Berita Denpasar
Pameran Masa ke Masa Suguhkan Suara Perempuan, Tertuang dalam Kain Batik
Indahnya corak batik yang didominasi berwarna ungu tampak terlihat sedari masuki Pameran ‘Masa ke Masa’ yang digelar di Dharma Negara Alaya
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Indahnya corak batik yang didominasi berwarna ungu tampak terlihat sedari masuki Pameran ‘Masa ke Masa’ yang digelar di Dharma Negara Alaya (DNA Art & Creative Hub) Denpasar.
"Masa ke Masa" merupakan pameran kain batik yang mengangkat tema suara perempuan.
Dengan kain batik ini, suara perempuan khususnya di Bali dituangkan dan dipamerkan untuk dilihat langsung pengunjung pameran.
Baca juga: Konjen Australia Kolaborasi dengan Museum MACAN Hadirkan Pameran Unik di Cushcush Gallery Bali
Pencetus pameran ini adalah Ni Made Gadis Putri Maharani, seorang perempuan yang baru lulus dari D3 Batik dan Fashion di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Gadis sangat tertarik dengan isu perempuan, terlebih ibunya adalah seorang pengacara dan aktivis perempuan yang kerap mendampingi perempuan mencari keadilan sehingga membuatnya akrab dengan isu perempuan.
Karya batik di pamerannya merupakan jenis batik kontemporer.
Baca juga: Mengenang Mendiang Seniman Kaliber Bali Lewat Pameran, Karya Triangle Made Wianta
Semua kain yang dipajang murni hasil tangannya, dari gambar hingga mencanting batik sendiri jenis batik kontemporer.
Kain jenis ini dipilihnya karena ia bisa bebas berekspresi.
Apalagi jenis kain ini juga masih berkaitan dengan masa kini.
Baca juga: The Mystery of Flying Triangle, Pameran Karya Mendiang Seniman Wianta di Locca Sea House Jimbaran
“Saya sering ikut ibu saat mendampingi perempuan yang memperjuangkan keadilan. Di sana saya melihat bagaimana perempuan masih tidak mendapat keadilan dalam kehidupan keluarga maupun sosial. Ketidakadilan itu dituangkan dalam kain ungu dengan gambar perempuan menjunjung timbangan keadilan,” jelas, Gadis saat ditemui, Minggu 23 Juli 2023.
Neraca yang dijunjung oleh perempuan di kain batiknya merupakan lambang dari hukum.
Secara visual karya ini memperjuangkan keadilan, seperti kesetaraan gender dalam menjalankan hak dan kewajiban antara laki-laki maupun perempuan.
Baca juga: Pameran Bonsai Ditarget Sedot 800 Peserta
Adanya keberpihakan gender secara hukum menjadikan perempuan terdiskriminasi.
Tidak hanya itu, ia juga menulis kegelisahan perempuan dalam lembaran kain ungu.
Tiap kata yang ditulis merupakan sumbangsih pemikiran dan perasaan perempuan yang dia temui.
Baca juga: Handmad Art Colective Akan Adakan Pameran Seni Bertajuk Sarwaprani
Di antaranya para korban kekerasan dan pelecehan seksual.
"Dari kecil ibu di LBH pemerhati perempuan dan anak. Terus dari kecil ibu merintis kalau mendampingi korban Gadis ikut, saya melihat didampingi waktu sidang dan psikolog atau terapi. Teman-teman kalangan anak-anak dan ibu, sering mendengar dan keluh kesa maupun curhatan."
"Curhatannya mengenai keseharian jadi perempuan Bali kurang didengar terus bagaimana hidup dengan mertuanya," imbuhnya.
Baca juga: Pameran Batik dan Pagelaran Budaya Indonesia Meriahkan Ulang Tahun Kota Vologda Rusia
Ada delapan kain dengan batik tulis yang berisikan keluh kesah dan ungkapan perasaan para perempuan.
Gadis memiliki concern terhadap perempuan, bukan hanya mengenai titik lemah seorang perempuan, tapi juga kehebatan perempuan Bali.
Menurut Gadis, perempuan Bali selalu melibatkan seni dalam kesehariannya, seperti membuat upakara dan peralatan upacara.
Ia menggambarkan seni dalam persembahan dengan gambar gebogan yang merupakan persembahan kepada Tuhan dalam kegiatan upacara Agama Hindu.
Baca juga: 30 Karya Maestro Nyoman Gunarsa Dipamerkan di Sanur, Pameran Pertama di Bali Setelah Berpulang
Perempuan Bali sedang nyuwun gebogan digambarkan dengan anggun dan tangguh.
"Perempuan Bali menjalankan keseharian ada unsur seni, sama seperti membuat banten perlu keterampilan, buat tetuasan atau menghias dengan bunga pasti perlu skill seni dan keterampilan, selain itu juga ada rasa keikhlasan melakukan itu," bebernya.
Ada satu karya yakni motif figuran atau objek pendukung pada lukisan Kamasan Kertha Gosa, Klungkung yang menggambarkan unsur alam flora dan fauna kecil terdapat alam semesta.
Gadis datang langsung ke ke Kamasan Klungkung untuk belajar mengenai lukisan Kamasan bersama Ibu Mangku Muriati.
“Sebagai unsur alam semesta tersebut ditransformasikan ke dalam motif batik yang dapat kita temui di tiga karya dengan judul alam raya, alam semesta dan makrokosmos," tutupnya. (*)
Berita lainnya di Pameran
PIPA Kena Garuk Proyek Drainase, PDAM Siapkan 4 Mobil Tangki, Wirma Sampai Beli 4 Galon Air |
![]() |
---|
Pipa Kena Garuk Proyek Drainase, Warga Beli Galon, PDAM Denpasar Siapkan 4 Mobil Tangki |
![]() |
---|
Curi Tabung Gas Milik Warga Dijual Rp 90 Ribu, Buruh Harian Lepas di Denpasar Timur Ditangkap Polisi |
![]() |
---|
Target Perolehan Pajak Daerah Denpasar Naik Jadi 1,7 Triliun di APBD Perubahan 2025 |
![]() |
---|
70 Pecalang Ngayah Jaga Kantor DPRD Denpasar, Wawali: Insentif Masih Kami Pikirkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.