Berita Bangli

Harga Babi Hidup Terus Merosot, Anggota DPRD Bangli Minta Pemerintah Tetapkan Harga

Harga babi hidup di Bangli saat ini terus merosot. Kondisi ini tentu menyebabkan peternak kelimpungan, apalagi di tengah harga pakan yang tinggi.

Istimewa
Ilustrasi babi - Harga Babi Hidup Terus Merosot, Anggota DPRD Bangli Minta Pemerintah Tetapkan Harga 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Harga babi hidup di Bangli saat ini terus merosot.

Kondisi ini tentu menyebabkan peternak kelimpungan, apalagi di tengah harga pakan yang tinggi.

Hal ini membuat masyarakat berharap agar pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET). 

Baca juga: Harga Babi Mulai Merangkak Naik, Sang Putu Adil: Bukan Hanya Jelang Galungan


Anggota DPRD Bangli, I Nengah Reken menilai penurunan harga babi saat ini cukup drastis serta di luar ekspektasi para peternak.

Sebab harga babi yang biasanya naik pasca hari raya Galungan - Kuningan, kini justru anjlok.

"Informasinya harga babi per dua hari lalu untuk di wilayah Tembuku Rp33 ribu per kilo. Sedangkan penurunan harga babi terjadi sangat cepat," ujarnya Senin (28/8/2023).

Baca juga: Harga Babi Keluar Bali Anjlok, Peternak Tahan Babi Sampai Harga Normal


Reken yang juga seorang pengusaha penggemukan babi rumahan mengatakan, perbandingan harga jual dengan cost pemeliharaan sangat timpang dan membuat peternak merugi.

Disebutkan total pengeluaran dari harga bibit hingga cost pakan, minimal peternak mengeluarkan uang Rp3,1 juta. 


"Itu belum termasuk air, listrik, dan ongkos tenaga kerja. Berdasarkan perhitungan jumlah tersebut sudah minus. Kondisi ini tidak hanya dialami pengusaha penggemukan babi saja, namun juga pembibitan."

Baca juga: Sudah Sebulan Lebih Pengiriman Hewan Ternak ke Luar Bali Ditutup Karena PMK, Ancam Harga Babi Turun

"Karena cost pakan hingga obat-obatan juga tidak murah. Sedangkan harga bibit babi menyesuaikan dari harga babi penggemukan. Kalau di penggemukannya anjlok, otomatis harga bibit juga anjlok," sebutnya. 


Reken juga menilai kondisi yang dialami peternak saat ini tergolong aneh. Sebab di saat harga babi hidup anjlok, harga daging babi di pasaran justru tetap di kisaran Rp80 ribu hingga Rp85 ribu per kilo. 


Karenanya ia, selaku perwakilan masyarakat, berharap agar pemerintah melakukan penyesuaian harga.

Baca juga: Jelang Galungan, Harga Babi di Gianyar Merangkak Naik

Di samping juga menstabilkan antara harga jual dan cost pakan.

"Harapan kami agar harga babi ditentukan satu pintu oleh pemerintah. Ada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang menyesuaikan dengan harga pakan.'

"Dengan demikian masyarakat bisa bernafas lega. Sebab sebagian besar masyarakat Bali termasuk di Tembuku, mengandalkan ternak bibit babi dan penggemukan babi pasca pandemi Covid-19 ini," ucap politisi asal Banjar Penarukan, Desa Peninjoan, Tembuku ini.


Reken menambahkan kini peternak babi rumahan ibarat hidup segan, mati tak mau. Masyarakat masih tetap memaksakan memelihara babi, dengan harapan harganya kembali pulih.

"Tidak menutup kemungkinan jika kondisi ini masih bertahan, pasti peternak rumahan akan gulung tikar. Karena mereka memanfaatkan pinjaman KUR sebagai modal," tandasnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved