Breaking News

Berita Buleleng

SELAMAT JALAN Bli Kadek Partha, 10 Hari Berjuang, Bocah Dencarik Buleleng Meninggal karena DBD

SELAMAT JALAN Bli Kadek Partha, 10 Hari Berjuang, Bocah Dencarik Buleleng Meninggal karena DBD

Kompas.com/Irwan Nugraha
Ilustrasi 

 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Nasib miris dialami bocah bernama Kadek Partha Dwipayana, korban asal Banjar Lebah, Desa Dencarik, Buleleng itu dinyatakan meninggal dunia karena DBD.

DBD atau Demam Berdarah Dengue itu merenggut nyawa bocah Dencarik itu pada hari Senin (9/9/2024). 

Diketahui sebelum dinyatakan meninggal dunia karena DBD, Kadek Partha sempat dirawat di RSUD Tangguwisia.

Baca juga: Ditanya Sosok Pelapor Nyoman Sukena di Kasus Landak Jawa di PN Denpasar, Klemeng Bersuara

Korban dirawat di RSUD Tangguwisia sejak 7 September 2024, diketahui bocah tersebut telah mengalami demam selama 10 hari.

Hal tersebut dibenarkan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr. Putu Arya Nugraha.

Selain itu, Kadek Partha juga mengalami BAB encer tiga kali dalam sehari dan nafsu makan menurun.

Baca juga: Kasus Landak Jawa Dikaitkan Siamang yang Dipelihara Giri Prasta, Ini Jawaban Pasangan Wayan Koster

"Diagnosa awal yang ditetapkan dokter penanggungjawab pasien, Kadek Partha mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS) dan Encepalopati Dengue.

Oleh sebab itu ia akhirnya dirujuk ke RSUD Buleleng untuk mendapatkan tindakan dan terapi lebih lanjut," jelasnya Selasa (10/9/2024).

Kadek Partha tiba di IGD RSUD Buleleng pukul 22.30 wita dan langsung dilakukan perawatan secara intensif di ruang PICU, karena penurunan keadaan.

Namun hingga keesokan harinya yakni tanggal 8 September 2024, kondisi kesehatan bocah kelas II SD itu belum ada tanda-tanda membaik.

"Sudah sempat dipasang ventilator, bahasanya diinkubasi karena penurunan keadaan.

Penurunan keadaan itu meliputi tekanan darah turun, kesadaran turun, pasien mimisan, kemudian BAB berdarah.

Artinya itu sesuai dengan kondisi yang kita sebut dengan DSS, atau komplikasi demam berdarah berat yang menimbulkan shock dan pendarahan," terangnya. 

Hingga pada tanggal 8 September pukul 14:43 wita, Kadek Partha meninggal dunia akibat gagal nafas, Hematesis melena dan penyebab dasar DSS

dr. Arya tidak memungkiri jika kondisi Kadek Partha memang sudah parah saat dilarikan ke RSUD Tangguwisia.

Secara teoritis, kata dia, dari seluruh kasus DBD ada sekitar 8 sampai 15 persen kasus, beresiko menjadi berat atau DSS.

"Dan itu resiko kematiannya bisa lebih dari 80 persen," imbuhnya. 

Pria yang juga Direktur RSUD Buleleng ini menyebut ada banyak faktor penyebab penyakit DBD menjadi berat.

Salah satunya karena terlambat penanganan.

Mengingat pada kasus ini, Kadek Partha baru dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami demam hari ke 10. 

"Faktor kedua, pada anak-anak yang memiliki berat badan berlebih, resiko shocknya juga besar.

Sesuai data, pasien berusia 9 tahun memiliki berat badan 40 kilogram.

Mungkin itu lumayan besar. Sedangkan sisanya karena faktor yang belum diketahui. Misalnya kekuatan inveksi virus," sebutnya.

Tindaklanjut terhadap kasus ini, dr. Arya mengatakan pihaknya telah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) DBD lebih lanjut di Desa Dencarik pada Selasa (10/9/2024).

PE dilakukan di sekitar rumah almarhum hingga lingkungan sekitarnya. 

"Berdasarkan keterangan keluarga pasien, pasien demam sejak tanggal 28 Agustus 2024.

Sempat diperiksakan ke dokter praktik mandiri tanggal 30 Agustus 2024, diberikan terapi obat dan pasien diperbolehkan pulang.

Sedangkan hasil pemantauan jentik di rumah dan lingkjngan sekitar menunjukkan negatif jentik dan tidak ditemukan penderita sakit panas lainnya," tandas dia. 

Dihubungi terpisah, Perbekel Dencarik Made Riasa membenarkan jika salah satu warganya ada yang meninggal dunia akibat DBD.

Pihaknya pun telah melakukan penelusuran baik di sekolah maupun rumah duka.

"Situasinya bersih, tidak ada sampah maupun air menggenang. Demikian pula di rumah duka," ucapnya.

Sementara dari keterangan orang tua almarhum, lanjut Made Riasa, diketahui jika Kadek Partha sudah sempat cek darah namun hasilnya negatif.

Kendati demikian demam yang dialami Kadek Partha tak kunjung membaik, sehingga dibawa ke dokter umum. 

"Di dokter umum disarankan agar hari itu juga cek darah di RSUD Tangguwisia.

Hasilnya diketahui positif DBD. Selanjutnya dia dirujuk ke RSUD Buleleng.

Di rumah sakit itulah mungkin trombositnya menurun, hingga akhirnya meninggal dunia. Sesuai rencana, jenazah Kadek Partha akan dikubur pada tanggal 23 September," ujarnya. (mer)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved