Berita Klungkung

Tiasih Kaget Dengar Suara Gemuruh, Bangunan Bale Dangin Rata Tanah di Desa Bakas

Rasa sedih masih terlihat di wajah Ketut Tiasih ketika ditemui di kediamannya di Dusun Peken, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Karsiani Putri
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
AKSES PUTUS - Akses jalan menuju kawasan pantai dan vila di Pantai Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, jebol hingga putus akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Klungkung dan sekitarnya, Minggu (9/1) malam.  

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA- Rasa sedih masih terlihat di wajah Ketut Tiasih ketika ditemui di kediamannya di Dusun Peken, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Senin (10/1).

Bangunan Bale Dangin milik keluarganya saat itu tampak sudah ambruk hingga rata dengan tanah, akibat hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur Klungkung dan sekitarnya, Minggu (9/1) malam.

Pagi itu ia dan keluarganya tampak masih membersihkan puing-puing bangunan yang roboh. Genting dan kayu masih berserakan di halaman rumah.

Sementara atap bangunan yang memiliki luas sekitar 6x4 meter itu sudah rata dengan tanah.

Baca juga: Kelian Banjar Juga Ingin Dapat, Pemprov Bali Beri Insentif ke Bendesa dan Perbekel

Baca juga: Akses Jalan Menuju Pantai dan Villa di Tegal Besar Klungkung Putus, Satu Villa Terisolir

"Bangunan Bale Dangin ini roboh sekitar pukul 9 malam. Ketika kejadian hujan deras sekali, dan ada juga angin kencang," ungkap Ketut Tiasih, Senin (10/1).

Saat kejadian itu, kebetulan tidak ada seorang pun di bangunan Bale Dangin.

Ia dan keluarganya malam itu berada di bangunan Bale Dauh. Saat hujan deras dan angin kencang, tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh yang sangat keras disertai suara petir.

"Awalnya bangunan itu sudah miring, namun saat ada angin kencang, tiba-tiba bangunan itu roboh," jelas Ketut Tiasih.

Beruntung saat kejadian, tidak ada orang yang berada di bangunan Bale Dangin.

Menurut Tiasih, bangunan Bale Dangin miliknya itu sudah berusia sekitar 20 tahun.

Akibat musibah itu, keluarga Tiasih mengalami kerugian meteriil lebih dari Rp 100 juta.

"Bersyukut keluarga tidak sampai luka karena musibah ini. Di sini ada 2 KK, terdiri dari 9 orang," ungkapnya.

Hal serupa dialami keluarga di Ketut Tiasih (50) di Desa Aan, Klungkung.

Tembok rumahnya yang memiliki panjang sekitar 20 meter, roboh menimpa bangunan gudang.

"Saat kejadian saya di dapur. Terdengar suara petir yang sangat keras, dan ada gemuruh. Ternyata tembok rumah saya roboh," jelasnya.

Sementara itu, I Nengah Sudarta (55) tampak kebingungan mencari godel (anak sapi) miliknya yang hilang, Senin pagi.

Godel miliknya hilang, setelah kandang sapinya hancur ditimpa pohon beringin berukuran besar di wilayah Banjar Siku, Desa Kamasan, Klungkung.

Selain godelnya yang hilang satu indukan sapi juga mati akibat peristiwa tersebut.

Nengah Sudarta menceritakan, pohon beringin yang menjulang tinggi di dekat kandang sapinya tumbang, Minggu (9/1) sekitar pukul 19.00 Wita. Saat itu Klungkung tengah guyur hujan deras disertai angin kencang dan petir.

"Saya saat kejadian berada di kamar mandi. Tiba-tiba mendengar suara yang keras. Saya tidak menyangka itu suara pohon beringin tumbang, yang menimpa kandang sapi saya," ungkap Nengah Sudarta.

Pohon beringin itu menghancurkan kandang sapinya. Dari lima ekor sapi miliknya yang berada di kandang, seekor mati dan tiga ekor selamat. Sementara satu ekor godel (anak sapi) tidak diketahui keberadaannya.

"Satu ekor indukan mati, satu ekor godel hilang. Saya masih mencarinya. Seekor induk sapi yang mati harganya sekitar Rp 10 juta," jelasnya.

Sudarta tidak menyangka pohon beringin yang begitu kokohnya, bisa roboh begitu saja.

Padahal ia sudah 8 tahun membangun kandang sapi di lokasi tersebut.

"Saya tidak menyangka pohon sebesar ini roboh. Sebelumnya diterjang angin puting beliung, pohon ini tetap kokoh," ungkapnya.

Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada menjelaskan, pihaknya banyak menerima laporan dampak bencana yang diakibatkan dari hujan deras yang terjadi, Minggu (9/1).

Mulai dari bangunan roboh, infrastruktur rusak, sampai dengan pohon tumbang.

"Khususnya musibah pohon tumbang, selain menimpa kandang sapi di Desa Kamasan, ada juga di Desa Takmung. Bahkan ada korban luka-luka, karena jatuh saat tertimpa dahan pohon yang tumbang ketika melintas," ungkap Putu Widiada.

Di sisi lain, akses jalan menuju kawasan pantai dan vila di Pantai Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, jebol hingga putus akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Klungkung dan sekitarnya, Minggu malam.

Warga setempat mengungkapkan, jebolnya jalan itu akibat tergerus volume air di sungai melangit yang bermuara di Pantai Tegal Besar.

Papan peringatan telah terpasang pada akses jalan menuju kawasan villa tersebut, Senin (10/1) pagi.

Tampak beberapa warga sengaja datang, untuk melihat dari dekat jalan yang jebol tersebut.

"Jalan ini jebol sekitar jam setengah 9 malam. Saat itu hujan deras disertai angin kencang ada juga suara petir," kata I Made Soma, warga setempat.

Jalan yang jebol sepanjang 100 meter, dan menjadi akses utama ke kawasan vila. Ruas jalan itu sebelumnya juga sudah pernah jebol akibat terkikis air sungai.

"Jalan ini sudah dua kali putus. Beberapa waktu lalu juga putus karena tergerus air sungai, dan sudah diperbaiki. Tapi yang kali ini lebih parah," ungkapnya.

Akibat musibah itu, ada vila yang terisolir.

Penuturan warga setempat, vila tersebut milik pejabat tinggi di pemerintah pusat. Sementara warga untuk menuju pantai, masih bisa melalui jalan lain.

"Tidak hanya jalan ini yang jebol, tanah milik warga di bantaran sungai juga terkikis aliran sungai," jelasnya.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta bersama BWS meninjau jebolnya jalan tersebut, Senin (10/1). Bupati Suwirta bersama BWS mengatakan Tahun 2022 ini langsung di tangani, tidak lagi tambal sulam melainkan ditangani secara total.

"Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR tahun 2022 ini, mengalokasikan dana untuk pembangunan dan pemeliharaan jaringan pengaman pantai di Kecamatan Nusa Penida dan penangan bencana ini langsung masuk didalamnya," ungkap Suwirta.

Sementara itu, hujan deras yang mengguyur Bangli, Minggu (9/1) mengakibatkan dampak kerusakan bangunan.

Salah satunya yang terjadi di Gereja Marga Rahayu.

Baca juga: MDA Bangli Dukung Kenaikan Insentif Bagi Bendesa Adat, Ketut Kayana: Wajar

Baca juga: Dilanda Hujan Lebat, Empat Kecamatan di Bangli Dikepung Bencana

Tembok penyengker tempat ibadah di Jalan Brigjen I Gusti Ngurah Rai ini longsor.

Kondisi ini jelas sangat membahayakan, lantaran tepat di belakang gereja merupakan jurang sedalam 10 meter.

Terlebih di gereja ini juga merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Widya Asih Bangli.

Diketahui hujan deras di wilayah Bangli terjadi sekitar pukul 16.25 Wita.

Hujan disertai kilatan petir itu tergolong awet, lantaran hingga pukul 20.00 Wita belum reda.

Kepala LKSA Widya Asih Bangli, Endang Mariana Pasaribu, Senin (10/1), mengatakan, longsornya tembok penyengker diketahui terjadi sekitar pukul 18.15 Wita.

"Saat itu anak-anak hendak mengadakan pertemuan di aula. Tepat sebelum pertemuan dimulai, terdengar suara gemuruh dari belakang. Dan saat dilihat ternyata sudah habis (longsor)," jelasnya.

Endang yang juga salah satu Majelis Gereja Marga Rahayu mengungkapkan, panjang tembok yang longsor sekitar 13 hingga 15 meter.

Lokasi tersebut sebelumnya digunakan untuk mencuci piring, serta meletakkan tanaman hidroponik.

"Puji Tuhan, saat kejadian anak-anak tidak berada di lokasi," imbuhnya.
Dikatakan pula, tembok penyengker ini merupakan bangunan baru, yang mana pengerjaannya baru selesai tahun lalu. Atas kejadian tersebut, kerugian ditaksir mencapai Rp 350 juta.

"Mengenai tindak lanjut, kami telah menghubungi BPBD Bangli. Dan mereka dibantu majelis gereja sudah berupaya memasang terpal sebagai antisipasi terjadinya pengikisan saat hujan susulan. Sehingga tidak kerusakan yang ditimbulkan tidak semakin besar," katanya.

Hujan juga merusak tempat pelukatan (Beji) di Pura Tirta Sudamala, Banjar Adat Sedit, Kelurahan Bebalang, Bangli.

Derasnya aliran air saat itu, bahkan mengakibatkan sejumlah material bangunan ikut hanyut.

Kelian Adat Banjar Sedit, Nyoman Mawan mengatakan, saat kejadian ada enam tukang yang tengah melakukan pembangunan bale pesandekan. Berdasarkan keterangan yang ia terima, aliran sungai Sangsang saat itu meluap hingga setinggi tiga meter.

"Akibatnya sejumlah material bangunan mulai dari pasir, batako, hingga kayu hanyut terbawa aliran arus air. Loker-loker semuanya hanyut, begitupun dengan penyengker di tempat mebakti. Sejumlah fasilitas seperti tempat Beji, tempat bakti, tempat pemangku mengalami kerusakan karena tertimbun material lumpur bercampur sampah," sebutnya.

Lanjut Mawan, diperkirakan kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp 70 juta. Tindak lanjut pasca musibah, pihaknya bersama krama sekitar kini tengah melakukan gotong royong. Diperkirakan, proses pembersihan akan memerlukan waktu lebih dari sepekan.

Hujan lebat disertai kilatan petir di Bangli menyebabkan bencana mulai dari air bah, pohon tumbang, hingga longsor.

Berdasarkan data, titik kebecanaan tercatat di seluruh kecamatan.

Seperti di Kecamatan Bangli, dampak kebencanaan tercatat di sejumlah titik.

Mulai dari wilayah kota, tepatnya di areal Beji Pura Tirta Sudamala, Banjar Adat Sedit, Kelurahan Bebalang yang terdampak air bah.

Dampak bencana serupa juga terjadi di wilayah Pura Tirta Payuk di Banjar Bangun Lemah Kangin, Desa Apuan, Susut.

Kelian Adat Desa Adat Bangun Lemah Kangin, I Wayan Taman mengatakan, musibah tersebut diketahui pukul 18.00 Wita akibat adanya pohon besar yang hanyut dan menyumbat aliran gorong-gorong, yang merupakan aliran air Tukad Pecuit.

Alhasil air meluap hingga ketinggian 10 meter dan menenggelamkan seluruh area Pura yang diempon 208 KK itu.

"Yang ngempon di sini dari dua Banjar. Yakni, banjar Bangun Lemah Kangin dan Bangun Lemah Kauh," ucapnya.

Kejadian tersebut membuat tembok penyengker Pura dengan panjang keliling mencapai 50 meter lebih beserta candi bentar di Pura tersebut ambrol tak berbekas.

Sejumlah bangunan suci, seperti Palinggih Lebuh, Pewaregan, Gedong tempat tirta mengalami kerusakan parah.

Seluruh perlengkapan upacara dan sejumlah arca juga hanyut.

"Kerusakan juga terjadi pada pemandian umum. Total kerugian mencapai Rp 500 juta. Sementara upaya penanggulangan, krama setempat telah melakukan upaya gotong royong dibantu petugas BPBD Bangli. Setelah ini akan kita lakukan upacara pembersihan terlebih dahulu. Sedangkan untuk perbaikannya, masih akan kita parumkan bersama banjar pengempon," ucapnya.

Kepala Pelaksana BPBD Bangli I Ketut Gde Wiredana mengatakan, penanganan dampak kebencanaan sebagian telah dilakukan Minggu dan dilanjutkan Senin.

Berdasarkan data yang dihimpun, dampak kebencanaan akibat hujan lebat terjadi di seluruh kecamatan.

Mulai dari Bangli, sebutnya, titik dampak bencana terjadi di wilayah kota, yakni Tirta Sudamala dan Gereja Marga Rahayu.

"Di wilayah Kelurahan Kubu, berupa pohon tumbang. Ini yang kita tuntaskan semalam bersama mandor dinas PUPR Provinsi Bali. Selain itu tanah longsor di jaba Pura Dalem Gede Bunutin, Desa Bunutin, Bangli," sebutnya.

Sementara di Kecamatan Susut, dampak bencana terjadi di areal Pura Tirta Payuk di Banjar Bangun Lemah Kangin.

Selain itu juga diketahui di wilayah Banjar Serokadan, tepatnya di SDN 2 Abuan, yang mana mengakibatkan tembok penyengker sepanjang 15 meter roboh.

"Tidak hanya sekolah, kerusakan tembok penyengker juga dilaporkan di Pura Pulung Tibu/Pura Taman, serta dua warga lainnya di Banjar Serokadan. Selain kerusakan tembok penyengker, dampak bencana juga mengakibatkan jalan desa di Banjar Serokadan mengalami kerusakan sepanjang 50 meter. Ada juga laporan pohon tumbang di jalur Banjar Buungan, Desa Tiga, Susut menuju Desa Penglipuran, Bangli serta tanah longsor di Banjar Cekeng, Desa Sulahan yang mengakibatkan satu bangunan toilet rusak," sebutnya.

Di Kecamatan Kintamani, lanjut pejabat asal Desa Tamanbali itu, terjadi longsor di jalur Kintamani-Singaraja di wilayah Desa Sukawana tepatnya di sebelah utara Pura Penulisan.

Diketahui longsor luas longsor sekitar empat meter, dengan ketinggian sekitar tujuh meter.

"Akibat longsor, jalan jurusan Buleleng - Kintamani sebagian tertutup longsor. Namun, masih bisa dilewati kendaraan roda empat. Sementara di Kecamat Tembuku terjadi musibah longsor disertai pohon tumbang. Lokasinya berada di jalan Karangsuung Kaja-Penarukan Desa Peninjoan. Akibatnya akses jalur tersebut tidak bisa dilewati," sebutnya. 

Pemangku Terjebak di Pura Sampai Pagi

HUJAN lebat yang mengguyur Kabupaten Gianyar, Minggu (9/1), menyebabkan sejumlah kejadian.

Bukan hanya menyebabkan terjadinya bencana seperti pohon tumbang, tanah longsor dan jalan jebol, namun di Banjar Lebih Duur Kaja, Desa Lebih, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, dua orang pemangku terjebak di Pura Ratu Seruni akibat jembatan penghubung pura dengan jalan putus akibat air derasnya air sungai.

Camat Gianyar, I Komang Alit Adnyana, Senin (10/1) mengakui, dua orang pemangku terjebak di pura sampai pagi, yakni Jero Mangku I Nyoman Cakra dan istrinya Jero Mangku Ni Wayan Ayun.

Saat itu, keduanya tengah menghaturkan bhakti di pura sekitar pukul 17.00 Wita.

Namun saat itu, hujan turun sangat deras mengakibatkan air sungai yang ada di bawah jembatan yang menjadi akses ke pura tersebut deras, hingga merusak dan memutus jembatan.

Baca juga: Tanggapi Soal Pencalonan Cagub DKI, Agus Mahayastra Sebut Fokus Dua Periode di Gianyar

Baca juga: Dampak Hujan Lebat di Gianyar, Dua Pemangku Terjebak Sampai Pagi di Pura Ratu Seruni

Lantaran tidak bisa menyeberang, akhirnya kedua jero mangku ini tidak bisa menyeberang hingga air sungai surut.

"Pukul 07.00 Wita beliau akhirnya bisa menyeberang dengan selamat," ujarnya.

Di tempat lain tepat di Jalan Jata II Gianyar yang merupakan akses perumahan mengalami jebol akibat hujan deras kemarin.

Pihak kepolisian Polres Gianyar telah memberikan atensi jalan setempat dengan cara menutupnya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gianyar, I Gusti Ngurah Dibya Prasasta mengatakan, terjadi sejumlah bencana pasca hujan lebat Minggu malam.

Kejadiannya hampir terjadi di setiap kecamatan di Kabupaten Gianyar.

Namun karena keterbatasan personel, tidak semua kejadian langsung bisa ditangani.

"Terjadi sejumlah bencana pohon tumbang, tanah longsor dan sebagainya. Namun beruntung tidak menimbulkan korban jiwa. Saat ini kami masih melakukan penanganan pohon tumbang yang tidak sempat tertangani Minggu kemarin," ujarnya. 

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved