Berita Bali
KABAR Siswa Bayar AC Rp1,5 Juta di SMAN 6 Denpasar, Pj Gubernur Bali:Awasi Permintaan Sumbangan Ortu
Surat tersebut dibuat seusai pertemuan pimpinan SMAN 6 Denpasar, Komite dan Orangtua siswa di Aula SMAN 6 Denpasar, Kamis (11/7).
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM – Beredar kabar siswa baru tahun ajaran 2024/2025 SMAN 6 Denpasar dikenakan pungutan sumbangan sukarela Rp 1,5 juta untuk pengadaan AC tiap ruang kelas yang dapat dibayar lunas atau dicicil tiga kali hingga Oktober 2024.
Surat tersebut dibuat seusai pertemuan pimpinan SMAN 6 Denpasar, Komite dan Orangtua siswa di Aula SMAN 6 Denpasar, Kamis (11/7).
Dalam surat tersebut juga tercantum tandatangan Kepala Sekolah SMAN 6 Denpasar, I Ketut Suendi dan Ketua Komite SMAN 6 Denpasar, Ida Bagus Sudiraharja. Setelah surat tersebut keluar, rupanya masih ada beberapa orangtua yang tak setuju terkait pungutan tersebut.
Saat dikonfirmasi, Kepala Sekolah SMAN 6 Denpasar, I Ketut Suendi mengatakan pungutan tersebut merupakan hasil dari kesepakatan orangtua siswa juga.
“Inggih. Sudah melalui rapat orangtua dengan komite nike tanggal 11 Juli dan sudah disepakati. Kalau ada ortu yang mengeluh, ngiring (silakan) suruh datang ke sekolah koordinasi,” jelas Suendi.
Baca juga: VIRAL Baru Saja di Medsos, Satpol PP Klungkung Tutup Flying Fox di Tebing Pantai Diamond
Baca juga: SISWA Hanya Berjumlah 11 Orang, Regrouping SDN Belimbingsari Jembrana Bali Segera Diproses!

Menurutnya, poin-poin dalam surat tersebut juga sudah melalui kesepakatan orangtua siswa, dan mungkin saja yang tidak setuju merupakan orangtua siswa yang tak hadir pada rapat 11 Juli 2024 lalu.
“Inggih, mungkin itu orangtua yang tidak hadir. Ngiring (silakan) koordinasi dengan komite,” bebernya.
Suendi mengatakan, jika ada siswa tak mampu untuk membayar sumbangan ini dapat berkoordinasi dengan komite.
“Nike (itu) penerapannya tidak semua (siswa), Pak. Kalau ada yang tidak mampu koordinasi dengan komite,” katanya.
Belakangan, pemungutan sumbangan sukarela untuk pengadaan AC itu dibatalkan oleh SMAN 6 Denpasar. Kabid SMA Disdikpora Provinsi Bali, Ngurah Pasek Wira Kusuma mengatakan, pada intinya petinggi SMAN 6 sudah dipanggil dan dimintai klarifikasi mengenai pungutan sumbangan tersebut.
“Bahwa itu salah. Nggak ada, nggak ada (aturannya). Intinya tidak ada dan uang belum dipungut, belum ada yang nyetor. Jadi belum ada lah. Sudah dipanggil (Petinggi SMAN 6 Denpasar) sudah diklarifikasi,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketut Suendi mengakui bahwa ia telah dimintai keterangan mengenai pungutan tersebut. Hasilnya ia akan melakukan rapat dengan komite sekolah, Selasa (16/7), untuk menganulir atau membatalkan sumbangan pengadaan AC.
“Nanti hasil rapat itu kita sampaikan ke orangtua bahwa untuk sumbangan Rp 1,5 juta nggak jadi. Untuk AC-nya nike akan dilakukan bertahap sesuai dengan yang bulanan itu yang kita pakai, tapi bertahap, apakah dua ruangan dipakai atau tiga ruangan,” beber Suendi.
Suendi juga mengatakan, pemungutan sumbangan AC yang dibatalkan sementara biaya pembayaran lainnya yang meliputi seragam sekolah dan komite tetap dibayarkan.

“Saya saja hanya dengan Wakil Kepala Sekolah mendampingi. Besok (hari ini, Red) kita sampaikan ke komite kemudian komite mengeluarkan surat bahwa sumbangan itu tidak jadi,” katanya.
Sedangkan, Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya meminta agar Dinas Pendidikan Provinsi Bali serta Inspektorat mengawasi adanya permintaan sumbangan yang memberatkan orangtua siswa.
“Saya sudah minta kepada Kadis Pendidikan, dan Inspektorat untuk mengawasi, agar sekolah-sekolah tidak membuat kebijakan yang memberatkan orangtua siswa, seperti meminta sumbangan untuk kegiatan pengadaan AC. Hal-hal seperti itu agar diajukan untuk dapat dianggarkan dalam APBD,“ kata Pj Gubernur. (sar)
Satu Tak Penuhi Kriteria Miskin
SEMENTARA itu terkait penerimaan siswa miskin di SMAN 4 Denpasar, I Made Sudana sebagai Kepala Sekolah tersebut, mengatakan, dari empat orang pendaftar, hanya satu yang tidak memenuhi kriteria.
"Dari empat orang pendaftar, kita melakukan kunjungan rumah dan ternyata ada satu siswa yang mampu, tapi mengaku tidak mampu. Itu menjadi evaluasi kita, memastikan kebenarannya. Jumlah siswa miskin sangat sedikit, hanya empat orang. Biasanya kita berikan bebas SPP sesuai dengan tingkat," katanya di sela-sela Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMAN 4 Denpasar, Senin (15/7).
MPLS di SMAN 4 Denpasar dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Bali, Dewa Made Indra, yang diikuti oleh ratusan siswa baru.

"MPLS mulai dari jam 07.00 Wita dengan upacara bendera. Kita menekankan apa yang menjadi juknis dari provinsi, itu kita sampaikan. Setelah upacara bendera, kita mendengar sambutan dari Pak Sekda (Provinsi Bali, Dewa Made Indra) yang membuka acara, walaupun saya sebagai pembina upacara tidak memberikan kata pembukaan. Kemudian, kita memulai kegiatan-kegiatan sesuai dengan jadwal," jelas Sudana.
Kegiatan MPLS dirancang untuk membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan budaya disiplin.
"Melalui MPLS, kita ingin anak-anak bisa melebur budaya sekolahnya masing-masing, karena mereka datang dari berbagai SMP se-Bali dan tentu punya karakter dan budaya tersendiri. Melalui MPLS ini kita lebur menjadi sebuah budaya dan disiplin disematkan," tambahnya.
Selain pengenalan budaya sekolah, kegiatan MPLS juga mencakup pengenalan fisik sekolah dan staf pengajar.
"Anak-anak diharapkan mengenal gedung ruangan, kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang TU, lab, dan sebagainya. Guru-gurunya juga sudah diperkenalkan tadi termasuk pegawai, agar mereka tahu siapa gurunya dan pegawainya," paparnya.
Seiring dengan perubahan zaman, MPLS di SMAN 4 Denpasar kini lebih berfokus pada kegiatan yang edukatif dan positif, menjauh dari praktik perpeloncoan. "Sekarang kita lebih menekankan kepada MPLS yang berbudaya, tidak ada namanya perpeloncoan. Ini sudah saya tekankan pada panitia, bapak ibu guru maupun kakak-kakak. Harapannya, pelaksanaan MPLS ini menyenangkan, inovatif, kreatif, dan aman," bebernya.
Sudana menjelaskan, sejak SMAN 4 Denpasar menyandang status sebagai sekolah penggerak, pelaksanaan MPLS lebih damai dan sesuai dengan juknis dari dinas pendidikan. "MPLS itu agak damai, kita melakukan sesuai dengan juknis yang ada. Mungkin ada sedikit pengembangan terkait dengan karakter sekolah, seperti budaya outbound, mengenal lingkungan sekolah, dan proyek penguatan profil pelajar Pancasila," ujarnya.
Selain materi kepemimpinan, siswa juga diberikan materi tentang tata tertib sekolah, cara berpakaian, tugas piket kebersihan, dan lainnya. "Termasuk penggunaan pakaian dari Senin sampai Jumat sudah dijelaskan melalui model yang diberikan," tambahnya.
Secara keseluruhan, MPLS di SMAN 4 Denpasar diikuti oleh 360 siswa dari berbagai jalur penerimaan, termasuk zonasi, afirmasi, perpindahan tugas orang tua, dan lainnya. (sar)
UPAYA PHDI Denpasar Ringankan Beban Umat, Gelar Upacara Menek Kelih Hingga Metatah Massal |
![]() |
---|
Gelar Aksi Damai ke Kantor Gubernur, Partai Buruh Exco Bali Tuntut Stop PHK dan Hapus Outsourcing |
![]() |
---|
Kejati Bali Dorong Penanganan Tindak Pidana Korupsi Lewat Mekanisme DPA, Lazim di Luar Negeri |
![]() |
---|
Pemprov Bali Nantikan Pusat Untuk Penentuan Lokasi Tersus LNG |
![]() |
---|
Cuaca Buruk, Pelabuhan Gilimanuk Bali Ditutup Hampir Dua Jam, Antrean Kendaraan Mengular |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.