Sampah Medis di RSUP Sanglah Capai 1.000 Kg Per Hari
Di masa pandemi Covid-19 penggunaan berbagai macam alat medis yang meliputi masker, hand sanitizer, face shield dan lain sebagainya meningkat pesat.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di masa pandemi Covid-19 penggunaan berbagai macam alat medis yang meliputi masker, hand sanitizer, face shield dan lain sebagainya meningkat pesat.
Tak terkecuali sampah medis di rumah sakit yang salah satunya di rumah sakit rujukan Covid-19, yaitu RSUP Sanglah Denpasar, Bali.
dr. Ni Luh Dharma Kerti Natih selaku Direktur Perencanaan Organisasi dan Umum RSUP Sanglah memberikan penjelasan terkait limbah-limbah hasil dari pelayanan RSUP Sanglah pada Kamis (19/11/2020).
Baca juga: Harga Terjangkau, TPID Klungkung Gelar Pasar Murah di 16 Desa di Klungkung
Baca juga: Guru Pencak Silat di Cilincing Cabuli Dua Muridnya, Sempat Pura-pura Kerasukan
Baca juga: Terkait Hibah Pariwisata di Badung, Ada yang Menerima hingga Rp 16 Miliar dan Terkecil 82 Rupiah
dr. Ni Luh Dharma Kerti Natih menjelaskan, limbah yang ada di RSUP Sanglah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, cair dan gas.
Teruntuk limbah gas sendiri di tengah Covid-19 sangat penting untuk dikelola karena sangat berbahaya apabila tidak dikelola dengan baik.
"Terlebih pada ruang isolasi, tata kelola ruangan harus dibuat sedemikian rupa seperti pada sirkulasi udaranya. Dan apabila limbah gas yang berasal dari ruang isolasi Covid-19 tidak dikelola dengan baik, tentu akan membahayakan masyarakat yang ada di sekitarnya," katanya.
Baca juga: Faktor Risiko, Tanda dan Gejala Morning Sickness
Baca juga: Terkait Hibah Pariwisata di Badung, Ada yang Menerima hingga Rp 16 Miliar dan Terkecil 82 Rupiah
Baca juga: Selama Tiga Bulan, Pemkot Denpasar Kumpulkan Rp 48,1 Juta dari Hasil Denda Masker
Sedangkan, untuk limbah padat berasal dari produk-produk hasil dari pelayanan di rumah sakit, yang berupa seperti organ manusia setelah melakukan operasi, atau alat-alat medis.
Untuk pengelolaan limbah padat karena RSUP Sanglah belum memiliki alat yang khusus untuk mengelola, maka pihak Sanglah bekerja sama dengan pihak ketiga yang dilakukan pengelolaan di luar Bali.
"Sementara untuk menanggulangi limbah gas yaitu dengan mekanisme pengaturan tata kelola udara yang menggunakan sistem filter, sehingga udara yang keluar dari ruang isolasi sudah aman," ujarnya.
Baca juga: Disperindag Bangli Ajukan Usulan PAD Naik Rp 700 Juta Lebih
Baca juga: 6 Fakta Sidang Putusan Jerinx, JRX SID Peluk Sejenak Nora Alexandra hingga Hukuman 14 Bulan Penjara
Baca juga: PSSI Ingin Timnas U-19 Indonesia Mendaoat Lawan Hebat saat Menggelar TC di Luar Negeri
Lalu untuk jumlah limbah jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 dengan sekarang tidak ada perbedaan. Karena sebelum Covid-19 pun limbah banyak berasal dari hasil pelayanan rumah sakit dengan jumlah pasien yang cukup signifikan.
Semenjak pandemi, memang jumlah pasien berkurang namun penggunaan APD kemudian alat-alat yang terkait dengan pelayanan Covid-19 juga lebih banyak sehingga jumlah volume sampah sama saja.
"Dan untuk limbah cair yang berasal dari pelayanan rumah sakit tidak langsung disalurkan ke saluran air yang umum dikarenakan sangat membahayakan. RSUP Sanglah sendiri memiliki sistem di mana semua limbah cair masuk ke dalam suatu sistem pengelolaan yang disebut IPAL," imbuhnya.
Proses dari IPAL sendiri cukup panjang sehingga air yang diproduksi atau yang diolah ketika keluar sudah benar-benar bersih.
Sebagai testingnya, air yang akan disalurkan ke saluran air umum akan diletakkan beberapa ekor ikan. Jika ikan ditemukan mati, maka air tersebut masih mengandung racun.