Berita Bali

Kisah Penjual Es Teh di Bali, Sehari Bisa Jualan Rp 250 Ribu, Hidupi 5 Anak & Seorang Istri

Dengan rombong kayu berwarna hijau berpadu merah, Murad menjajakan es teh buatannya di Jalan Kamboja, Denpasar percis di depan Gedung SMAN 1 Denpasar.

|
Tribun Bali/ Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
Meskipun masuk musim penghujan, tak menyurutkan semangat Murad untuk berjualan es teh.  

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Meskipun masuk musim penghujan, tak menyurutkan semangat Murad untuk berjualan es teh.

Dengan rombong kayu berwarna hijau berpadu merah, Murad menjajakan es teh buatannya di Jalan Kamboja, Denpasar percis di depan Gedung SMAN 1 Denpasar. 

Ketika ditemui, pria asal Lombok berusia 59 tahun ini mengatakan telah berjualan es teh di sekitar jalanan Kamboja Denpasar sejak tahun 1983. 

Tak hanya berjualan di depan SMAN 1 Denpasar, sesekali ia juga menjajakan es tehnya di GOR Ngurah Rai yang cukup dekat juga dengan Jalan Kamboja.

Bisa dikatakan es teh buatan Murad ini, berbeda dengan es teh pada umumnya sebab terdapat rasa mocca. 

Baca juga: NEKAT Tebas Adik Sendiri, Gede Sardina Minum Alkohol Sebelum Tragedi, Ini Kata Polsek Kubutambahan!

Baca juga: Pilkada 2024 Jembrana Berjalan Aman, Damai & Lancar, Pemerintah Apresiasi Masyarakat Ikut Sukseskan

Meskipun masuk musim penghujan, tak menyurutkan semangat Murad untuk berjualan es teh. 
Meskipun masuk musim penghujan, tak menyurutkan semangat Murad untuk berjualan es teh.  (Tribun Bali/ Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami)

 

Murad mulai berjualan pada pukul 10.00 Wita sampai pukul 18.00 Wita. Ia pun tak pernah libur berjualan, sebab ada anak dan istri yang harus ia hidupi. Diakuinya memasuki musim hujan ini omzet penjualannya dalam sehari menurun. 

 

“Sehari kalau hujan begini saya bawa es teh hanya 12 liter dan terjual hanya Rp 100 ribu. Kalau musim panas bisa dapat jualan Rp200 ribu sampai Rp 250 ribu,” ucap Murad, Kamis 5 Desember 2024. 

 

Tak mahal-mahal, pembeli hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp3.000 saja untuk segelas es teh mocca.  Rasanya segar, manis, dan sedikit pekat dari cita rasa mocca. Sari tehnya sendiri, dia peroleh dari pedagang langganannya.

 

“Biasanya paling ramai saat ada Porjar atau kegiatan santai seperti lomba-lomba di sekolah,” ungkapnya. 

 

Selain karena musim hujan, es teh buatan Murad juga bersaing dengan rombong-rombong es teh baru yang lebih kekinian kemasannya dan berjualan di sekitar Jalan Kamboja Denpasar. Dengan berjualan es teh ini ia mampu menghidupi istri dan 5 orang anaknya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved