Berita Jembrana

80 Persen Kasus Seksual Melibatkan Anak-anak! Unit PPA: Kejadian di Jembrana Sudah Mengkhawatirkan

Kasus kekerasan seksual yang terjadi di Jembrana 80 persen melibatkan anak-anak. Secara umum, sejak pandemi Covid-19.

Tribun Bali/Prima
Ilustrasi - Kasus kekerasan seksual yang terjadi di Jembrana 80 persen melibatkan anak-anak. Secara umum, sejak pandemi Covid-19, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak justru terus meningkat. Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD-PPA) Jembrana menggelar sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak kepada siswa di SMP Negeri 3 Negara, Kecamatan Jembrana, Rabu (7/6). 

TRIBUN-BALI.COM - Kasus kekerasan seksual yang terjadi di Jembrana 80 persen melibatkan anak-anak. Secara umum, sejak pandemi Covid-19, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak justru terus meningkat.

Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD-PPA) Jembrana menggelar sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak kepada siswa di SMP Negeri 3 Negara, Kecamatan Jembrana, Rabu (7/6).

Anak-anak itu ada yang sebagai korban maupun pelaku. Otoritas mencatatkan peningkatan kasus sejak 2020 lalu. Di tahun 2022 ada 30 kasus, tahun 2023 hingga Juni, sudah ada tujuh kasus kekerasan perempuan dan anak. Dari persetubuhan, kekerasan seksual hingga penganiayaan.

Kepala UPTD-PPA Jembrana, Ida Ayu Sri Utami Dewi mengatakan, sosialisasi dilakukan untuk tindakan pencegahan. Belakangan ini, kasus kekerasan seksual di Jembrana sudah masuk kategori mengkhawatirkan.

Baca juga: Dana Rp 36 Miliar Lanjutkan Dermaga Kedisan, Proyek Revitalisasi Area Parkir Hingga Sarana Penunjang

Baca juga: Deretan Proyek Bermasalah Temuan BPK! Dari Pembangunan Rumah Sakit hingga Akses Jalan di Klungkung

Suasana saaat UPTD PPA Jembrana menggelar sosialisasi terkait pencegahan kekerasan terhadap anak kepsa siswa di SMPN 3 Negara, Kecamatan Jembrana, Rabu 7 Juni 2023.
Suasana saaat UPTD PPA Jembrana menggelar sosialisasi terkait pencegahan kekerasan terhadap anak kepsa siswa di SMPN 3 Negara, Kecamatan Jembrana, Rabu 7 Juni 2023. (Tribun Bali/ I Made Prasetia)

"Hampir 80 persen adalah kekerasan seksual bahkan terhadap anak di bawah umur. Beberapa orang pelakunya dewasa, dan beberapa orang pelakunya adalah anak di bawah umur juga," jelas Sri Utami saat dikonfirmasi usai kegiatan sosialisasi tersebut.

Ia mengungkapkan, ada beberapa faktor menjadi penyebabnya. Satu di antaranya faktor teknologi ponsel pintar. Anak-anak tidak bisa mengontrol link yang masuk ke ponselnya yang membuat mereka penasaran.

Dari tontonan itu mereka ingin mencoba. Sementara itu, orang tua membiarkan anak-anak bebas dengan ponsel pintarnya. Orang tua bahkan mengira anaknya belajar dengan ponsel yang mereka pegang tiap saat.

Maka ia berpesan agar orangtua lebih aktif mendampingi anak-anaknya dari arus tsunami teknologi. "Jadi mulai sekarang orangtua perlu juga mengawasi dan mendampingi anak-anaknya. Jangan sampai kita lengah," jelasnya.

Jadi cara pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan sosialisasi ke sekolah hingga lingkungan masyarakat. Kemudian lingkungan atau masyarakat juga harus berperan terutama dalam hal pengawasan.

Di sisi lain, pihak sekolah juga sudah menyiapkan konselor sebagai pendamping dan pembinaan kepada guru maupun para korban. Tugasnya sebagai support system terhadap mereka yang menjadi korban.

"Artinya jangan dibiarkan. Mari kita sama-sama untuk mengawasi. Jangan cuek. Terkadang sikap tak acuh itu justru menimbulkan masalah baru," demikian kata dia. (mpa)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved