Berita Bangli
Penyuluh Temukan Lontar Kesulinggihan Hingga Tata Cara Menjadi Saye Tajen di Puri Kilian Puri Agung
Penyuluh Temukan Lontar Kesulinggihan Hingga Tata Cara Menjadi Saye Tajen di Puri Kilian Puri Agung Bangli
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Penyuluh Bahasa Bali Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di Kabupaten Bangli, melakukan konservasi lontar di Puri Kilian Puri Agung Bangli.
Pada kegiatan tersebut, penyuluh menemukan isi lontar yang beragam.
Mulai dari geguritan kisah leluhur puri, kesuliggihan hingga tata cara sebagai saye tajen (juri sabung ayam).
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di Bangli, I Wayan Sudarsana mengatakan jika pihaknya sudah melakukan observasi sejak 30 Januari 2024.
Kemudian dilanjutkan dengan konservasi dan identivikasi.
Nantinya juga akan dilakukan digitalisasi, termasuk alih aksara dan alih bahasa.
"Untuk alih aksara dan alih bahasa, perlu waktu cukup lama. Pun lontar yang akan dialih aksarakan dan alih bahasa sesuai permintaan dari Puri," ujarnya Jumat 2 Februari 2024.
Kegiatan konservasi setidaknya melibatkan 40 orang tenaga penyuluh.
Baca juga: Selamatkan Warisan Leluhur, Disbud dan Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar di Museum Semarajaya
Lontar yang ada di Puri Kilian diakui sebagian besar kondisi masih bagus. Ada 90 cakep yang kondisi baik, dan ada 30 cakep yang kondisinya tercecer.
"Proses konservasi dimulai sejak tanggal 31 Januari 2024. Dari 30 cakep itu (yang tercecer), 16 cakep diantaranya sudah diidentifikasi," imbuhnya.
Dalam kegiatan tersebut, penyuluh menemukan beragam isi dalam lontar.
Beberapa diantaranya, kata Wayan Sudarsana, berupa geguritan kisah leluhur puri, babad, kekawin, sewalapatra atau surat untuk menghadap raja.
"Cukup banyak juga terkait Puja Ida Pedanda/Sulinggih. Diyakini sebelum seseorang melaksanakan proses Mediksa, tempat belajarnya disini," kata Wayan Sudarsana didampingi penyuluh lainnya.
Pada lontar yang lain terdapat pula tata cara saye tajen (juru sabung ayam).
Wayan Sudarsana mengatakan, di beberapa lolasi yang pernah dilakukan konservasi lontar, beberapa kali pihaknya mendapati lontar terkait ayam-ayaman.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.