Mahasiswa STIP Tewas
TEWASNYA Putu Satria di STIP Jakarta, Sang Ibu Yakin Pelaku Pembunuh Putranya Lebih Dari Satu Orang
Itulah yang dialami dan dirasakan ibunda dari mendiang Putu Satria, mahasiswa STIP Jakarta yang mendapati anaknya pulang tinggal nama.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - Hati ibu mana yang tidak hancur, mendengar putranya pulang tanpa nyawa.
Itulah yang dialami dan dirasakan ibunda dari mendiang Putu Satria, mahasiswa STIP Jakarta yang mendapati anaknya pulang tinggal nama.
Rasa duka yang mendalam masih dirasakan Ni Nengah Rusmini, ibunda Putu Satria Ananta Rustika (19) yang meninggal dunia setelah mendapatkan kekerasan dari seniornya di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) Jakarta.
Ibu dari tiga orang anak itu, melihat banyak kejanggalan dari kasus yang membuat putranya meninggal dunia. Ia yakin pelaku yang menganiaya anaknya lebih dari satu orang.
Baca juga: TERSANGKA Baru Kasus Penganiayaan Putu Satria, Mahasiswa STIP Jakarta, Diduga Lebih 1, Polisi Dalami
Baca juga: TRAGEDI Tewasnya Mahasiswa STIP di Jakarta, Ini Rekaman CCTV Kampus Usai Penganiayaan Putu Satria

"Saya lihat banyak kejanggalan, dari apa yang saya lihat dan perkembangan kasus ini. Kenapa hanya satu tersangka, saya yakin pelakunya lebih dari satu orang," ujar Nengah Rusmini saat ditemui di rumah duka, Rabu (8/5/2024).
Saat melihat jenazah sang putra, Nengah Rusmini melihat banyak kejanggalan. Seperti banyak luka lebam di tubuh dan tangannya, mulut terluka, serta hidung yang mengeluarkan darah.
"Tubuhnya banyak lebam, badan hingga tangan. Juga mulutnya pecah (luka)," ujar Rusmini yang juga tenaga medis di RSUD Klungkung.
Ia menuntut keadilan dan meminta kasus ini diusut tuntas. Ia ingin terus memperjuangkan keadilan untuk sang putra, yang meninggal dunia ditangan seniornya di STIP Jakarta.
"Bapak presiden, bapak Kapolri, bapak Menteri Perhubungan, tolong bantu kami. Tolong usut kasus ini sampai tuntas, jangan sampai ada yang ditutup tutupi. Kami keluarga menuntut keadilan," ungkap Nengah Rusmini.
Ia juga meminta rekan-rekan dan orang orangtua taruna di STIP, untuk tidak takut melaporkan tindakan kekerasan yang masih terjadi di sekolah kedinasan tersebut.
"Ibu-ibu taruna yang lain, ayo seperti janji kita saat bertemu di Jakarta. Katanya mau melapor dan siap buka-bukan (terkait kekerasan yang juga dialami anak mereka).
Jangan sampai ada seperti anak saya lagi, jangan lagi ada seorang ibu yang hatinya hancur karena kehilangan anaknya dengan cara seperti ini,"ungkap Rusmini dengan mata berkaca-kaca.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.