Berita Bali

Sebanyak 5.600 Bibit Terumbu Karang Ditenggelamkan di Laut Bondalem Bali Pada Festival Bahari 

Usai acara tersebut, Pemprov Bali akan menyiapkan skema jaminan bagi penyelam konservasi agar dapat bekerja dengan aman dan berkelanjutan.

ISTIMEWA
Sebanyak 5.600 bibit terumbu karang telah ditenggelamkan, di Laut Bondalem pada Festival Bahari “Jaladhi Vistara” 2025 di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, dibuka pada Sabtu 25 Oktober 2025. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Sebanyak 5.600 bibit terumbu karang, telah ditenggelamkan di Laut Bondalem pada Festival Bahari “Jaladhi Vistara” 2025 di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, dibuka pada Sabtu 25 Oktober 2025. 

 

Usai acara tersebut, Pemprov Bali akan menyiapkan skema jaminan bagi penyelam konservasi agar dapat bekerja dengan aman dan berkelanjutan.

 

"Langkah kecil seperti ini mungkin terlihat sederhana, tapi dampaknya luar biasa bagi keberlanjutan alam dan ekonomi rakyat,” kata Gubernur Bali, Wayan Koster.

Baca juga: NGAKU Cari Istri Kerja di Denpasar, Agus Malah Maling Sepeda Motor Bosnya, Lalu Diamankan Polisi 

Baca juga: TANAM 5.075 Pohon Sepanjang DAS & Pesisir, Ribuan Peserta Sukseskan Gotong Royong Semesta Berencana

Sementara itu, Penggiat Lingkungan sekaligus Penggagas festival, Ngurah Paramartha, menjelaskan bahwa gerakan konservasi di Bondalem telah berlangsung sejak 2007, dimulai dengan penanaman ribuan substrat buatan untuk menumbuhkan kembali terumbu karang yang rusak akibat eksploitasi masa lalu.

 

Upaya panjang itu membawa Bondalem meraih penghargaan internasional dari Reef Check International pada tahun 2014.

Paramartha juga menyingkap sisi sejarah festival ini. Di Pantai Pojok Batu, ditemukan ratusan fragmen keramik abad ke-4 Masehi dari masa peradaban Dongson, Vietnam, bukti bahwa Bali Utara telah menjadi pusat perdagangan laut sejak ribuan tahun silam.

 

"Festival ini tidak hanya bicara konservasi, tapi juga meneguhkan kembali identitas maritim Bali,” tegasnya.

 

Festival Jaladhi Vistara menjadi puncak dari Gerakan Literasi Maritim Bondalem, dengan tiga fokus utama: pertama, literasi Budaya, melibatkan seniman ISI Denpasar untuk menafsirkan laut melalui karya seni; kedua, Literasi Ekologi, bekerja sama dengan ahli konservasi nasional untuk menjaga keberlanjutan laut; serta ketiga, Literasi Sejarah, menggali kembali warisan peradaban pesisir dari Tianyar hingga Sangsit.

 

"Kami ingin Bondalem dikenal dunia sebagai destinasi bahari berbasis konservasi  tempat laut, budaya, dan sejarah bersatu dalam satu napas kehidupan,” ujar Paramartha.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved