Berita Bali

Baru 106 Hotel Berbintang Tersertifikasi, Kesiapsiagaan Hadapi Bencana di Bali

Penyerahan sertifikat dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan sektor pariwisata menghadapi potensi bencana, seperti gempa bumi dan tsunami.

Pixabay
Ilustrasi hotel - Hingga saat ini, dari total 498 hotel berbintang yang ada, baru 106 hotel berbintang di Bali telah tersertifikasi sebagai hotel yang siap menghadapi bencana. 

TRIBUN-BALI.COM  — Pemerintah Provinsi Bali menyerahkan Sertifikat Kesiapsiagaan Bencana pada 19 hotel di Bali, Jumat (27/9). Dari 19 hotel tersebut, 7 hotel mendapatkan sertifikat, sementara 12 hotel menjalani resertifikasi.

Hingga saat ini, dari total 498 hotel berbintang yang ada, baru 106 hotel berbintang di Bali telah tersertifikasi sebagai hotel yang siap menghadapi bencana.

Penyerahan sertifikat dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan sektor pariwisata menghadapi potensi bencana, seperti gempa bumi dan tsunami.

Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menegaskan pentingnya kesiapsiagaan bencana yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga pelaku industri pariwisata.

Baca juga: VIRAL! Bule Kaget Harga Air Mineral Rp50 Ribu Sebotol, Harga Termahal di Indonesia? Ini Kata Camat

Baca juga: 2.364 Kotak Suara Tiba di Buleleng! Tim Siber Atensi Provokasi SARA di Jembrana

"Kita telah mengetahui bahwa daerah kita ini memiliki potensi bencana, baik bencana geologi seperti gempa bumi maupun tsunami. Oleh karena itu, kesiapsiagaan menghadapi bencana bukan hanya urusan pemerintah atau BPBD, melainkan tanggung jawab kita bersama, terutama industri pariwisata yang sebagian besar akomodasinya berada di wilayah pesisir yang berpotensi terkena tsunami," kata Dewa Indra.

Ia mengatakan, kesiapsiagaan tidak hanya mencakup pengetahuan tentang potensi bencana, tetapi juga langkah-langkah fisik yang diperlukan, seperti membangun struktur bangunan yang tahan gempa dan menyediakan jalur serta tempat evakuasi yang aman.

"Kita harus paham karakteristik bencana, misalnya gempa yang terjadi di dasar laut dengan magnitudo di atas 7 skala Richter bisa berpotensi tsunami. Maka, kesiapsiagaan tidak hanya pengetahuan, tetapi juga kesiapan fisik seperti bangunan hotel yang kokoh dan menyediakan tempat evakuasi vertikal," imbuhnya.

Selain itu, Dewa Indra juga menyoroti pentingnya memperbaiki jalur evakuasi di hotel-hotel yang belum memenuhi standar, baik dari segi jumlah maupun pewarnaan rambu evakuasi sesuai aturan terbaru.

"Beberapa hotel telah berkomitmen untuk melengkapi jalur evakuasi dan menambah jumlah personel keamanan dalam waktu satu hingga satu setengah tahun ke depan. Ini penting agar keamanan tamu hotel, termasuk wisatawan, bisa lebih terjamin ketika terjadi bencana," tambahnya.

Bali sebagai destinasi pariwisata internasional, memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana alam. Dengan sertifikasi kesiapsiagaan bencana yang diberikan kepada 106 hotel ini, diharapkan sektor pariwisata Bali lebih siap dan sigap dalam menghadapi potensi bencana di masa mendatang.

Seperti diketahui, belakangan ini gempa kerap terjadi di Bali. Terakhir gempa dengan Magnitudo 4,8 terjadi, Sabtu (21/9) pukul 07.26 Wita berpusat 3 kilometer Barat Daya Gianyar, Bali. Sebagai destinasi wisata internasional, Bali memiliki tantangan tersendiri dalam hal mitigasi bencana, terutama bagi sektor pariwisata.

Dengan mayoritas hotel dan fasilitas wisata yang berada di kawasan pesisir, risiko bencana seperti gempa bumi dan tsunami menjadi ancaman nyata yang harus dihadapi. Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana, Sekda Dewa Made Indra, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan pelaku industri pariwisata dalam membangun sistem kesiapsiagaan yang tangguh.

Berikut rangkuman tips yang disampaikan Sekda Dewa Indra, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali dalam memitigasi kesiapsiagaan bencana.

Diantaranya pahami potensi bencana di sekitar lokasi Bali merupakan daerah yang rawan bencana geologi, seperti gempa bumi dan tsunami, terutama karena banyak hotel yang berada di kawasan pesisir. "Karena kita tahu bahwa akomodasi pariwisata kita sebagian besar itu ada di pinggir pantai yang secara teoritis itu merupakan daerah potensial yang terdampak oleh tsunami,” kata Dewa Indra.

Ketahui karakteristik masing-masing bencana sangat penting untuk merespons dengan tepat. “Kita harus paham karakteristiknya supaya respon kita tidak salah. Misalnya kalau ada getaran kecil dan BMKG menyatakan pusat gempa di darat, kita cukup menghindar dari dalam ruangan saja, tidak perlu menjauh dari pantai," imbuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved