Berita Gianyar

SAMPAH Makanan Capai 1,3 Miliar Ton! PKM di Sukawati, Unud Beri Edukasi dan Tekan Beban Ekonomi

Kegiatan bertajuk 'Edukasi Ekonomi Sirkular Melalui Food Preparation Dalam Upaya Mengurangi Sampah Makanan dan Penguatan Ekonomi Keluarga'.

Wayan Eri Gunarta/Tribun Bali
Tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM), melalui skema Program Udayana Mengabdi (PUM) menggelar kegiatan edukasi di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Minggu 12 Mei 2024. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Tim pelaksana kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), melalui skema Program Udayana Mengabdi (PUM), menggelar kegiatan edukasi di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Minggu 12 Mei 2024. Adapun audiennya, Tim Penggerak PKK Desa Batuan.

Kegiatan bertajuk 'Edukasi Ekonomi Sirkular Melalui Food Preparation Dalam Upaya Mengurangi Sampah Makanan dan Penguatan Ekonomi Keluarga'. Tema tersebut, berimplikasi dengan persoalan nasional.

Seperti diketahui, sampah makanan (food waste) merupakan salah satu isu lingkungan global.

Bahkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyebut sampah sisa makanan menduduki peringkat sampah terbesar di Indonesia, yakni 41,18 persen, di atas sampah plastik yang hanya 18,81 persen dari total sampah yang ada.

Baca juga: TERANCAM Hukuman Mati, Pelaku Pabrik Narkoba di Kuta Utara Badung, Ada Lima Jenis Narkoba Ditemukan

Baca juga: CEKCOK Mulut Antara Wisman India & Pemangku di Pura Tirta Empul Tampaksiring, Ini Masalahnya!

Tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM), melalui skema Program Udayana Mengabdi (PUM) menggelar kegiatan edukasi di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Minggu 12 Mei 2024.
Tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM), melalui skema Program Udayana Mengabdi (PUM) menggelar kegiatan edukasi di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Minggu 12 Mei 2024. (Wayan Eri Gunarta/Tribun Bali)

 

Berdasarkan data Unud, yang diperoleh dari Food and Agriculture Organization – FAO (2019) kurang lebih sepertiga dari seluruh pangan yang diproduksi untuk konsumsi manusia, terbuang atau tidak dikonsumsi sebagaimana mestinya.

Bahkan, nilai total sampah makanan tersebut mencapai 1,3 miliar ton atau setara USD 990 miliar.

Seharusnya, jumlah pangan tersebut cukup untuk memberi makan seperdelapan penduduk dunia yang menderita kelaparan.

Selain itu, berbagai studi menyimpulkan, bahwa sampah makanan juga membebani sistem pengelolaan sampah, memperburuk kerawanan pangan, dan salah satu kontributor utama masalah lingkungan seperti perubahan iklim.

Kemudian hilangnya keanekaragaman hayati, dan pencemaran. United Nations Environment Programme – UNEP (2021) mengestimasi delapan hingga sepuluh persen emisi gas rumah kaca global, disebabkan oleh makanan yang tidak dikonsumsi.

Lebih lanjut, data SIPSN juga menunjukkan bahwa komposisi sampah berdasarkan sumbernya terbesar berasal dari rumah tangga (39,27 persen) dan perniagaan (23,1%).

Sehingga bila dikaitkan, maka penanganan food loss and waste (FLW) perlu dimulai dari rumah tangga.

Oleh karena itu, pengurangan sampah sisa makanan dari sumber (rumah tangga) menjadi penting dilakukan.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan teknik food prep, dalam mengelola bahan makanan untuk dikonsumsi.

Ilustrasi makanan - Berdasarkan data Unud, yang diperoleh dari Food and Agriculture Organization – FAO (2019) kurang lebih sepertiga dari seluruh pangan yang diproduksi untuk konsumsi manusia, terbuang atau tidak dikonsumsi sebagaimana mestinya.
Ilustrasi makanan - Berdasarkan data Unud, yang diperoleh dari Food and Agriculture Organization – FAO (2019) kurang lebih sepertiga dari seluruh pangan yang diproduksi untuk konsumsi manusia, terbuang atau tidak dikonsumsi sebagaimana mestinya. (freepik)

 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved