Corona di Bali
Beredar Isu Thermo Gun Bisa Rusak Otak, Pengunjung Lapangan Renon Tak Mau Cek Suhu di Kepala
"Itu masyarakat sendiri yang meminta, tidak ingin dicek suhunya di kepala, mereka minta di tangan, beberapa warga menolak diarahkan ke kepala," ujar
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemandangan berbeda dari biasanya terlihat di Lapangan Puputan Margarana Renon, Denpasar, Bali, pada Kamis (23/7/2020), oleh petugas Posko Pemantauan Tatanan Kehidupan Baru sejumlah pengunjung tidak ingin dilakukan cek suhu tubuh di kepala melainkan meminta di bagian tangan.
Saat dikonfirmasi, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar Ida Bagus Joni Ari Wibawa menyampaikan, apabila pengecekan suhu di tangan adalah permintaan dari masyarakat.
Kata dia, hal itu terjadi setelah beredar informasi di sosial media tentang dampak buruk thermo gun bagi kesehatan otak.
"Itu masyarakat sendiri yang meminta, tidak ingin dicek suhunya di kepala, mereka minta di tangan, beberapa warga menolak diarahkan ke kepala karena termakan isu adanya radiasi yang berpengaruh kepada mereka bila diarahkan ke kepala, petugas kami tidak bisa memaksa, mereka mengaku mendapat informasi di sosmed penggunaan thermo gun dapat merusak otak," kata Agung kepada Tribun Bali siang ini.
• Pengajuan Dispensasi Nikah di Denpasar Meningkat, Rai Mantra Siapkan Strategi
• Promo Indomaret Minggu Ini 22-2 Juli 2020, Diskon Susu, Garnier, Camilan, hingga Beli 2 Gratis 1
• Tips Menjaga Kesehatan di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Saat ini, BPBD Kota Denpasar berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat tentang standar operasional prosedur (SOP) secara klinis terkait penggunaan thermo gun dalam pelaksanaan protokol kesehatan tatanan kehidupan baru ini.
"Kita saat ini koordinasikan dulu dengan dinas kesehatan, bagaimana efektivitas pengecekan suhu tubuh di bagian tubuh lain," tambah Pelaksana Tugas Kepala Bidang Kegawatdaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agung Surya Kencana
Sebelumnya santer beredar di tengah masyarakat bahwa alat pengukur suhu tubuh yang biasa digunakan untuk deteksi Covid-19 atau yang biasa dikenal dengan thermo gun bisa merusak syaraf atau jaringan otak.
Masyarakat dibuat khawatir, pasalnya kini thermo gun menjadi alat yang lumrah, sering ditemui di berbagai tempat apalagi sebagian besar masyarakat pernah menggunakan alat itu.
Kekhawatiran bermula saat sebuah video percakapan seorang ekonom bernama Ichsanuddin Noorsy bersama Helmi Yahya viral di berbagai platform digital.
• BTS Catat Guinness World Records, Konser Online BANG BANG CON: The Live Memiliki Penonton Terbanyak
• Peluncuran Program The Newest Hype di Level 21 Mall, Ini Berbagai Keistimewaan yang Dihadirkan
• Sepekan Jelang Hari Raya Idul Adha 2020, Harga Sejumlah Kebutuhan Pokok di Denpasar Turun
Di dalam video tersebut, mereka membahas mengenai kecurigaan dampak negatif yang ditimbulkan oleh thermo gun atau termometer.
"Karena hand gun termometer itu untuk memeriksa kabel panas. Lasernya dipakai untuk memeriksa kabel panas bukan untuk temperatur manusia. Mereka jual alat, tapi kita dibodohi. Kepala kita ditembak laser, kita tidak tahu dampak pada struktur otak bagaimana," kata Ichsanuddin dalam video tersebut.
Mengenai hal itu, Direktur RS PTN UNUD Prof dr Putu Gede Purwa Sumatra Sp.S(K) menegaskan jika alat thermo gun yang kerap digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh itu sudah teruji secara klinis, dan tidak memiliki rekam jejak berbahaya apalagi sampai menimbulkan kerusakan syaraf pada otak manusia.
"Alat itu sudah teruji secara klinis dan sebelum beredarpun sudah diuji oleh BPOM. Jadi kan tidak sembarangan, apalagi itu akan digunakan orang atau masyarakat luas. Buktinya belum pernah ada penelitian atau kasus yang mengarah kesana," kata dokter spesialis saraf itu, dihubungi Tribun Bali, Senin (20/7/2020).
Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa thermo gun ini memancarkan sinar inframerah dan tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X, oleh karena itu sinarnya tidak akan mempengaruhi sistem saraf.
• Luhut Pandjaitan: Lebih dari 2.000 hotel dan Penginapan Berhenti Beroperasi Akibat Pandemi Covid-19
• Selama 2020 Pengajuan Dispensasi Nikah di Denpasar Meningkat Dua Kali Lipat