Penemuan Mayat di Gianyar

SAKIT Hati Sering Dimarahi, 3 Pembunuh Mandor Ditangkap di Jember, Keluarga Korban: Hukuman Adil!

Pelaku adalah Nurul Arifin alias Arif (25), M Fais alias Fais (20), dan Sandy Firmansyah alias Sandy (18). Ketiganya berasal dari Jawa Timur. 

ISTIMEWA
Kejahatan - Polres Gianyar, Bali, saat menggiring pelaku pembunuh mandor proyek irigasi, Jumat 31 Oktober 2025. 

 

Hasil Autopsi Korban Sedhana Sempat Dibekap

Hasil pemeriksaan luar dan autopsi forensik RSUP Prof. Ngoerah, Sanglah, Denpasar, pelaku pembunuhan terhadap I Wayan Sedhana (54) terindikasi lebih dari satu orang. Sedhana dipastikan meninggal akibat luka iris dari benda tajam di leher.

Korban ditemukan meninggal dunia di Subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Sabtu 25 Oktober 2025. Korban yang disebut-sebut seorang mandor proyek saluran irigasi berasal dari Banjar Tengah Bonbiu, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.

Dokter forensik RSUP Prof Ngoerah, dr Ida Bagus Putu Alit, Senin 27 Oktober 2025, mengungkapkan instalasi kedokteran forensik menerima jenazah Sedhana pada 25 Oktober 2025 sekira pukul 16.45 WITA dan langsung dilakukan pemeriksaan luar.

“Berdasarkan pemeriksaan dari Polres Gianyar kami melakukan autopsi pada Senin 27 Oktober 2025 pukul 10.25 WITA. Dari hasil pemeriksaan jenazah ini memang sudah menunjukkan tanda-tanda pembusukan yang disebabkan mungkin karena suhu yang panas dan juga lingkungan di mana jenazah itu ditemukan,” ujar dr Ida Bagus Putu Alit kepada awak media di RSUP Prof Ngoerah.

Perkiraan waktu kematian dari Sedhana adalah 24 sampai 36 jam sebelum dilakukan pemeriksaan awal pada Sabtu 25 Oktober 2025 pukul 16.45 WITA. Pihaknya menemukan adanya kekerasan tumpul dan benda tajam. 

“Jadi ada 16 luka yang kita temukan dan terpusat lukanya di daerah bagian wajah dan juga leher. Kalau di daerah wajah sekitar mulut dan hidung itu ada luka-luka memar yang dari gambarannya sesuai dengan peristiwa pembekapan,” ungkapnya. 

Menurur dr Alit, luka di leher adalah luka yang paling dalam. Luka tersebutlah yang menyebabkan terpotongnya saluran napas bagian atas dan juga terpotongnya pembuluh darah besar di leher kiri dan kanan. 

“Luka tersebut sampai mengiris tulang leher yang nomor dua. Jadi sebab kematiannya memang karena kekerasan tajam yang ada pada leher tersebut,” tegasnya. 

Jika dilihat dari pola-pola lukanya, dokter forensik juga menemukan adanya luka-luka yang sesuai dengan kondisi korban dipegang sebelum dilukai dan dibekap.

“Itu mengindikasikan bahwa pelakunya lebih dari satu orang,” tegas dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Groningen State University Belanda, Victorian Institute of Forensic Singapura, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. 

Bukan Mati Lemas

Dari hasil autopsi diduga korban Sedhana sempat dibekap para pelaku. Namun tim forensik tidak menemukan tanda-tanda mati lemas.

Karena itu, tim forensik tidak bisa menytakan bahwa pembekapan itu yang menyebabkan kematian korban. Tapi yang  langsung menimbulkan kematian adalah luka iris di leher. 

“Waktu dibekap kondisi korban masih hidup. Pelakunya dilakukan oleh lebih dari satu orang dan posisi korban tetap di bawah (saat diiris hingga meninggal) karena kita tidak menemukan tanda-tanda aspirasi,” paparnya. 

Istilah aspirasi dalam dunia forensik adalah masuknya darah ke dalam saluran nafas kalau misalnya orang itu masih bisa berdiri jadi bisa saja darah itu masuk ke saluran nafas. 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved