Berita Buleleng

Pengolahan Stroberi Jadi Minuman hingga Kue di Buleleng Minim, Distan Bantu Alat Senilai Rp400 Juta

Dinas Pertanian Buleleng tahun ini memberikan bantuan alat pengolahan stroberi, senilai Rp400 juta untuk mengolah stroberi menjadi minuman hingga kue

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Dok/Salah satu petani stroberi di Desa Pancasari, Buleleng, Bali yang mengolah stroberi menjadi minuman wine 

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Dinas Pertanian Buleleng tahun ini memberikan bantuan alat pengolahan stroberi, senilai Rp400 juta untuk kelompok petani di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Bantuan tersebut bersumber dari APBN. 


Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng, I Gede Subudi ditemui di ruang kerjanya Rabu (18/1) mengatakan, bantuan alat pengolahan stroberi ini diberikan agar petani tidak hanya sekadar menjual stroberi dalam bentuk  buah segar.

Baca juga: Bakal Ketemuan dengan Wanita Kenalan di Facebook, Pemulung Asal Buleleng Diamankan Polres Bangli

Namun juga dapat diolah menjadi minuman, kue atau dried fruit stroberi, agar mampu bersaing dan memiliki nilai ekonomi tinggi. 


Stroberi kata Subudi menjadi ikon Desa Pancasari. Namun jumlah produksinya mulai menurun, akibat alih komoditas.

Pada 2019 lalu tercatat luas lahan stroberi di Desa Pancasari mencapai 11 hektar, dengan hasil panen  mencapai 594 ton.

Baca juga: Sekda Buleleng Tak Mau Buru-Buru Isi Jabatan Dua Asisten yang Kosong

Sementara pada 2021 menurun menjadi 214 ton, dan pada 2022 kemarin meningkat sedikit menjadi 231 ton, dengan luas lahan kini tersisa tinggal 6 hektar. 


Alih komoditas ini salah satunya terjadi akibat pandemi Covid-19, yang menurunkan jumlah kunjungan wisatawan untuk melakukan wisata petik buah stroberi.

Selain itu usia tanaman juga sudah mulai tua, sehingga menurunkan jumlah produksi.

Baca juga: Sulit Kantongi Izin, Mesin Insinerator RSUD Buleleng Terbengkalai

Untuk itu bagian besar petani memutuskan mengganti tanaman stroberinya menjadi sayur-sayuran. 


Kendati terjadi alih komoditas, Subudi mengaku optimistis para petani di Desa Pancasari masih tergiur untuk menanam stroberi.

Sebab harganya masih tergolong stabil, dengan kisaran Rp25 hingga Rp30 ribu per kilo ditingkat petani.

Terlebih saat ini beberapa petani di Desa  Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng juga sudah mulai mengembangkan tanaman stroberi seluas dua hektar sejak 2022 kemarin. 

Baca juga: Bobol Rumah di Penarungan Badung, Gede Sugiarta Residivis Asal Buleleng Kembali Masuk Bui


Melihat potensi yang ada, Subudi berharap petani stroberi di Desa Pancasari tidak hanya menjual hasil produknya dalam bentuk buah segar.

Namun juga dapat diolah menjadi minuman, kue hingga dried fruit stroberi, agar mampu bersaing dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Pihaknya pun siap memberikan bantuan peralatan pasca panen hingga tempat produksi, dengan syarat petani tersebut tergabung dalam kelompok yang terdaftar dalam sistem informasi penyuluhan pertanian. 

Baca juga: 193 Penyandang Disabilitas di Buleleng, Bali Dapat Bantuan Permakanan dari Kementerian Sosial RI

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved