Berita Klungkung
Menengok Museum Nyoman Gunarsa di Masa Pandemi, Rawat Peninggalan Leluhur dengan Konsep Taru Pramana
perawatan benda koleksi yang sebagian besar merupakan peninggalan leluhur masyarakat Bali itu, menggunakan konsep taru pramana
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Wema Satya Dinata
" Kami tidak memiliki harga melimpah, hanya benda koleksi ini harta kami, dan menurut kami tidak ternilai harganya. Jadi benda koleksi disini tetap kami rawat setiap hari. Astungkara tidak ada karyawan yang sampai dirumahkan, karena pandemi. Semua perawatan benda koleksi tetap berjalan sebagaimana mestinya," ujarnya.
Indrawati Gunarsa lalu berjalan berlahan menuju salah satu ruangan.
Ia menunjukkan patung-patung dan beberapa lukisan yang berasal dari abad ke-15 hingga abad ke-18.
Ia menunjukkan beberapa cengkeh,yang ia taburkan di sekitar benda koleksinya itu.
" Dalam merawat benda koleksi ini, kami pakai konsep taru pramana. Yakni memanfaatkan herbal untuk menghindari benda koleksi dari jamur ataupun serangga," jelasnya.
Ia mencontohkan, cengkeh yang nyaris ada di setiap benda koleksi.
Menurutnya cengkeh dan kapulaga ampuh menghindari benda koleksi dari serangga perusak.
Lalu di sekitar museum juga ditanam tikel balung, untuk menjauhkan museum dari hewan perusak seperti tikus.
Demikian juga halnya tanaman lili gundi agar area museum tidak banyak serangga.
Baca juga: Potensi KKP Belum Tergarap Maksimal, Pemkab Klungkung Lirik Pengembangan Budidaya Komoditi Seafood
" Kami hanya pakai kimia jika ada benda koleksi yang sudah terserang jamur ataupun rusak oleh serangga. Itupun yang melakukanya ahlinya dari Museum Nasional. Herbal itu untuk pencegahan," ungkapnya.
Museum Gunarsa sendiri berdiri di lahan sekitar 5 hektar, terdiri dari Museum Klasik Bali, Museum Kontemporer indonesia, Museum Baligrafi, Museum Taru Permana (usada bali) dan Museum Karya I Nyoman Gunarsa.
Dari total 253 lukisan bergaya Bali Klasik, terdapat 59 lukisan koleksi Museum I Nyoman Gunarsa yang sudah bertatus cagar budaya.
Lukisan itu rata-rata berasal dari abad ke 15 sampai ke 18, yang masih terimpan apik.
Selain itu beberapa benda koleksi yang terkenal di Museum Gunarsa, seperti koleksi seperangkat wayang dari masa Kerajaan Majapahit.
Hidung dari wayang kulit tersebut berlapis emas, dan merupakan pemberian dari Raja Majapahit, Tribhuna Wijayatunggadewi kepada raja di Bali dan sempat disimpan oleh raja di Kerajaan Gelgel.