Air Permukaan di Bali Terbuang Percuma, Sumber Melimpah tapi Krisis Air Bersih

Bali memiliki banyak potensi sumber air. Namun, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Bali malah lebih banyak memproduksi air tanah ketimbang air

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara
Suasana diskusi di Big Garden Corner yang digelar Ikatan Ahli Geologi Indonesia Bali pekan lalu. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali memiliki sumber air permukaan yang berlimpah. Namun sumber air permukaan itu belum dimanfaatkan secara baik oleh pemerintah sehingga terbuang percuma ke laut.

Sementara sejumlah daerah di Bali hingga kini masih mengalami krisis air bersih.

Penduduk terpaksa membeli air kemasan galon di warung-warung dan minimarket lantaran suplai air dari PDAM kerap kotor dan berbau.

Data Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida menunjukkan potensi air di Bali 216 meter kubik/detik atau setara 216.000 liter/detik.

Potensi air itu berasal dari sungai, danau, mata air, termasuk air tanah. Sementara kebutuhan air bersih di Bali saat ini sebanyak 119.000 liter/detik.

“Ketersediaan air di Bali saat ini baru 101 meter kubik per detik (setara 101.000 liter/detik, red). Jadi masih ada gap atau kekurangan air bersih sebanyak 18 meter kubik per detik,” kata Kepala BWS Bali-Penida, Airlangga Mardjono dalam Fokus Grup Diskusi tentang Danau dan Air di Provinsi Bali yang digelar Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bali di Denpasar pekan lalu.

Lahir Kamis Paing, Umur Capai 102 Tahun, Hidup Bahagia?

Posisinya Nyempil, Vila Mewah di Pancardawa Jembrana Diamuk Api

Nurhayati Bisa Dipenjarakan Karena Buang Limbah di Tukad Badung, Hari Ini Usaha Sablonnya Disegel

Mardjono mengatakan, di Bali ada enam bendungan yang tersebar di berbagai daerah yaitu Bendungan Palasari, Bene, Telaga Tunjung, Gerokgak, Titab dan Waduk Muara.

Enam bendungan itu baru bisa memproduksi air baku sebanyak 8 meter kubik per detik atau 8.000 liter per detik.

Saat ini sedang dibangun dua bendungan lagi di Bali, yakni Bendungan Sidan dengan volume tampung 3,2 juta meter kubik dan kapasitas produksi sebesar 1,700 liter/detik dan Bendungan Tamlang volume 5,5 juta meter kubik dengan kapasitas produksi sebesar setengah kubik per detik atau 500 liter/detik.

“Bendungan Sidan progresnya (pembangunan fisik) baru 10 persen dan Bendungan Tamlang baru 2 persen. Target selesai keduanya tahun 2022,” kata Mardjono.

Walau demikian, lanjut dia, semua bendungan itu belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih Bali.

Menurut Mardjono, untuk mengatasi kekurangan air bersih di Bali tidak bisa hanya mengandalkan solusi membangun bendungan.

Sebab, untuk bangun satu bendungan, membutuhkan dana sangat besar. Rata-rata untuk satu bendungan memerlukan dana minimal Rp 1,5 triliun.

Sosok Ini Bocorkan Keberdaan Sang Suami di Apartemen Marshanda, Begini Reaksi Karen Pooroe

Rampok WNA Jepang Mengaku Kantongi Uang Rp 20 Juta, Kalung Emas, dan 5 ATM Sebelum Pulang Kampung

Punya Banyak Bendungan, Bali Tetap Dalam Teror Nyata Krisis Air Bersih

“Itu belum termasuk beli tanahnya, belum biaya studi, biaya sosial dan sebagainya. Apalagi harga tanah di Bali sangat tinggi, jadi faktor finansial dan sosial ini yang menjadi pertimbangan,” ungkap Mardjono.

Ketua Tim Penyusun Masterplan Pengelolaan Air Bersih Provinsi Bali, Gusti Lanang Parwita mengungkapkan Bali memiliki banyak potensi sumber air.

Namun, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Bali malah lebih banyak memproduksi air tanah ketimbang air permukaan.

Ini bisa berdampak buruk dan berbahaya untuk masa depan Bali

“Saya sempat meneliti air permukaan banyak yang terbuang di muara,” kata Gusti Lanang yang juga Dosen Politeknik Negeri Bali (PNB).

Menurut Gusti Lanang, tingkat pemakaian air tanah yang begitu besar di Bali akan menjadi masalah besar untuk masa depan Bali.

Menurutnya, sudah saatnya sistem pengelolaan air itu lebih difokuskan untuk air permukaan.

Dengan begitu pemanfaatan air tanah oleh PDAM bisa dikurangi bahkan ditiadakan.

Dampak dari penggunaan air tanah yang secara berlebihan, kata Lanang, pertama akan terjadi penurunan permukaan tanah seperti di Jakarta.

Kedua, kualitas air tanah akan turun. “Karena begitu air tanah berkurang air laut masuk, jadinya air payau. Dan permukaan tanahnya bisa turun seperti yang terjadi di Jakarta,” ujarnya.

Data yang dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja dan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, setiap PDAM di Bali memiliki sumur bor yang menyedot air tanah dengan kapasitas berbeda-beda.

Ada Lintah Hidup di Tenggorokan, Pria Ini Alami Nasib Mengerikan Selama 2 Bulan

LIGA EROPA - Daftar Skuat Manchester United Hadapi Astana, Hanya 4 Pemain Senior

PDAM Denpasar, berdasarkan data yang diberikan, jumlah sumur bor sebanyak 22 sumur, namun yang tercatat di PDAM sebanyak 19 sumur bor air tanah.

PDAM Badung memiliki 31 sumur bor, PDAM Gianyar 45 sumur bor, PDAM Klungkung 22 sumur bor, PDAM Karangasem 15 sumur bor, PDAM Buleleng 20 sumur bor, PDAM Tabanan 3 sumur bor, dan PDAM Jembrana 10 Sumur bor.

Data PDAM Badung menunjukkan, 31 sumur bor dapat memproduksi air sebanyak 419 liter/detik.

Sedangkan menurut data PDAM Denpasar, 19 sumur bor dapat memproduksi air sebanyak 438,62 liter/detik.

Industri Pariwisata

Menurut Gusti Lanang Parwita, yang susah diteteksi adalah pemakaian air dari kalangan industri pariwisata.

Ia menduga ada pengusaha hotel yang belum terbuka soal berapa jumlah sumur bor yang digunakan.

“Misalnya apakah jumlah sumur bor yang dilaporkan sudah sesuai jumlah air yang diambil? Misalnya sumurnya tiga, dilaporkan satu. Ngambil 3 liter/detik dilaporkan satu. Nah ini kesulitan tersendiri bagi kita semua,” kata Gusti Lanang.

Persoalan yang dihadapi Bali saat ini, menurut Gusti Lanang, langkah pemerintah membangun infrastruktur pengairan lebih lambat dari kebutuhan air yang terus meningkat.

“Waduk, bendungan itu kan mahal. Sementara wisatawan terus bertambah. Misalnya kalau pemerintah punya uang, sulit mencari lahan. Harga tanah mahal. Itu masalahnya yang terjadi. Penyediaan (bendungan) tidak bisa mengejar kebutuhan yang terus meningkat,” ujarnya.

Tim Penyusun Masterplan Pengelolaan Air Bersih Provinsi Bali bakal mendata berapa sebetulnya potensi air di Bali, kemudian berapa jumlah air yang digunakan, dan berapa disparitas antara potensi yang tersedia dengan yang dimanfaatkan.

“Dengan adanya disparitas itu, di sanalah dicarikan solusinya,” ujarnya.

Menurut Lanang, PDAM di Bali banyak menggunakan air tanah karena tidak butuh modal besar.

“Modalnya kecil. Jadi dia tinggal colok di tempat itu, alirkan, selesai. Kalau mau lebih komprehensif, harusnya air yang terbuang di muara itu dimanfaatkan. Potensinya besar sekali,” ujarnya.

Anggota Ikatan Ahli Geologi (IAGI) Bali Putu Agus Budiana mengatakan, Batam sudah menerapkan kebijakan moratorium pengeboran air tanah.

Ia menyarankan pemangku kebijakan di Bali mulai memikirkan dampak pengeboran air tanah agar tidak seperti di Jakarta.

“Barangkali (perlu) meniru Singapura, sama sekali tidak boleh ambil dari air tanah. Di Jakarta sudah jelas, air tanah diambil, permukaan tanah turun. Ke depan, dari waduk-waduk yang menampung air hujan, kemudian air kotor disirkulasi dan mengolah air laut," ujar Budiana.

Saat ini, lanjut Budiana, satu perusahaan pompa air di Indonesia yang menyedot air tanah omsetnya mencapai Rp 600 miliar.

Terdapat 2882 PAUD di Bali, Namun Baru 1443 yang Terakreditasi

Rai Geber Ekspor Produk SPA ke Amerika

“Itu berarti ada ratusan ribu pompa setiap tahun. Dan itu baru dari satu perusahaan. Barangkali di Indonesia ada jutaan pompa. Itu biaya ekonomi tinggi," jelasnya.

Sebagai pihak yang pernah menjadi penanggungjawab soal air tanah di Bali, Budiana membeberkan pengurusan izin air tanah di Bali sangat rumit alias tidak tertata satu pintu.

Ini bisa menjadi celah berbagai pihak bermain curang sehingga memungkinkan pengeboran air tanah secara ilegal di Bali.

“Itu rumit sekali. Rumit itu menyebabkan celah yang tidak bisa dikontrol oleh pemerintah. Ada baiknya nanti disatupintukan. Barangkali ada Dinas Pengelolaan Air,” harapnya. 

P to P

* Potensi air melimpah tapi Bali krisis air bersih
* Potensi air di Bali 216.000 liter/detik.
* Kebutuhan air bersih di Bali 119.000 liter/detik
* Ketersediaan air bersih di Bali 101.000 liter/detik (air permukaan dan air tanah)
* Kekurangan air bersih 18.000 liter/detik
* Pemerintah dan PDAM terkendala dana untuk pengolahan air permukaan.
* Untuk membangun satu bendungan minimal perlu dana Rp 1,5 triliun
* Di Bali sudah ada 6 bendungan dengan kapasitas total 8.000 liter/detik

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved