Budaya Bali
BUDAYA untuk Pariwisata atau Pariwisata untuk Budaya Bali? Simak Diskusi Pasamuhan Alit 2025
Menurut Eriadi, wajah Pariwisata Budaya Bali kini menghadapi dilema besar: apakah budaya untuk pariwisata, atau pariwisata untuk budaya?
Penulis: Putu Supartika | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
Ketua Harian MKB, Prof. Dr. I Komang Sudirga, menyatakan bahwa pariwisata telah membawa gemerlap global, tetapi di baliknya terdapat kekhawatiran terhadap terkikisnya nilai-nilai budaya lokal.
Menurutnya, sudah saatnya masyarakat Bali membangun rasa jengah, wirang, dan militansi kultural dalam menjaga tanah dan budaya.
“Menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks ke depan, kita perlu membangun rasa militansi, sutindih, wirang, dan jengah atas tanah dan kebudyaan Bali jika tidak ingin menghadapi penyesalan kemudian,” tegasnya.
Pasamuhan Alit Kebudayaan Bali 2025 diharapkan menghasilkan sebuah rumusan rekomendasi.
“Pertimbangan, saran dan masukan dari para pakar dan seluruh peserta pasamuhan, selanjutnya dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam menjaga, melestarikan, serta mengadaptasikan warisan budaya Bali,” tandasnya. (*)
| Gelaran Pasamuhan Alit Bali 2025 Jadi Ruang Refleksi Bagi Insan Budaya |
|
|---|
| PERLU Redesain & Reimajinasi Kebudayaan Bali, Pasamuhan Alit 2025 Ruang Refleksi Bagi Insan Budaya! |
|
|---|
| PITANA: Pariwisata Budaya Melenceng! Pasamuhan Alit Kebudayaan Bali 2025, Rekomendasi Wisata Bali! |
|
|---|
| Makna Banyu Pinaruh Menurut Ajaran Hindu Bali, Bukan Cuma Pebersihan ke Pantai atau Melukat |
|
|---|
| Jaga Harmoni Serangan, Dari Doa Tumpek Kandang Hingga Tukik Menyapa Samudera |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.