Mahasiswa STIP Tewas

Tangis Menggema di RSUD Klungkung Lihat Sikap Tulus Ibunda Putu Satria, Ada Pesan Terakhir

Tangis Menggema di RSUD Klungkung Lihat Sikap Tulus Ibunda Putu Satria, Ada Pesan Terakhir

Kolase Istimewa dan TRIBUN BALI/ Eka Mita Suputra
Kronologi Kasus yang Merenggut Nyawa Putu Satria, Harapan Keadilan dari Keluarga Korban Kekerasan 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Isak tangis mengiringi kepulangan jenazah taruna STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Putu Satria Ananta Rustika (19) di Klungkung, Minggu (5/5/2024).

Jenazah taruna STIP yang meninggal dianiaya seniornya tersebut, dititip di RSUD Klungkung sampai menunggu hari untuk digelar upacara ngaben.

Sejak pagi hari, kerabat serta rekan-rekan kerja dari ibu kandung Putu Satria, Ni Nengah Rusmini sudah menanti kepulangan jenazah di RSUD Klungkung.

Baca juga: Tewas Tanpa Busana, Leher Terikat Kabel di Pemogan Denpasar, Terungkap Hubungan Pelaku dan Korban

Mengingat Ibunda Putu Satria merupakan bidan di RSUD Klungkung.

Tangis kesedihan langsung terdengar saat jenazah Putu Satria tiba di IPJ (Instalasi Pemulasaraan Jenazah) RSUD Klungkung sekitar pukul 10.00 Wita. 

Nengah Rusmini langsung dipeluk oleh kerabatnya, saat jenazah Putu Satria yang berada di peti kayu, dipindahkan dari ambulance menuju ke ruang jenazah RSUD Klungkung.

Baca juga: Driver Gojek Disorot Saat Penangkapan Bendesa Adat Berawa, Begini Peran Penyidik Kejati Bali Itu

Nengah Rusmini tampak sangat terpukul dengan kepergian Putu Satria.

Matanya sembab karena terus menangis, duka jelas teraut dari wajahnya.

Ia lalu berjalan menuju kamar jenazah RSUD Klungkung sembari meratapi foto putranya.

Dengan penuh rasa duka, Nengah Rusmini langsung bersandar di peti jenazah Putu Satria sembari memejamkan mata. 

Hal ini mengundang isak tangis kerabat dan warga yang saat itu berada di Intalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD Klungkung.

Duka mendalam juga dirasakan paman dari Putu Satria, Nyoman Budiarta.

Ia meminta pelaku dapat dihukum seberat-beratnya. 

"Saya harap pelaku bisa dihukum seberat-beratnya. Karena itu menghilangkan anak (keponakan) saya," harap Nyoman Budiarta saat ditemui di RSUD Klungkung, Minggu (5/5/2024).


Nyoman Budiarta ikut ke Jakarta, setelah mendapat informasi Putu Satria meninggal dunia.

Ia juga terus mengikuti proses hukum yang berjalan. Ia mencurigai, Putu Satria dianiaya lebih dari satu orang.

"Mungkin banyak orang (pelaku). Masih ada pemeriksaan oleh kepolisian," ujar Budiarta.

Ia pun meyakini motif pemukulan terhadap Putu Satria, tidak sebatas karena keponakannya salah menggunakan seragam.

Namun ada dugaan karena kecemburuan dan iri hati dari seniornya di STIP.

Mengingat korban (Putu Satria) terpilih sebagai mayoret dan berkesempatan ke Tiongkok mewakili STIP.

"Informasi dari pembinanya, keponakan saya ini lolos mayoret dan akan dikirim ke Cina (Tiongkok)," ungkap Budiarta.

Motif lainnya yang beredar, yakni Putu Satria dan 5 rekannya menggunakan pakaian olahraga pada Jumat (3/5//2024) pagi.

Padahal saat itu seharusnya menggunalan seragan dinas.

Hal ini diketahui oleh seniornya, dan menjadi alasan melakukan kekerasan terhadap korban.

Sementara untuk hasil autopsi terhadap korban, tidak disampaikan langsung ke keluarga.

Namun dari penjelasan kepolisian saar pers rilis, disebut paru-paru Putu Satria pecah akibat pukulan keras.

"Hasil autopsi mungkin nanti diungkap di pengadilan. Kami menuntut keadilan, agar tidak ada yang ditutup-tutupi dari kasus ini. Tersangka bisa dihukum seberat-beratnya," ungkap dia.

Putu Satria Ananta Rustika (19) meninggal dunia setelah mendapat kekerasan dari seniornya di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) di Jakarta, Jumat (3/5/2024).

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian itu terjadi di toilet lantai II STIP Jakarta Utara.

Awalnya korban (Putu Satria Ananta Rustika) dan teman-temannya yang masih tinggat I, dipanggil oleh senior di tingkat II.

Seniornya yang bernama Tegar asal Bekasi, sempat menayakan siapa yang meminta korban dan rekan-rekanya memakai pakaian olahraga ke gedung pendidikan lantai 3.

Korban dan rekan-rekannya kemudian diminta berbaris berjejer.

Kemudian tegar memukul ulu hati korban dengan tangan mengepal sebanyak 5 kali.

Hal itu membuat korban terkapar. (mit)

Permintaan Terakhir Putu Satria 

Pihak keluarga juga telah menyiapkan upacara ngaben untuk Putu Satria.

Pihak keluarga sudah berkoordinasi dengan sulinggih, dan upacara ngaben Putu Satria rencana akan digelar Jumat (10/5/2024).

"Informasi keluarga, upacara pengabenan akan digelar 10 Mei 2024," ujar Perbekel Desa Gunaksa, I Nengah Sadiarta.

Jenazah Putu Satria disemayamkan di IPJ RSUD Klungkung, dan akan dipulangkan ke rumah duka di Desa Gunaksa Klungkung pada Kamis (9/5/2024).

Sementara ayah dari Putu Satria, Ketut Swastika terselubung duka.

Ia sangat ingat komunikasi terakhirnya dengan sang putra.

"Terakhir komunikasi di WA saat libur tanggal 1 lalu. Saya diingatkan untuk mengganti strip (stiker) sepeda motornya," ungkap Swastika. (mit)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved