Wawancara Ekslusif

Ketua DPD Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry Sebut Bali Harus Maju Tapi Adaptif!

PARA pemangku kebijakan di Bali menerbitkan Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru, baru-baru ini.

Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Tribun Bali/Made Oka Putra Yasa
I Nyoman Sugawa Korry 

2014 Pemilu, saya ikut di Provinsi, terpilih dan waktu itu juga akhirnya saya ditetapkan sebagai Wakil Ketua DPRD 2014 sampai 2019, dan Pemilu 2019 juga ditetapkan lagi sebagai Wakil Ketua DPRD sampai dengan sekarang. Musda 2020 kemarin, saya terpilih secara aklamasi Sebagai Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali. Dan astungkara, sekarang juga saya sudah DCS baru ini, Pimpinan Golkar Pusat, DPP Partai Golkar, menempatkan saya, karena saya calon di DPR RI untuk DCS ini, saya nomor urut 1.

 

Pertimbangan Bapak bertarung di DPR RI?

Saya tidak ingin zona nyaman. Sebagai kader, apalagi sebagai Ketua Partai. Kalau saya hanya memperhatikan zona nyaman, pasti saya memilih tetap Provinsi dapil Buleleng. Tapi menurut saya, itu zona nyaman yang saya hindari. Sebagai Pimpinan Partai, saya harus memberi contoh mengembangkan partai ini.

Golkar saat 2019, itu memperoleh suara 386 ribu, dimana itu terdiri dari salah satunya suara dari Pak Geredeg itu 65 ribu, kemudian suara dari Pak Made Wijaya sekitar 45 ribu, kemudian Pak Sudikerta sekitar 40 ribu. Sehingga ada sekitar 150 ribu suara yang kemungkinan hilang karena beliau kan tidak nyalon lagi. Kedua, kalau saya tetap di Buleleng, motivasi teman di bawah saya ini akan lemah.

 

Tapi kan dengan Bertarung di DPR RI otomatis kan tantangnya lebih besar?

Iya lebih besar bahkan bukan hanya dengan kader partai lain, tapi di internal sendiri. Tapi Di sinilah letak tantangannya. Dan saya senang itu. Saya senang menikmati itu. Artinya akan ada batin yang terisi di dalam perjalanan politik.

 

Kira-kira seperti apa ini Pak untuk tahun 2024 nanti persaingannya?

Politik itu dinamis ya. Banyak hal yang faktor mempengaruhi eksistensi masing-masing partai. Kalau saya meyakini bahwa paling tidak dua itu bisa terjaga. Syukur kalau dinamisasi perkembangan politik itu berpihak kepada kami, itu bisa kita tiga. Petarung itu kita tidak hanya memperhatikan lawan di luar, di dalam, tapi juga kepada semua hal termasuk perkembangan lingkungan strategis. Di sana letak seninya. Seni politik.

 

Untuk bisa mencapai target ini, kira-kira apa yang Bapak suarakan untuk masyarakat?

Politik itu kan sama dengan ilmu marketing ya. Jadi kalau ilmu marketing itu ada marketing atas barang dan jasa, atau marketing politik. Esensinya apa? Esensinya marketing itu adalah bagaimana kita memperkenalkan kita atau kalau dalam usaha barang dan jasa kita, agar orang itu tertarik kemudian mau membeli. Atau dalam politik dan mau memilih. Kan di sana saja letak seninya, seni dan ilmunya.

 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved