari Hindu Nusantara yang sangat menghormati dan sangat menerima adanya perbedaan antar keyakinan, terlebih kalau hanya sekedar perbedaan tradisi," katanya.
Krama Bali, kata dia, umat Hindu Bali (Hindu Dresta Bali) bukanlah anti orang asing. Serta bukanlah anti budaya asing bahkan juga terbukti dalam sejarahnya telah beralkulturasi dengan asing dan budaya asing.
Namun, ditegaskannya, Hindu Bali tidak pernah mentolelir usaha-usaha penyebaran keyakinan yang sangat berbeda di tengah-tengah masyarakat yang sudah beragama. Terlebih kalau disertai dengan pendiskreditan agama masyarakat setempat dengan cara-cara memanipulasi ajaran-ajaran luhurnya.
Misalnya, Hindu India kalau sengaja disebarkan di tengah tengah umat yang sudah beragama, dengan keyakinan yang berbeda dalam hal ini adalah di Indonesia. Atau sebaliknya jika Hindu Bali atau Hindu Nusantara sengaja disebarkan di tengah-tengah umat beragama, yang dengan keyakinan berbeda, misalnya sengaja disebarkan di India, maka itu menjadi tindakan sangat buruk jauh dari keluhuran dan kemuliaan agama.