Berita Denpasar

Pameran Masa ke Masa Suguhkan Suara Perempuan, Tertuang dalam Kain Batik 

Indahnya corak batik yang didominasi berwarna ungu tampak terlihat sedari masuki Pameran ‘Masa ke Masa’ yang digelar di Dharma Negara Alaya

Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Pameran batik Masa ke Masa suarakan perempuan, Minggu 23 Juli 2023. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Indahnya corak batik yang didominasi berwarna ungu tampak terlihat sedari masuki Pameran ‘Masa ke Masa’ yang digelar di Dharma Negara Alaya (DNA Art & Creative Hub) Denpasar.

"Masa ke Masa" merupakan pameran kain batik yang mengangkat tema suara perempuan.

Dengan kain batik ini, suara perempuan khususnya di Bali dituangkan dan dipamerkan untuk dilihat langsung pengunjung pameran. 

Baca juga: Konjen Australia Kolaborasi dengan Museum MACAN Hadirkan Pameran Unik di Cushcush Gallery Bali


Pencetus pameran ini adalah Ni Made Gadis Putri Maharani, seorang perempuan yang baru lulus dari D3 Batik dan Fashion di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Gadis sangat tertarik dengan isu perempuan, terlebih ibunya adalah seorang pengacara dan aktivis perempuan yang kerap mendampingi perempuan mencari keadilan sehingga membuatnya akrab dengan isu perempuan.

Karya batik di pamerannya merupakan jenis batik kontemporer. 

Baca juga: Mengenang Mendiang Seniman Kaliber Bali Lewat Pameran, Karya Triangle Made Wianta


Semua kain yang dipajang  murni hasil tangannya, dari gambar hingga mencanting batik sendiri jenis batik kontemporer. 

Kain jenis ini dipilihnya karena ia bisa bebas berekspresi.

Apalagi jenis kain ini juga masih berkaitan dengan masa kini. 

Baca juga: The Mystery of Flying Triangle, Pameran Karya Mendiang Seniman Wianta di Locca Sea House Jimbaran


“Saya sering ikut ibu saat mendampingi perempuan yang memperjuangkan keadilan. Di sana saya melihat bagaimana perempuan masih tidak mendapat keadilan dalam kehidupan keluarga maupun sosial. Ketidakadilan itu dituangkan dalam kain ungu dengan gambar perempuan menjunjung  timbangan keadilan,” jelas, Gadis saat ditemui, Minggu 23 Juli 2023. 


Neraca yang dijunjung oleh perempuan di kain batiknya merupakan lambang dari hukum.

Secara visual karya ini memperjuangkan keadilan, seperti kesetaraan gender dalam menjalankan hak dan kewajiban antara laki-laki maupun perempuan.

Baca juga: Pameran Bonsai Ditarget Sedot 800 Peserta

Adanya keberpihakan gender secara hukum menjadikan perempuan terdiskriminasi. 


Tidak hanya itu, ia juga menulis kegelisahan perempuan dalam lembaran kain ungu. 

Tiap kata yang ditulis merupakan sumbangsih pemikiran dan perasaan perempuan yang dia temui.

Baca juga: Handmad Art Colective Akan Adakan Pameran Seni Bertajuk Sarwaprani

Di antaranya para korban kekerasan dan pelecehan seksual. 

"Dari kecil ibu di LBH pemerhati perempuan dan anak. Terus dari kecil ibu merintis kalau mendampingi korban Gadis ikut, saya melihat didampingi waktu sidang dan psikolog atau terapi. Teman-teman kalangan anak-anak dan ibu, sering mendengar dan keluh kesa maupun curhatan."

"Curhatannya mengenai keseharian jadi perempuan Bali kurang didengar terus bagaimana hidup dengan mertuanya," imbuhnya. 

Baca juga: Pameran Batik dan Pagelaran Budaya Indonesia Meriahkan Ulang Tahun Kota Vologda Rusia


Ada delapan kain dengan  batik tulis yang berisikan keluh kesah dan ungkapan perasaan para perempuan

Gadis memiliki concern terhadap perempuan, bukan hanya mengenai titik lemah seorang perempuan, tapi juga kehebatan perempuan Bali.

Menurut Gadis, perempuan Bali selalu melibatkan seni dalam kesehariannya, seperti membuat upakara dan peralatan upacara.

Ia menggambarkan seni dalam persembahan dengan gambar gebogan yang merupakan persembahan kepada Tuhan dalam kegiatan upacara Agama Hindu.

Baca juga: 30 Karya Maestro Nyoman Gunarsa Dipamerkan di Sanur, Pameran Pertama di Bali Setelah Berpulang

Perempuan Bali sedang nyuwun gebogan digambarkan dengan anggun dan tangguh. 


"Perempuan Bali menjalankan keseharian ada unsur seni, sama seperti membuat banten perlu keterampilan, buat tetuasan atau menghias dengan bunga pasti perlu skill seni dan keterampilan, selain itu juga ada rasa keikhlasan melakukan itu," bebernya.  


Ada satu karya yakni motif figuran atau objek pendukung pada lukisan Kamasan Kertha Gosa, Klungkung  yang menggambarkan unsur alam flora dan fauna kecil terdapat alam semesta.

Gadis datang langsung ke ke Kamasan Klungkung untuk belajar mengenai lukisan Kamasan bersama Ibu Mangku Muriati. 


“Sebagai unsur alam semesta tersebut ditransformasikan ke dalam motif batik yang dapat kita temui di tiga karya dengan judul alam raya, alam semesta dan makrokosmos," tutupnya. (*) 

 

 

Berita lainnya di Pameran

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved