Berita Bali
Musim Kemarau Kawasan Hutan Rawan Terbakar, BPBD Bali Imbau Penggunaan Api Unggun Perkemahan
Kejadian kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2020 tercatat 20 kali, terbanyak di Kabupaten Karangasem dan pada periode Bulan September-Oktober.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kebakaran Hutan dan lahan (Karhutla), menjadi kejadian yang paling banyak terjadi pada bulan September 2023.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin mengatakan sebelumnya, puncak musim kemarau yang diperkirakan oleh BMKG Juli-Agustus.
“Dan laporan kejadian kebakaran hutan dan lahan dari BPBD kabupaten/kota se-Bali, sudah dimulai sejak Juli yaitu kejadian kebakaran hutan di kawasan hutan di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng,” jelasnya Senin 9 Oktober 2023.
Lebih lanjutnya ia mengatakan, kejadian kebakaran hutan dan lahan yang cukup intens pada Bulan September, yaitu di kawasan hutan lindung di lereng Gunung Agung di Kecamatan Kubu.
Kejadian kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2020 tercatat 20 kali, terbanyak di Kabupaten Karangasem dan pada periode Bulan September-Oktober.
Baca juga: Jero Dasaran Alit Bantah Pernah Lakukan Upaya Damai, Lagi Beri Keterangan Tambahan di Polres Tabanan
Baca juga: Pelabuhan Padang Bai Bali Diperketat Jelang KTT AIS di Nusa Dua

Lantas bagaimana upaya mengantisipasi Karhutla di seluruh Bali, terlebih musim hujan baru akan masuk Bali diprediksi pada bulan November.
Rentin mengatakan, ia akan mengadakan sosialisasi ke masyarakat yang beraktivitas di wilayah hutan/lahan untuk menghindari membakar di area hutan/lahan, membuang puntung rokok sembarangan, membakar sampah yang tidak diawasi, perkemahan yang menggunakan api unggun.
“Koordinasi antar pihak terkait seperti BPBD kabupaten/kota, Kepala Resort Pemangku Hutan (KRPH), Babinsa dan Babinkamtibmas dalam melakukan pengawasan terhadap titik api yang muncul, melakukan patroli di kawasan rentan kebakaran hutan/lahan dan melakukan pemadaman dengan segera agar tidak meluas atau merembet ke wilayah pemukiman warga,” bebernya.
Sementara itu, peringatan dini kekeringan yang dirilis oleh BMKG merupakan peringatan hari tanpa hujan yaitu suatu wilayah tidak turun hujan selama periode waktu tertentu yang mengakibatkan potensi kekurangan air bersih bagi penduduk di wilayah terdampak.
Kekeringan ekstrem timbul karena iklim, usaha yang bisa dilakukan manusia untuk mengurangi kekeringan diantaranya hemat penggunaan air bersih, melakukan pola tanam tanaman yang tidak banyak menggunakan air serta melakukan konservasi sumbar-sumber mata air baru agar kebutuhan air bersih tetap terpenuhi di musim kemarau. (*)
3 WNA Terancam Hukuman Mati, Selundupkan Narkoba Golongan1, BNNP Bali Mensinyalir Bagian dari Kartel |
![]() |
---|
Banyu Pinaruh, Nusa Penida For Tomorrow Clean Up & Belajar Maknai Esensinya, Bupati Satria Hadir |
![]() |
---|
Dewan Pers Akan Bahas dan Fasilitasi Copyright Untuk Tulisan Jurnalis |
![]() |
---|
Seorang WNA Nekat Bawa 1,9 Kg Narkoba Jenis Baru ke Bali, Harga Pasarannya Rp 1,5 Juta Per Gram |
![]() |
---|
Kenalkan KEK Sanur dan Spa Autentik Bali, Menpar Undang Korsel Invest di Wellness Tourism |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.