TRIBUN-BALI.COM - Permasalahan sampah di Bali menjadi perhatian publik, pasca larangan membawa sampah organik ke TPA Suwung.
Ditambah masyarakat di Bali belum terbiasa dalam memilah sampah secara mandiri di rumah tangga, semakin membuat persoalan sampah menjadi polemik.
Anggota Komisi IV DPRD Bali yang juga mantan Bupati Klungkung 2 periode I Nyoman Suwirta, ikut menyampaikan pendapat dan pengalamannya dalam upaya menuntaskan masalah sampah.
Menurutnya permasalahan sampah di Bali tidak akan pernah selesai jika hanya dibicarakan tanpa eksekusi nyata.
Ia tidak memungkiri pengelolaan sampah yang hingga kini masih menjadi tantangan besar di Bali. Suwirta yang dinilai cukup gencar mengatasi mengatasi masalah sampah saat menjadi Bupati Klungkung menceritakan pengalamannya.
Hingga Klungkung sempat beberapa kali mendapatkan bantuan Dana Insentif Daerah (DID) dari upaya mengatasi permasalahan sampah.
Baca juga: DEWAN Denpasar Soroti Akses Jalan Sekolah, Komisi III dan IV DPRD Denpasar Tinjau Proyek SMPN 17
Baca juga: SATPOL PP Kerahkan 2 Eskavator, Bongkar di Pantai Bingin Capai 30 persen, Tuntas Akhir Agustus?
Mengawali karier sebagai Bupati Klungkung pada 2013, Suwirta mengisahkan, setiap hari dirinya harus berhadapan dengan masalah TPA Sente yang sering terbakar. Dari sanalah ia mulai serius memikirkan solusi jangka panjang terhadap sampah.
“Segala sesuatu harus melalui proses. Awalnya saya coba berbagai cara, seperti ecobrick, tapi hasilnya tidak maksimal,” ujar Suwirta saat ditemui di kediamannya, Rabu (6/8).
Solusi mulai tampak saat ia bertemu dengan tim dari STT PLN yang memperkenalkan konsep listrik kerakyatan, mengubah sampah menjadi briket bahan bakar untuk genset. Ia pun bekerja sama dengan Indonesia Power untuk mewujudkan konversi sampah menjadi energi terbarukan.
Namun, upaya tersebut terhenti di tengah jalan karena produksi briket tidak terserap sesuai harapan. “Banyak kami memproduksi briket, setengah jalan katanya briket ini mau dibeli, tapi ini tidak jalan,” jelas Suwirta.
Tak menyerah, Suwirta lalu mengembangkan konsep pengolahan sampah organik menjadi kompos Osaki. Konsep ini berjalan baik, dengan pemilahan sampah dari rumah yang baik dan konsisten.
Tahun 2017, ia menggencarkan kampanye pemilahan sampah dari rumah. “Setiap hari saya naik truk sampah, mengunjungi enam kelurahan untuk memastikan warga sudah memilah sampah. Kalau belum, saya sendiri yang turun ke gang-gang kecil,” kenangnya.
Upaya itu membuahkan hasil. Tahun 2018, sekitar 87 persen masyarakat Klungkung telah taat memilah sampah. Ia pun menegaskan kunci pengelolaan sampah ada pada pemilahan dari sumber, yakni rumah tangga.
Ia juga mengatakan, keberhasilan memilah sampah ini hanya akan berkelanjutan jika didukung oleh eksekusi, edukasi yang konsisten, serta sanksi yang tegas. “Kami bahkan terapkan sanksi tipiring bagi yang buang sampah sembarangan. Edukasi tanpa eksekusi hanya jadi teori,” tegasnya.
Menggencarkan kembali kebiasaan memilah sampah bagi masyarakat, Suwirta mendorong agar seluruh ASN dan pejabat menunjukkan aksi nyata dengan membuat video edukatif tentang pemilahan sampah dan membagikannya di media sosial. Menurutnya, langkah kecil dari para pemimpin akan menjadi contoh visual yang efektif bagi masyarakat.