Wawancara Ekslusif

Ketua DPD Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry Sebut Bali Harus Maju Tapi Adaptif!

PARA pemangku kebijakan di Bali menerbitkan Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru, baru-baru ini.

Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Tribun Bali/Made Oka Putra Yasa
I Nyoman Sugawa Korry 

Umur 34 jadi tahun itu masih nomor urut. Saya dapat nomor urut 30. Kemudian Pemilu 1992, ternyata Golkar mendapat 29.

 

Berarti bapak tinggal 1?

Tidak nyampe 30. Tapi juga karena saya masih muda, dan itu baru perdana kan, ya saya tidak apa. Saya biasa saja. Tahu-tahu 10 hari menjelang pelantikan dihubungi bahwa akan dilantik. Saya bilang kenapa? Karena ada yang mundur. Ada senior-senior yang mundur. Akhirnya saya ikutlah dilantik.

Kemudian setelah dilantik, saya bertugas di Komisi B, di bidang ekonomi, diangkat sebagai Sekretaris Komisi B. Kemudian setelah sekitar tahun 1994, Wakil Ketua pada saat itu, almarhum Bapak Kolonel Subandi meninggal.

Ketua Komisi B waktu itu Pak Made Mastra namanya, beliau Wakil Ketua di DPD Golkar Provinsi, beliau lah yang diangkat menjadi Wakil ketua oleh pimpinan partai. Berarti Ketua Komisi ini kosong, Komisi B. Tapi ternyata pimpinan partai itu menganggap saya mempunyai kemampuan. Jadi umur itu saya sudah dijadikan Ketua Komisi B.

Kemudian sampai Pemilu 1997, karena sudah berkiprah, nomornya nomor kecil, nomor 9. Kemudian 1997 pemilu, kemudian Golkar saya terpilih, dan ditetapkan sebagai Ketua Komisi C, bidang keuangan. Akhirnya reformasi tahun 1999. Jadi pemilihan baru saya tidak ikut, waktu tahun 1999 itu. Tidak ikut lagi di dalam pencalonan.

 

Kenapa nggak ikut?

Ya waktu itu saya berpikir situasinya sudah berubah dan kalaupun saya terpilih, tapi rasanya waktu itu akan sulit menyampaikan ide dan gagasan. Daripada kita tidak puas dalam melaksanakan tugas, lebih baik saya waktu itu meminta almarhum Pak Gintaran untuk mewakili Buleleng. Saya resign sampai 2009, 10 tahun. Tetap di Golkar. Sempat saya tidak lagi di pengurus (Golkar) karena saya ikut DPD tahun 2004 Itu kan ketat. Jadi calon DPD itu nggak boleh jadi pengurus.

 

Berarti Pak Ketua juga Sempat nyalon DPD ya? Keluar dari Golkar juga?

Keluar dari pengurus karena syarat utama Jadi calon anggota DPD itu adalah tidak boleh jadi pengurus. Dan itu dibuktikan secara tertulis. Saya ikut DPD tahun 2004. Saya waktu itu dapat suara nomor 6 kalau nggak salah dari 4 yang terpilih.

Jadi saya dapat sekitar 96 ribu, gagal. Pernah berhasil dengan mudah waktu tahun 1992 itu, kemudian gagal dengan susah payah. Kemudian setelah DPD, kemudian Musda di Golkar Bali, saya direkrut lagi menjadi pengurus, jadi Wakil Ketua 1 tahun 2004 sampai 2009.

2009 Saya ikut di calon di DPRD Provinsi, terpilih sampai dengan sekarang. Jadi tahun 2009 saya walaupun jadi Wakil Ketua 1 waktu itu, saya memang tidak menjabat. Apakah di komisi atau di fraksi. Sehingga, saya pakai kesempatan itu untuk melakukan peningkatan kualitas diri, saya ambil kuliah S3 di Brawijaya. Jadi 2013 Saya selesai.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved