Berita Bali

TERUNGKAP, Ini Penyebab Cuaca di Bali Terasa Lebih Panas, Capai 32 Derajat Celcius

TERUNGKAP, Ini Penyebab Cuaca di Bali Terasa Lebih Panas, Capai 32 Derajat Celcius

|
NASA dari Kompas.com
Ilustrasi Matahari. 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Mungkin tribuners merasakan cuaca di wilayah Bali dalam beberapa hari terakhir ini terasa panas (lebih gerah)?

Bahkan dari pantauan suhu udara beberapa hari terakhir di Bali tercatat mencapai 32 derajat celcius.

Prakirawan dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar pun membenarkan fenomena yang terjadi beberapa hari terakhir ini.

Baca juga: Koster Bantu Lahan 106 Are untuk Rumah Sakit & Mal Pelayanan Publik di Bangli, Ini Kata Sedana Arta

“Cuaca terasa panas (gerah) beberapa hari terakhir di Bali diakibatkan dari posisi semu matahari.

Dimana pada posisi matahari berada di dekat ekuator, sehingga membuat suhu udara menjadi relatif cukup terik (panas) terutama pada siang hari,”

Hal tersebut disampaikan Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar, I Gede Agus Mahendra, Senin 14 Oktober 2024.

Baca juga: Ramai Isu Anjing Liar di Bali Akan Disuntik Mati, Ini Kata PJ Gubernur

Ia menambahkan selain itu tutupan awan di wilayah Bali cenderung sedikit, panas matahari langsung diterima ke permukaan sehingga udara terasa panas.

Suhu panas ini terjadi berulang setiap tahun karena faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari

“Kondisi ini bersifat sementara, dimana siklus dari peredaran matahari akan terus bergeser menuju ke selatan dan kondisi cuaca akan kembali normal,” ungkap Agus Mahendra.

Disinggung hingga kapan terjadi fenomena suhu udara terasa lebih panas di Bali?

Ia menyampaikan kemungkinan akan terjadi hingga tiga hari kedepan.

“Sifatnya fluktuatif mengikuti pergeseran gerak matahari. Untuk tiga hari kedepan diprediksi suhu udara cenderung masih panas,” ucapnya.

Penyebab Kebakaran Gunung Agung Karena Suhu Panas?

Gunung Agung, salah satu gunung berapi paling terkenal di Bali, kembali mengalami kebakaran hutan yang mengkhawatirkan, kebakaran ini pertama kali diketahui pada Minggu 13 Oktober 2024. 

Peristiwa kebakaran yang terjadi di lereng barat daya Gunung Agung ini membakar sekitar 100 hektar area hutan yang dipenuhi oleh pohon pinus, cemara, dan semak belukar. 

Menurut informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, terdapat enam titik api yang ditemukan di area tersebut.

Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, menjelaskan bahwa kebakaran terjadi di ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Lokasi kebakaran diperkirakan berjarak sekitar 4-5 kilometer dari Pura Pengubengan dan pemukiman penduduk terdekat.

Kendala Upaya Pemadaman

Pemadaman kebakaran belum dapat dilakukan secara langsung karena medan yang sangat sulit dijangkau.

Dibutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk mencapai lokasi kebakaran, dan akses menuju titik api sangat terbatas.

Kondisi ini diperburuk oleh cuaca panas yang mempercepat penyebaran api dan meningkatkan risiko bagi tim pemadam kebakaran.

“Kami sementara hanya dapat melakukan pemantauan intensif dari Pura Pengubengan yang berada di bawah area titik api, sambil menunggu kondisi yang memungkinkan untuk langkah lanjutan,” ungkap Ida Bagus Ketut Arimbawa pada Senin 14 Oktoeber 2024.

Penyebab dan Potensi Bahaya Kebakaran

Kebakaran ini diduga dipicu oleh percikan api yang mengenai semak kering, ditambah dengan angin kencang yang mempercepat penyebaran api.

Meskipun belum ada laporan tentang ancaman langsung terhadap pemukiman warga, BPBD terus memantau perkembangan agar kebakaran tidak menyebar lebih jauh ke area penduduk.

Upaya pengawasan diintensifkan untuk memastikan bahwa api tidak meluas ke wilayah yang lebih berbahaya.

Tim pemantau masih terus bekerja untuk memastikan keamanan warga dan mengendalikan kebakaran.

Dengan medan yang berat dan cuaca yang tidak mendukung, pemadaman kebakaran hutan di Gunung Agung masih menjadi tantangan besar.

Meski demikian, tim BPBD tetap melakukan upaya terbaik untuk mencegah dampak lebih luas dari kebakaran ini.

Kebakaran hutan di Gunung Agung menambah daftar panjang bencana yang memerlukan perhatian serius.

Medan yang sulit dan cuaca ekstrem menjadi kendala utama dalam upaya pemadaman.

Masyarakat sekitar diimbau untuk tetap waspada dan terus mengikuti perkembangan dari pihak berwenang.

Upaya mitigasi bencana seperti pengawasan dan pencegahan kebakaran harus ditingkatkan agar kejadian serupa dapat diminimalisasi di masa mendatang.

(*)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved