Sudah Ada 606 Babi yang Mati di Bali, Muntah, Diare dan Diakhiri dengan Kematian
Tiga kabupaten dan kota yang dimaksud yakni Badung, Tabanan dan Denpasar banyak babi mati.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Huda Miftachul Huda
Dijelaskan olehnya, Provinsi Bali memang salah satu wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Hal itu karena tingginya arus barang dan manusia ke Bali, padatnya populasi babi, tingginya penggunaan limbah hotel, restoran dan cathering (Horeka) sebagai pakan babi.
• Misteri Puluhan Babi di Bali Mati Mendadak, Ditemukan Tanda-tanda Aneh Ini
• Kepala BB Vet Duga Kematian Babi di Badung karena Cuaca, Masih Tunggu Hasil Pengujian di Medan
• Sentra Ternak di Wilayah Bali Ini Keluhkan Banyak Babi Mati, Dinas Langsung Cek Laboratorium
Selain itu sumber penularan ASF juga disebabkan karena masih rendahnya sanitasi budidaya peternak serta cara pemotongan babi yang masih tradisional.
Sehubungan dengan hal tersebut, tuturnya, pemerintah telah melakukan langkah-langkah strategis dan teknis sesuai dengan Pedoman Kesiapsiagaan Darurat Veteriner Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Diceritakan olehnya, sekitar awal Desember 2019 Pemprov Bali dan pemerintah kabupaten dan kota seluruh Bali telah memberikan imbauan kepada para peternak untuk mewaspadai ancaman kasus penyakit menular pada babi terutama penyakit ASF.
Terlebih penyakit ini sudah menyerang beberapa negara tetangga seperti Vietnam, Kamboja, Hongkong, Korea Utara, Laos, Myanmar, Pilipina dan Timor Leste.
ASF di Indonesia telah menjangkit di 16 kabupaten di Sumatra Utara sesuai Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 820/Kpts/PK.320/12/2019 tentang Pernyataan Wabah Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine fever). (*)