Berita Buleleng

Sidak ke SPPG Pemaron, Rai Mantra Minta Tidak Usah Ada Menu Minimalis pada MBG

Menu minim lauk yang disajikan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Buleleng sempat viral di media sosial.

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
SIDAK - Anggota Komite III DPD RI, Rai Mantra saat melakukan sidak di SPPG Pemaron, Senin (13/10/2025). Ia meminta agar tidak ada lagi istilah menu minimalis dalam MBG. 

TRIBUN-BALI.COM, BULELENG - Menu minim lauk yang disajikan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Buleleng sempat viral di media sosial.

Kondisi ini pun mendapat tanggapan dari anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Bali, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.

Pria yang akrab disapa Rai Mantra itu melakukan sidak ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pemaron, yang merupakan penyedia menu viral ini.

Baca juga: Program MBG Terkesan Buru-buru, Tata Kelola Harus Segera Dibenahi

Ia juga mengecek langsung kondisi dapur, tempat penyajian, hingga tempat cuci ompreng. 

Kepada awak media, Rai Mantra mengaku mendapat penugasan untuk melakukan pengawasan langsung, serta menyerap aspirasi mengenai pelaksanaan MBG, khususnya di Bali.

Sebab isu mengenai pelaksanaan MBG ini sedang ramai dibicarakan. 

Salah satunya di wilayah Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng yang sempat menjadi pembicaraan karena lauk yang minim.

Baca juga: SOAL Keracunan MBG Daerah Lain, Ini Pendapat Akademisi Undikas Wayan Widhiasthini

Rai Mantra menegaskan hal ini harus betul-betul diperbaiki. 

Mantan Wali Kota Denpasar ini menegaskan agar tidak ada lagi istilah menu minimalis.

Sebab menu MBG sudah ada ketentuan atau standar gizi.

"Tadi Pak Rusdianto (Plt Koordinator BGN Buleleng) sudah menjelaskan (soal menu viral). Saya bilang nggak usah ada kata-kata menu minimalis. Nggak boleh itu. Jadi standarisasi normanya sudah jelas," tegasnya. 

Baca juga: Cerita Siswa SD di Bali Dapat MBG, Menu Berisikan Burger dan Pernah Ada Ulat di Sayur 

Selain di Pemaron, pihaknya juga sudah melakukan pengecekan di sejumlah SPPG lainnya di wilayah Kabupaten Buleleng.

Seperti di SPPG Peuktukan dan SPPG Les, Kecamatan Tejakula; SPPG Sangsit, Kecamatan Sawan bahkan hingga SPPG Banjar, Kecamatan Banjar. 

Menurutnya ada plus minus dalam pemantauan langsung. Misalnya di wilayah Peuktukan, Les dan Sangsit, program MBG mendapat antusias dari penerima manfaat.

Sedangkan di wilayah Banjar, ada keluhan karena menu yang monoton. 

"Pun pelaksanaan MBG di wilayah Banjar juga mendapat apresiasi, saat dilaksanakan pada liburan sekolah."

"Sehingga anak-anak yang saat itu bimbingan belajar tambahan lebih semangat untuk datang ke sekolah," ungkapnya. 

Hal yang sama juga ditemui Rai Mantra saat melakukan peninjauan langsung di Kabupaten Jembrana hingga Kota Denpasar.

Di Jembrana, menurutnya ada juga permasalahan menyangkut menu. Seperti kelayakan menu dan sebagainya. 

Sedangkan di Denpasar, diakui ada orang tua yang berterima kasih atas program MBG. Sebab anaknya menjadi antusias untuk berangkat ke sekolah.

Selain juga mengurangi pengeluaran untuk uang bekal.

Lebih lanjut, pihaknya tidak memungkiri adanya potensi incident rate dalam pelaksanaan MBG. Namun sejauh ini persentasenya diakui kecil, yakni hanya 0,8 persen. 

Kendati demikian pihaknya tidak tutup mata akan incident rate ini.

Rai Mantra pun menyarankan agar ada tester alias pencicip sebelum makanan diserahkan kepada anak-anak. (*)

 

Berita lainnya di Makan Bergizi Gratis

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved