Berita Bali

Bali Jadi Perintis Program Pangan Prabowo, Dalam 10 Tahun Ini Lenyap 11.985 Hektar

Kota Denpasar dengan lahan pertanian yang minim melakukan upaya untuk menekan alih fungsi lahan. 

Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari
KETAHANAN PANGAN - Peluncuran Program Pilot Penyelamatan Pangan untuk Memantapkan Ketahanan Pangan dan Gizi di Provinsi Bali, Selasa 29 Oktober 2024. Lahan pertanian di Bali mengalami alih fungsi yang besar selama 10 tahun terakhir - Bali Jadi Perintis Program Pangan Prabowo, Dalam 10 Tahun Ini Lenyap 11.985 Hektar 

Meski dikepung alih fungsi, Sunada yakin Bali dapat melakukan swasembada pangan.

“Kalau swasembada pangan, kami sudah menelusuri lahan-lahan kami yang akan siap kami tanami padi. Terutama di pangan strategis,” kata dia pada peluncuran Program Pilot Penyelamatan Pangan untuk Memantapkan Ketahanan Pangan dan Gizi di Provinsi Bali, kemarin.

Ia mengaku telah melakukan penanaman di lahan sawah tadah hujan. Biasanya lahan ini ditanami padi satu kali dalam setahun. 

Tahun ini sudah diusahakan untuk menjadi dua kali dalam setahun dengan cara memberikan bantuan pompanisasi.

“Kalau lahan tadah hujan mengharapkan air dari hujan saja kalau tidak ada hujan dia tidak akan bisa menanam padi. Makanya kami memberikan bantuan pompanisasi. Air yang ada di kali, yang ada sungai kita tarik untuk mengairi sawah-sawah," kata dia.

"Kami juga mendapat Irpom (irigasi pompa) untuk menyedot air tanah untuk mengairi sawah-sawah, itu yang sudah kita lakukan. Tahun ini kami mendapat 71 pompa air untuk mengantisipasi, bisa kok kita swasembada,” imbuhnya.

Kata dia, produktivitas padi di Bali dalam satu hektar naik dari 6 ton naik menjadi 6,2 ton per hektar. 

Jika dikalikan kelebihannya dengan luas tambah tanam (LTT) sekitar 134.000 hektar, maka angka itulah yang menjadi komoditi padi Bali.

“Komoditi padi itu kan pangan strategis itu dibutuhkan oleh masyarakat kita beras ya. Kalau tanaman cabai walaupun tidak ada cabai masyarakat kita masih bisa makan. Kalau beras tidak ada apa masyarakat kita makan cabai saja kan enggak bisa. Cabai itu nomor dua yang paling pertama adalah beras ya gitu oke,” tutupnya.

Ketua Pusat Inovasi Kesehatan (PIKAT) Bali sekaligus dosen FK Universitas Udayana, Pande Putu Januraga mengatakan, Program Pilot Penyelamatan Pangan untuk Memantapkan Ketahanan Pangan ini juga termasuk pada cara menjaga kecukupan pangan untuk masyarakat di masa yang akan datang.

“Swasembada pangan berfokus pada kecukupan pangan untuk masyarakat tidak hanya saat ini tetapi juga masa depan. Salah satu caranya adalah memanfaatkan pangan secara efisien dan berkeadilan, pilot ini mencoba memberi kontribusi pada aspek tersebut, efisiensi dalam memanfaatkan pangan dan berkeadilan dalam melakukan redistribusi dari yang berlebih ke yang membutuhkan,” kata Pande.

Industri Perhotelan 

Alasan Bali dipilih dalam program ini karena memiliki infrastruktur sosial dan industri yang memadai untuk melakukan penyelamatan pangan surplus. 

Selain itu juga terdapat partner kerja dalam melakukan kajian atau riset program ini.

“Kedua terdapat industri perhotelan dan F&B (Food and Beverage alias makanan dan minuman) yang memiliki pangan surplus yang bisa dimanfaatkan. Infrastruktur kebijakan juga tersedia lewat dukungan Badan Pangan Nasional dan juga Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali,” kata Pande Putu Januraga.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved