Berita Bali

Menuju Bali Net Zero Emission 2045, IESR Nilai Perlu Pembangunan PLTS Atap Besar-besaran

Analisis IESR menunjukkan bahwa kebutuhan listrik Bali di 2045 dan selanjutnya dapat sepenuhnya bersumber dari energi terbarukan. 

istimewa
Pemerintah Provinsi Bali mendeklarasikan menuju Bali net-zero emission (NZE) atau Bali Emisi Nol Bersih pada tahun 2045. Menuju Bali Net Zero Emission 2045, IESR Nilai Perlu Pembangunan PLTS Atap Besar-besaran 

Kajian IESR menyoroti kondisi sistem tenaga listrik Bali saat ini yang disokong oleh pembangkit listrik dengan kapasitas total 1.461 MW. 

Sekitar 76 persen di antaranya masih didominasi oleh energi fosil, dengan pembangkit gas sebagai kontributor terbesar sebesar 688 MW, disusul oleh pembangkit batu bara sebesar 380 MW. 

Berdasarkan analisis IESR, Bali memiliki potensi energi terbarukan sebesar 22.04 GW, dengan tiga potensi teknis tertinggi berasal dari energi surya (21 GW), angin (515 MW), dan panas bumi (127 MW). 

Bila potensi ini dimanfaatkan secara optimal, Bali akan mampu memenuhi kebutuhan energi listrik, yang diproyeksikan mencapai 44,71 TWh pada tahun 2045 dengan 100 persen energi terbarukan.

Alvin Putra Sisdwinugraha, Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan, IESR memaparkan empat tahapan periode dalam mencapai Bali 100 persen energi terbarukan pada 2045. 

Pada periode 2025-2029, penerapan energi terbarukan sebesar 1,5 GW yang terdiri dari energi surya, biomassa, minihidro, sampah, dan bayu berpotensi menurunkan emisi hingga 2,8 juta ton setara karbon dioksida. 

Kebutuhan investasi pada periode ini mencapai USD 5,8 miliar.

Pada periode 2030-2034, diperlukan penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 1,4 GW dan penyimpanan energi sebesar 400 MWh, dengan estimasi investasi sekitar USD 1,7 miliar. 

Selanjutnya, pada 2035-2039, penambahan kapasitas 1,24 GW membutuhkan investasi sebesar USD 1,76-4,76 miliar dan berpotensi menurunkan emisi hingga 9 juta ton setara karbon dioksida.

Terakhir, pada periode 2040-2045, dibutuhkan penambahan kapasitas energi terbarukan hingga 17 GW dan penyimpanan energi sebesar 54 GWh, dengan estimasi investasi mencapai USD 35 miliar. 

Untuk merealisasikan tahapan tersebut, IESR merekomendasikan lima strategi intervensi utama. 

Pertama, formalisasi peta jalan melalui instrumen kebijakan daerah dan dokumen perencanaan wilayah, perencanaan energi daerah dan perencanaan ketenagalistrikan. 

Kedua, perbaikan dan optimalisasi mekanisme pengadaan energi terbarukan, dan mendorong pembangunan PLTS atap secara besar-besaran. 

Ketiga, peningkatan kapasitas lokal di bidang energi terbarukan melalui pusat pelatihan keterampilan dan fasilitas riset. 

Keempat, penyusunan kerangka regulasi dan peraturan turunan untuk pengembangan dan uji coba teknologi baru. 

Kelima, meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dengan mendorong inisiatif pemanfaatan energi terbarukan di tingkat desa dan komunitas. 

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved