Ulah Pati di Bali

Kegiatan Adat di Bali Dinilai Jadi Faktor Utama Seseorang Lakukan Ulah Pati, Benarkah Demikian?

dr. I Gusti Rai Putra Wiguna selaku Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Cabang Denpasar, tanggapi hal tersebut. 

Kolase Foto Tribun Bali/Facebook
ULAH PATI - Korban ulah pati NKMS (22) sempat terlihat duduk di Jembatan Tukad Bangkung sebelum melakukan ulah pati. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Jika selama ini kasus ulah pati paling banyak dan santer ditemui di Jepang, di Indonesia ada Provinsi Bali yang menjadi Provinsi dengan kasus ulah pati tertinggi secara nasional. 

Padahal Bali kerap dikenal sebagai Provinsi ‘banyak libur’, bahkan digadang-gadang menjadi salah satu tempat rekomendasi untuk ‘slow living’. 

Mirisnya, berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Indonesia Polri catatkan kasus bunuh diri sepanjang 2023-2024 tingkat bunuh diri di Bali mencapai 3,07 atau ada 135 kasus bunuh diri di Bali yang dilaporkan. 

Banyak pihak yang berspekulasi bahwa tingginya angka bunuh diri di Bali disebabkan karena kegiatan adat yang kesannya membebankan masyarakat. 

Baca juga: PAGAR Pengaman Lebih dari 2 Meter! PUPR Badung Tinjau Jembatan Tukad Bangkung, Antisipasi Ulah Pati

dr. I Gusti Rai Putra Wiguna selaku Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Cabang Denpasar, tanggapi hal tersebut. 

“Menurut saya kejadian bundir hal yang kompleks multifaktorial, terlalu sederhana kalau kita menyederhanakan kejadian bundir karena masalah adat,” terangnya, Rabu 9 April 2025. 

Hal tersebut karena jika dilihat kasus ulah pati di Bali bukan hanya dilakukan oleh warga lokal Bali, ada juga warga Provinsi lain hingga warga negara asing (WNA). 

Kemudian dari data statistik dari umur korban ulah pati ini beragam ada yang anak-anak, remaja, hingga lansia. Sehingga perlu untuk dilakukan observasi secara mendalam lagi. 

“Kalau secara simple membaca di media salah satunya pemicunya terkait adat, tapi ada juga pemicunya judi online, pinjaman online, korban KDRT, jadi multifaktorial, ada juga masalah ekonomi jadi cukup banyak. Itu bukan hanya tergantung masalahnya saja tapi tergantung juga support dari masyarakat kemudian dari beberapa kasus sudah gangguan jiwa berat. Tapi artinya di Bali cukup tinggi iya, namun kita lihat banyak faktor yang berkombinasi,” bebernya. 

Tingginya angka ulah pati di Bali ini membuat pemerintah mau tidak mau harus segera bertindak. 

Provinsi Bali harus segera memiliki headline yang tersambung ke seluruh BPBD dan ambulance yang terhubung hingga waktu 24 jam. 

Ataupun dengan fasilitas kesehatan ketika krisis dan pada saat korban membutuhkan emosional support.

Perhimpunan Psikiater sebetulnya, kata dr. Rai, siap membantu dan berkolaborasi. 

Penyediaan headline sebetulnya pernah dicoba beberapa yayasan dan gerakan ini memang membutuhkan resources serta volunteer yang aktif dan banyak. 

Dengan membuat Bali Headline khusus untuk ulah pati dinilai dapat memperbaiki citra pariwisata, terlebih dengan adanya headline ini wisatawan asing yang berlibur ke Bali dapat merasa nyaman karena beberapa kejadian ulah pati juga menimpa pada warga asing. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved