Berita Buleleng
Langka Serum Bisa Ular Saat Kasus Tinggi, Dirut RSUD Buleleng: Ini Masalah yang Serius!
Padahal jumlah pasien yang terkena gigitan ular cukup tinggi. Pihak rumah sakit terpaksa mengambil tindakan merujuk pasien ke RSUP Sanglah agar segera
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng, kesulitan untuk mendapatkan serum anti bisa ular (ABU).
Padahal jumlah pasien yang terkena gigitan ular cukup tinggi. Pihak rumah sakit terpaksa mengambil tindakan merujuk pasien ke RSUP Sanglah agar segera mendapatkan pertolongan.
Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, Putu Arya Nugraha mengatakan, per bulan rata-rata ada lima pasien yang digigit ular.
Untuk penangannya, setiap pasien membutuhkan dua hingga empat vial ABU.
Sementara dalam bulan ini, RSUD hanya memiliki 15 stok vial ABU.
Baca juga: Pengaman Jalur Alternatif Saat Pengalihan Arus Mudik di Gilimanuk, Tugas Khusus Pecalang dan Banser
Baca juga: Dispar Targetkan Kunjungan Wisatawan 2 Kali Lipat, Festival Semarapura, Ruang Berbudaya dan UMKM
Baca juga: Mengejutkan, Pria yang Dinyatakan Meninggal karena Covid Ditemukan Hidup Setelah 2 Tahun

Kekosongan anti bisa ular, kata Arya, terjadi di tingkat perusahaan farmasi. Ia juga tidak dapat meminjam lebih banyak serum bisa ular dari rumah sakit lain sebab stoknya juga terbatas dan diperkirakan kembali tersedia pada Juni atau Juli mendatang.
"Ini masalah serius. ABU cepat habis karena gigitan ular juga banyak. Kami sudah berkoordinasi dengan Dinkes Bali bahkan bersurat resmi ke Dirjen Pelayanan Kesehatan agar persoalan ini segera ditindaklanjuti," jelasnya, Senin (17/4).
Dokter Arya menyebut, populasi ular di Buleleng cukup banyak lantaran wilayahnya merupakan kawasan pertanian. Hal ini lantas membuat petani banyak yang menjadi korban gigitan ular. Bahkan belum lama ini pihaknya juga menerima wisatawan yang menjadi korban gigitan ular.
Atas kejadian ini, Arya mengimbau kepada masyarakat apabila pergi ke ladang, sawah, kebun maupun sungai untuk menggunakan sepatu boots sebagai upaya untuk mencegah gigitan ular. Apabila sudah terkena gigitan ular, pasien tidak dianjurkan mencuci lukanya.
Pasien harus segera mengikat pada bagian pangkal gigitan, agar bisa ular tidak menyebar ke organ vital seperti jantung, paru dan sistem saraf. "Kalau terkena gigitan ular berbisa, diberi ABU masih bisa sembuh. Kalau tidak diobati bisa meninggal, sama seperti rabies," kata dia.
"Prinsipnya lebih cepat lebih baik, enam jam pasca gigitan masih bisa terselamatkan. Makanya kami imbau juga rumah sakit, kalau ada pasien digigit ular jangan banyak pertimbangan. Kalau sudah digigit ular, pasien sebagian besar tidak tau itu ular berbisa atau tidak. Lebih baik anggap berbisa, agar pasien terselamatkan," sambungnya. (rtu)

Pernah Terjadi Kematian
Kasus kematian akibat gigitan ular pernah terjadi di Buleleng pada tahun 2005 lalu. Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, Putu Arya Nugraha mengimbau bagi masyarakat yang terkena gigitan ular untuk segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Kata dia, untuk kasus gigitan ular, pengobatannya dipastikan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. "Kalau bicara tren sebenarnya tidak ada kenaikan. Namun setiap bulan rata-rata ada sekitar lima pasien yang kami terima," demikian tandasnya. (rtu)
JENAZAH Boss Cengkeh Digali Lagi, Jadi Korban Pembunuhan Buruh Serabutan di Sukasada Buleleng |
![]() |
---|
GA & WA Berhenti sebagai PPPK, Dinilai Timbulkan Kegaduhan Pasca Mencuatnya Dugaan Perselingkuhan! |
![]() |
---|
BIKIN Gaduh Pasca Dugaan Kasus Selingkuh, GA & WA Diberhentikan Sebagai PPPK, Dinilai Bikin Gaduh |
![]() |
---|
KUBURAN Parmi Dibongkar, Jenazah Hendak Diperiksa, Dugaan Adanya Kekerasan di Sukasada Buleleng! |
![]() |
---|
WARGA GEMPAR! Kuburan Ketut Parmi di Sukasada Buleleng Dibongkar, Terungkap Kronologi Pembunuhan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.