Berita Buleleng

Jalur Singaraja-Seririt Rawan Karena Faktor Kelelahan, Kecelakaan Lalulintas Capai 152 Kasus

Kecelakaan Lalulintas Capai 152 Kasus Jalur Singaraja-Seririt Rawan Karena Faktor Kelelahan

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Harun Ar Rasyid
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Satlantas Polres Buleleng saat menggelar Operasi Patuh Agung di Kelurahan Banyuning, Senin (13/6) 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Kecelakaan lalulintas yang terjadi sejak Januari hingga 11 Juni 2022 di Buleleng mencapai 152 kasus.

Dari ratusan kasus itu, 35 orang diantaranya meninggal dunia.

Satlantas Polres Buleleng pun melakukan upaya berupa memasang banner di jalur-jalur rawan, serta menggelar Operasi Patuh Agung untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tertib berlalulintas.

Kasat Lantas Polres Buleleng, Iptu Anton Suherman mengatakan, kasus kecelakaan lalulintas pada 2022 ini meningkat bila dibandingkan pada 2021 lalu.

Dimana pada Januari hingga 11 Juni 2022 saja, kecelakaan telah terjadi hingga 152 kasus, dengan total kerugian mencapai Rp 492 juta lebih.

Dari jumlah itu, 35 orang diantaranya meninggal dunia, dan 241 orang luka ringan.

Sementara pada Januari hingga Desember 2021 lalu, kecelakaan lalulintas mencapai 302 kasus, dengan total kerugian Rp 475 juta lebih.

Dari ratusan kasus ini, menimbulkan korban meninggal dunia sebanyak 61 orang, luka berat satu orang dan luka ringan 477 orang.

"Semester pertama di tahun 2022 ini kasus lakalantas cukup banyak. Berbeda pada tahun 2021 lalu, lebih sedikit mungkin karena dulu ada pembatasan aktifitas masyarakat akibat pandemi Covid-19. Kalau sekarang masayarakat lebih bebas beraktifitas dan bepergian," ucapnya.

Iptu Anton menyebut, wilayah yang rawan terjadi kecelakaan adalah Buleleng Barat, tepatnya di jalur Singaraja-Seririt.

Jalur itu kerap menjadi lintasan truk atau kendaraan besar yang menempuh perjalanan jauh.

Sehingga kecelakaan yang terjadi di jalur tersebut kerap disebabkan oleh faktor kelelahan dan mengantuk.

"Kalau di jalur Gitgit juga rawan. Tapi itu karena medan jalannya, seperti banyak tikungan tajam. Kecelakaan di Gitgit rata-rata terjadi karena pengendaranya belum menguasai jalan. Sementara di jalur Singaraja-Seririt, karena faktor kelelahan atau mengantuk. Karena jalur itu kerap dilintasi kendaraan besar yang datang dari Jawa," katanya.

Satlantas Polres Buleleng saat menggelar Operasi Patuh Agung di Kelurahan Banyuning, Senin (13/6)
Satlantas Polres Buleleng saat menggelar Operasi Patuh Agung di Kelurahan Banyuning, Senin (13/6) (Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani)

Baca juga: Pasca Hari Raya Galungan, Harga Cabai Mulai Turun

Baca juga: Gagal di Asian Cup U23, Ini Penyesalan Eks Anak Buah Shin Tae-yong usai Vietnam Tersingkir

Baca juga: Dugaan Suap DID Tabanan, Eka Wiryastuti dan Wiratmaja Lakukan Sidang Perdana Besok

Sebagai upaya untuk menekan angka kecelakaan, Iptu Anton menyebut pihaknya telah memasang beberapa banner di wilayah Gitgit.

Dalam banner itu berisi imbauan agar pengendara berhati-hati dan mengurangi kecepatan saat hendak memasuki tikungan tajam.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved