Berita Jembrana

Kasus DBD Jembrana Tertinggi Dalam 5 Tahun,Kembangbiak Nyamuk Cepat dan Migrasi Virus Jadi Penyebab!

Sementara itu,WHO (Oganisasi Kesehatan Dunia) juga telah memperingatkan masyarakat bahwa kasus DBD secara global mencetak rekor tertinggi tahun ini.

Pixabay
Ilustrasi nyamuk - Kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2023 di Kabupaten Jembrana meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya pada periode yang sama. Tercatat periode Januari-Juli 2023 ini sudah ditemukan 394 kasus. 

TRIBUN-BALI.COM -  Kasus demam berdarah dengue (DBD) tahun 2023, di Kabupaten Jembrana meningkat dua kali lipat, dari tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Tercatat periode Januari-Juli 2023 ini sudah ditemukan 394 kasus.

Pemerintah menyebutkan, lonjakan kasus yang drastis ini merupakan salah satu siklus 5 tahunan, namun saat ini berbeda.

Sebelumnya diprediksi melonjak pada 2021, ternyata terjadi di 2023.

Ini dipengaruhi mobilitas pendudik yang tinggi, diiringi dengan perubahan iklim yang ekstrem, sehingga memengaruhi pola kembangbiak nyamuk yang lebih cepat.

Baca juga: Perempuan 29 Tahun Ditemukan Meninggal Dunia di Kos Banjar Anyar Kediri Tabanan, Ini Kata Polisi!

Baca juga: Tragis! 10 Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual, Simak Kata Kepala P2KBP3A Buleleng

Kepala Dinas Kesehatan, dr Made Dwipayana saat menjelaskan terkait kondisi terkini kasus DBD di Kabupaten Jembrana di Kantor Bupati Jembrana, Senin 24 Juli 2023.
Kepala Dinas Kesehatan, dr Made Dwipayana saat menjelaskan terkait kondisi terkini kasus DBD di Kabupaten Jembrana di Kantor Bupati Jembrana, Senin 24 Juli 2023. (Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan)

 

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jembrana, dalam kurun waktu lima tahun atau sejak 2019-Juli 2023, jumlah kasus DBD di Jembrana tercatat sebanyak 1.317 kasus.

Rinciannya, di tahun 2019 tercatat 213 kasus, 2020 sebanyak 267 kasus, di 2021 menurun drastis hanya 96 kasus; di 2022 kembali meroket sebanyak 347 kasus dan hingga 24 Juli 2023 kemarin tercatat sudah ada 394 kasus.

Jumlah kasus di 2023 melampaui kasus setahun di 2022 dan menjadi yang tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir ini.

Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana menjelaskan, kasus di tahun 2023 tercatat paling tinggi dalam kurun waktu lima tahun.

Lonjakan kasus yang begitu drastis ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya perubahan iklim yang ekstrem tahun ini, terutama dengan adanya fenomena topan el mona dan siklon di selatan Indonesia.

Kemudian dipengaruhi oleh adanya siklus lima tahunan yang terjadi rutin dalam beberapa dekade.

"Yang kita khawatirkan sebelumnya adalah siklus lima tahunan. Dulu terjadi pada 2016, tapi pada 2021 justru turun drastis dan terjadi tahun ini," kata dr. Dwipayana saat dikonfirmasi, Senin 24 Juli 2023.

Sementara itu,WHO (Oganisasi Kesehatan Dunia) juga telah memperingatkan masyarakat bahwa kasus DBD secara global mencetak rekor tertinggi tahun ini. Sedikitnya sudah ada 4 juta kasus di dunia dan mendekati rekor kasus di 2019 yang sudah mencapai 5,2 juta kasus dalam setahun.

Dokter Dwipayana melanjutkan, kondisi saat ini, yakni perubahan iklim yang ekstrem, menyebabkan laju percepatan kembangbiak nyamuk Aedes Aegypti semakin masif. Jika dulu nyamuk berkembang biak dalam waktu beberapa pekan, kini kurang dari 10 hari sudah menjadi nyamuk dewasa.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved