Bencana Alam di Bali

BENCANA Pohon Tumbang Landa Badung & Jembrana, Kerugian Gudang Rusak di Abiansemal Capai Rp100 Juta!

Akibatnya tiga pohon tumbang dan menimpa gudang kayu di Banjar Raketan, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.

ISTIMEWA
TUMBANG – Petuags melakukan evakuasi pohon aren yang tumbang dan menimpa gudang kayu di Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung pada Sabtu (8/11). 

Artana mengakui, proses penanganan membutuhkan waktu sekitar 3,5 jam. Sebab, selama penanganan sempat terhambat karena adanya kabel listrik di sekitar pohon dan halaman rumah yang sempit. Petugas juga telah memberikan bantuan kebutuhan dasar seperti terpal dan sembako kepada korban. Terpal tersebut bisa diperuntukkan untuk menutup bagian atap yang rusak sementara.

“Sekali lagi kami imbau untuk meningkatkan kewaspadaan di tengah cuaca ekstrem belakangan ini. Sebab, Jembrana memiliki potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang dan lainnya dampak cuaca ekstrem,” kata dia. (gus/mpa)

Potensi Ancaman 14 Bencana 

BPBD Provinsi Bali melakukan sejumlah langkah guna mitigasi bencana. Hal ini merespon hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait adanya peningkatan potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah, mulai dari hujan lebat, angin kencang hingga potensi dampak secara tidak langsung siklon tropis dari arah selatan Indonesia.

Mitigasi bencana di antaranya melakukan desiminasi peringatan dini. Juga menggelar rapat koordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota se-Bali, menyiagakan personel, perlengkapan, menggelar aksi bersih sungai dan bersih sampah.

Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, Gede Teja, saat dikonfirmasi Tribun Bali beberapa hari lalu. Bahkan kegiatan diseminasi atau sosialisasi dengan lintas sektor belum lama ini digelar mengacu pada Peraturan Gubernur Bali Nomor 25 Tahun 2024 tentang Kajian Risiko Bencana (KRB). 

Disinggung bagaimana ancaman bencana di Provinsi Bali hasil KRB? Gede Teja menyampaikan, Provinsi Bali memang daerah rawan bencana.

“Setidaknya ada 14 ancaman bencana yang dikelompokkan dalam bencana geologi (gempa bumi, tsunami, gunung api, likuefaksi, gerakan tanah/tanah longsor), bencana hidrometeorologi (banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, kebakaran hutan dan lahan), dan bencana antropogenik (epidemi/wabah penyakit, covid-19, dan kegagalan teknologi/kecelakaan industri),” kata dia.

Ia menambahkan dari 14 jenis ancaman bencana itu, ada 9 risiko tinggi, 2 risiko sedang, dan 3 risiko rendah. “Jadi kita harus kolaborasi agar risiko tinggi dapat ditekan menjadi sedang bahkan menjadi rendah,” kata dia.
Lebih lanjut Gede Teja mengatakan mengingat Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata, kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana menjadi kunci utama untuk menjaga keberlanjutan dan keselamatan masyarakat serta wisatawan. Pihaknya BPBD berharap hasil kajian risiko bencana dipedomani oleh seluruh sektor. 

“Kajian risiko bencana merupakan perhitungan nilai kemungkinan dan besaran kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, maka lakukanlah pengurangan risiko bencananya,” papar Gede Teja. 

Menurutnya program apapun yang dilakukan, harus terlebih dulu periksa risiko bencana di daerah setempat, agar tidak rugi atau bahkan malah membahayakan masyarakat. Lakukan mitigasi sebagai bagian dari proyek. Apakah infrastruktur, perumahan, area wisata dan lainnya. 

“Berdasarkan penilaian ketahanan secara keseluruhan ketahanan daerah Provinsi Bali dalam menghadapi potensi bencana memiliki Indeks Ketahanan Daerah 0,49 dan nilai ini menunjukkan Tingkat Kapasitas Daerah Sedang. Yang bagus itu tentu kapasitas tinggi,” ungkapnya.

Hal ini merepresentasikan ketahanan daerah masih memerlukan komitmen  bersama baik pemerintah, masyarakat, dunia usaha, media dan Perguruan tinggi. “Daerah mana saja risiko-risiko bencana itu sudah ada dalam peta atau bisa dibaca dalam dokumen KRB. Bahkan sudah disiapkan aplikasi yang diberi nama Ina-Risk personal untuk memudahkan cek risiko dimanapun kita berada. Silakan download,” ucapnya.

“Dari informasi itu, lakukan adaptasi terhadap risiko itu. Harus semuanya melakukan mitigasi, bukan pemerintah saja. Dengan demikian kita akan lebih tangguh,” tandas Gede Teja. (zae)

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved