Warga Bali Meninggal di Jepang

Jenazah Made Dwi Korban Kecelakaan di Jepang Dipulangkan ke Bali Hari Ini, Ngaben 21 Juli 2024

Menurut informasi yang diterima Tribun Bali, jenazah Made Dwi akan tiba di Bali hari ini, Kamis 18 Juli 2024, sekitar pukul 17.35 Wita.

ISTIMEWA
SEMASA HIDUP - Korban I Made Dwi Putrayasa (34) (tengah) semasa hidupnya di Jepang. Suasana rumah duka korban I Made Dwi Putrayasa yang berstatus siswa magang di Jepang, di Banjar Ketiman Kaja, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Jembrana, Selasa 16 Juli 2024 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA – I Made Dwi Putrayasa (34), warga Desa Manistutu, Kecamatan Melaya Jembrana meninggal dunia di Jepang, Rabu 10 Juli 2024 malam.

Made Dwi meninggal karena kecelakaan lalu lintas terjatuh dari truk sebelumnya.

Ia adalah warga sebagai siswa magang di bidang pertanian di Jepang.

Menurut informasi yang diperoleh, kecelakaan yang dialami korban terjadi, Senin 8 Juli 2024 lalu pukul 10.00 waktu setempat.

Baca juga: Keluarga Almarhum Made Dwi Diberikan Santunan, Dari Perusahaan di Jepang hingga Donasi Rekan Kerja

Korban Made Dwi disebutkan mengalami kecelakaan saat membawa hasil pertanian ke sebuah lokasi.

Namun dalam perjalanan, korban jatuh dari bak truk yang ia tumpangi dan mengalami benturan di kepala.

Ia lantas dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan dan penanganan.

Namun, sehari kemudian, korban meninggal dunia.

Menurut informasi yang diterima Tribun Bali, jenazah Made Dwi akan tiba di Bali hari ini, Kamis 18 Juli 2024, sekitar pukul 17.35 Wita.

Kepala BP3MI (Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) Provinsi Bali, Anak Agung Gde Indra Hardiawan mengonfirmasi jenazah I Made Dwi Putrayasa (34) akan dipulangkan menggunakan pesawat terbang Garuda Indonesia GA 881 atas koordinasi BP3MI Bali dengan perwakilan Konsuler di Tokyo, Jepang.

"Updatenya informasi perihal pemulangan hari ini, jenazah dipulangkan pada Kamis 18 Juli 2024 menggunakan pesawat Garuda Indonesia GA 881," kata Agung Indra melalui sambungan telepon, Selasa 16 Juli 2024.

Agung Indra menjelaskan bahwa almarhum Made Dwi bukan berstatus sebagai Pekerja Migran Indonesia melainkan program magang di bidang pertanian di bawah Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Ditjen Binalattas) Kementerian Ketenagakerjaan dan Dinas Ketenagakerjaan.

"Setelah kami dalami yang bersangkutan bukan PMI namun program magang, karena Disnaker mitra kami, kami secara kemanusiaan membantu komunikasi perwakilan konsuler di Tokyo, lalu menjadi atensi perwakilan di Tokyo," ucap dia.

Setelah jenazah tiba di rumah duka, rencananya keluarga Made Dwi akan melakukan prosesi pengabenan pada 21 Juli 2024 mendatang.

Curhatan Istri

Istrinya, Ni Komang Murdani (34) menuturkan, ia intens berkomunikasi dengan suaminya (almarhum) sejak berangkat ke Jepang pada tahun 2022 lalu.

Namun, tepat pada Senin 8 Juli 2024 ia justru putus komunikasi dengan suaminya.

Hari itu ia merasa ada kejanggalan.

Ia kemudian mendapat kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan saat membawa hasil pertanian bersama bosnya di Jepang.

Made Dwi dilaporkan terjatuh dari bak pick up saat melintas di tikungan alias TKP kecelakaan.

Akibatnya, korban menderita cedera pada bagian kepala dan menjalani operasi.

Namun, nyawanya tak tertolong lagi setelah tiga hari dirawat di rumah sakit setempat.

"Kalau sebelumnya tidak pernah ada kejanggalan, berjalan seperti biasa saja. Memang selalu berkabar lewat telp. Cuman saat hari kecelakaan tersebut sulit dihubungi dan sempat menunggu kabar hingga siang hari," tutur istrinya Komang Murdani saat dijumpai.

Santunan Untuk Keluarga

Almarhum I Made Dwi Putrayasa dikenal sosok yang kreatif dan pekerja keras.

Made Dwi yang merupakan siswa magang di Jepang pada bidang pertanian, yakni petani lotus, meninggalkan luka yang amat dalam bagi keluarga.

Ia merupakan tulang punggung keluarganya di Jembrana. Dan memiliki dua buah hati yang masih berusia 14 tahun dan 5,5 tahun.

Sebagai tulang punggung keluarga, Made Dwi ternyata telah menyiapkan berbagai hal untuk keluarganya.

Sehingga ia memperoleh santunan di luar asuransi dari berbagai pihak.

Di antaranya santunan dari perusahaan tempatnya magang di Jepang, kemudian dari LPK SO bernama JIA serta donasi dari siswa JIA atau kawan-kawan tempatnya menimba ilmu sebelum berangkat ke Jepang.

Sementara untuk asuransi juga bakal menerima asuransi pendidikan untuk kedua anaknya.

"Hari ini proses penyerahan santunan sudah diberikan," kata Kabid Penempatan, Pelatihan, Produktivitas dan Transmigrasi, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Jembrana, Putu Agus Arimbawa, Rabu 17 Juli 2024.

Dia menyebutkan, santunan yang diterima pihak keluarga almarhum melalui istrinya seperti santunan dari perusahaan di Jepang, kemudian ada dari LPK SO yang memberangkatkan Made Dwi, serta ada juga donasi dari siswa LPK atau rekannya di tempat pelatihan kerja sebelumnya.

"Untuk santunan dari perusahaannya tersebut untuk prosesi pengabenannya atau upacaranya nanti," sebutnya.

Di sisi lain, juga akan dibantu pengurusan asuransi, termasuk asuransi kematian untuk tenaga kerja.

Sehingga nantinya asuransi tersebut bisa untuk pendidikan kedua anaknya serta masa depan keluarganya.

Namun, untuk asuransi tersebut masih memerlukan proses yang cukup panjang.

"Mungkin dalam waktu enam bulan kedepan baru akan diterima keluarga (asuransi). Asuransi tersebut bisa untuk pendidikan kedua anaknya dan keluarganya," katanya.

Selain pemberian santunan dan asuransi, kata dia, pemerintah juga akan membantu dalam proses pengajuan santunan kematian di Disdukcapil Jembrana.

Serta membantu atau memfasilitasi proses pemulangan jenazah dari Bandara Ngurah Rai Bali menuju rumah duka, Kamis 18 Juli 2024 malam.

"Yang terpenting, ketika nanti layon sudah di rumah duka, kami harap segala prosesi upacara yang akan dijalankan keluarga berjalan aman dan lancar," harapnya. (mpa)

Kumpulan Artikel Jembrana

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved