Berita Buleleng
Tren Guru Bikin Konten di Kelas, Ini Kata Dewan Pendidikan Buleleng
Tren menghasilkan uang melalui platform digital seperti Facebook Profesional (FB Pro) dan TikTok kini juga diikuti para guru.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tren Guru Bikin Konten di Kelas, Ini Kata Dewan Pendidikan Buleleng
TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Tren menghasilkan uang melalui platform digital seperti Facebook Profesional (FB Pro) dan TikTok kini juga diikuti para guru.
Melihat fenomena ini, Dewan Pendidikan Buleleng mengingatkan pentingnya menjaga etika dan profesionalisme di dunia pendidikan.
Ketua Dewan Pendidikan Buleleng, I Made Sedana, menyatakan bahwa tidak sedikit guru yang kini membuat konten bahkan saat berada di ruang kelas.
Baca juga: GURU Khawatir Terhadap Hukuman & Stigma Sosial, Salah Satu Penyebab Disleksia Anak SMP di Buleleng
Ia menegaskan bahwa aktivitas tersebut seharusnya tidak dilakukan di waktu mengajar.
Sedana juga telah menyampaikan hal ini kepada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng.
"Mengunggah konten ke media sosial memang bisa menambah pengikut dan membuka peluang pendapatan."
"Namun profesi guru itu memiliki tanggung jawab moral dan kode etik. Jangan sampai melupakan itu demi popularitas," ujar Sedana.
Baca juga: BANYAK Guru Pensiun, Denpasar Kekurangan 317 Guru SD & SMP, Tak Bisa Rekrut Guru Kontrak
Menurutnya, kebiasaan membuat konten bisa mengganggu fokus guru dalam mengajar.
"Kalau pikirannya terbagi untuk membuat konten baru, maka perhatian terhadap materi pelajaran bisa terganggu," jelasnya.
Sedana juga menyoroti persoalan mendasar dalam pendidikan di Buleleng, seperti masih banyaknya siswa SMP yang belum lancar membaca dan menulis.
Ia mendorong perbaikan layanan pendidikan secara menyeluruh.
"Pendidikan adalah urusan bersama. Pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan harus bekerja sama, dan konsep Tri Pusat Pendidikan harus benar-benar dioptimalkan," tegasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Disdikpora Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, turut mengakui bahwa makin banyak guru yang aktif di media sosial.
Ia menegaskan bahwa pihaknya akan memberi arahan agar para guru lebih cermat dalam bermedia sosial.
"Kami tidak melarang guru menggunakan media sosial, namun kami harap penggunaannya lebih bijak. Saat ini hampir semua orang sangat lekat dengan media sosial, jadi penting untuk tahu batasannya," ucap Ariadi. (*)
Berita lainnya di Dinas Pendidikan Buleleng
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.